Setelah perang dingin berakhir bagaimana peran Gerakan Non Blok pada saat sekarang


Gerakan Non-Blok?


Masih Relevankah?


Setelah perang dingin berakhir bagaimana peran Gerakan Non Blok pada saat sekarang


Udah pada tau GNB itu apa?


Gerakan Non-Blok (GNB) (bahasa Inggris: Non-Aligned Movement/NAM) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun.” –Wikipedia


Nah, jadi Gerakan Non Blok (GNB) atau Non-Aligned Movemnet (NAM) adalah gerakan internasional yang terbentuk menjadi suatu organisasi yang terdiri dari 118 negara. GNB ini dibentuk pada tahun 1961 oleh:


·         Joseph Broz Tito (Presiden Yugoslavia)


·         Soekarno (Presiden Indonesia)


·         Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir)


·         Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India)


·         Kwanw (Presiden Ghana)


Dan negara-negara lainnya yang gak mau bergabung dengan negara-negara adidaya. Anggota-anggota GNB ini juga pengen nunjukkin kalo mereka gak mau berpihak sama Blok Barat, maupun Blok Timur yang saat itu lagi perang dingin.


Tujuan GNB sebenarnya yaitu:


1.       Mendukung perjuangan dekolonialisasi dan memegang teguh perjuangan melawan kolonialisme, imperialism, neokolonialisme, rasialisme apartheid, dan zionisme


2.       Tempat atau wadah bagi Negara-negara yang sedang berkembang


3.       Mengurangi ketegangan antara Blok Barat dengan Blok Timur


4.       Tidak membenarkan penyelesaian sengketa dengan kekerasan senjata


Setelah berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin tahun 1989 lalu dan melemahnya kekuatan militer-polirik komunisme di Eropa Timur, sekarang muncul satu pertanyaan.

Masih relevankah keberadaan GNB saat ini?

Jadi, GNB itu masih dibutuhin gak sih? Udah kagak ada blok-blok an lagi, dunia udah aman tentram. Tapi tujuan dibentuknya GNB gak cuman itu sobat. GNB masih dibutuhin buat ngadepin tantang-tantangan baru setelah perang dingin, terutama dengan adanya jurang pemisah antara negara maju dan negara berkembang yang menjadi krisis dalam hubungan internasional sekarang.

Munculnya tantangan-tantangan global baru sejak akhir abad ke-20 telah memaksa GNB untuk terus mengembangkan Kapasitas dan arah kebijakannya agar sepenuhnya mampu menjadikan keberadaannya tetap relevan, tidak hanya bagi anggotanya tetapi juga lebih terkait dengan sumbangannya dalam menghadapi tantangan tersebut.

Tantangan yang dimaksud dewasa ini antara lain adalah isu menonjol yang terkait dengan masalah terorisme, merebaknya konflik intra dan antar negara, pelucutan senjata, serta dampak globalisasi di bidang ekonomi dan informasi teknologi. Isu-isu tersebut telah menjadikan GNB perlu menyesuaikan kebijakan dan perjuangannya yang dalam konteks ini GNB memandang perannya tidak hanya sebagai obyek, tetapi sebagai mitra seimbang dan bagian dari solusi masalah dunia.Pada faktanya, kesenjangan ekonomi dan pembangunan sejak perjuangan GNB tahun 1961-1990 masih menjadi pemasalahan sampai saat ini. Interstate dan intra-state war justru muncul dimana-mana. Ini berarti cita-cita GNB buat nyiptain dunia yang aman, tenteram, dan sejahtera masih menjadi tantang bagi berbagai negara.

GNB sebagai gerakan moral juga sangat dibutuhin karena bisa jadi poros yang punya kekuatan dalam PBB buat merjuangin kepentingan negara berkembang. Hal ini bisa dilakuin karena 60% anggota PBB adalah anggota GNB. Dengan adanya tantangan global, kayak krisis energi, keuangan, keamanan pangan diperlukan partisipasi aktif dalam mencari solusi global.

Maka dari itu, GNB masih relevan sampai sekarang.

Keberadaan GNB masih relevan, sebagai persatuan yang punya sifat penekan terbesar dalam PBB buat menekan negara adikuasa seperti Amerika Serikat. Salah satu bukti GNB masih relevan adalah dengan terus bertambahnya anggotanya, yaitu Fiji dan Azerbaijan (jumlahnya jadi 120). Relevansi GNB juga bisa diliat dari semangat para pejabat negara anggota dalam menghadiri Konferensi Tingkat Menteri (KTM) DI Bali. GNB yang udah punya karakter politik sendiri dan kedudukannya yang udah kuat membuktikan relevansi GNB. Apalagi dengan keinginan Rusia yang ingin bekerja sama dengan GNB ̶ menambah aktif peran GNB dalam politik internasional, sekaligus mengaktifkan peran Indonesia secara gak langsung soalnya Indonesia punya peran penting dalam GNB.

Itulah kenapa GNB sangat berperan dalam pembangunan internasional. GNB mau nyiptain suatu pembangunan yang bersifat adil, ga ngebedain antara ngera maju, berkembang, dan miskin di dalam segala bidang. Pembangunan yang dilakuin GNB terfokus pada bidang perekonomian dan kesehatan, karena 2 hal itulah yang sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Caranya bisa dengan meningkatkan investasi, juga bertukar pengetahuan dan teknologi dan negara-negara maju.

Jadi gitu sobat :D

Profil Menteri

Tentang Kami

Struktur Organisasi

AKIP

Kinerja

Lembar Informasi

Perwakilan

Setelah perang dingin berakhir bagaimana peran Gerakan Non Blok pada saat sekarang

Setelah perang dingin berakhir bagaimana peran Gerakan Non Blok pada saat sekarang

Penulis: Yunita Dewi
tirto.id - 2 Mar 2022 13:56 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Setelah perang dingin berakhir bagaimana peran Gerakan Non Blok pada saat sekarang
Negara yang terlibat dalam GNB dan menghadiri KTT I yaitu Afghanistan, Aljazair, Arab Saudi, Burma, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, hingga Indonesia.

tirto.id - Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Aligned Movement (NAM) merupakan suatu gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga, beranggotakan lebih dari 100 negara dan berusaha menjalankan kebijakan luar negeri dengan tidak memihak serta tidak menganggap dirinya beraliansi dengan Blok Barat atau Blok Timur.

GNB didirikan pada 1 September 1961 yang dipelopori oleh sejumlah tokoh, yakni Soekarno (Indonesia), Gamal Abdul Nasser (Mesir), Jawaharlal Nehru (India), Kwame Nkrumah (Ghana), dan Joseph Broz Tito (Yugoslavia).

Setelah perang dingin berakhir bagaimana peran Gerakan Non Blok pada saat sekarang

Mengutip dari Modul Sejarah Indonesia untuk kelas XII (2020) terbitan Kemdikbud, latar belakang didirikannya GNB yakni pada 1945, adalah ketika Perang Dunia II berakhir, muncul dua blok yakni Blok Barat (Liberalisme-Demokratis-Kapitalisme) dan Blok Timur (Sosialis-Komunis).

Negara di Blok Barat berjumlah lebih banyak yakni 8 negara (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg, Norwegia, dan Kanada). Sedangkan, Blok Timur hanya terdiri dari 4 negara (Uni Soviet, Cekoslovakia, Rumania, dan Jerman Timur).

Dalam mempertahankan kedudukan masing-masing, Blok Barat membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Blok Timur membentuk Pakta Warsawa. Tak hanya itu, kedua blok tersebut masih mencari sekutu untuk menambah pertahanannya di Asia, Afrika, dan Amerika.

Kedua blok tersebut sudah tidak terjadi perang, namun perbedaan kubu ini masih menjadi permasalahan dalam kehidupan internasional. Menanggapi situasi ini, negara yang baru mendapatkan kemerdekaan di kawasan Asia-Afrika pun melakukan diskusi, tepatnya melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) di daerah Bandung, Jawa Barat.

Melansir situs Kemlu RI, Konferensi Asia-Afrika memiliki hubungan erat dengan Gerakan Non-Blok. Pada pertemuan negara-negara anggota KAA di Indonesia pada 1955 lahirlah kesepakatan “Dasasila Bandung," di dalamnya berisi prinsip penyelenggaraan kerja sama internasional.

Infografik SC Peran Indonesia dalam Gerakan NonBlok. tirto.id/Fuad

Setelah itu, tepat pada 1-6 Septermber 1961, diadakan kembali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Boegord, Yugoslavia. Konferensi yang dihadiri oleh 25 negara ini, termasuk Indonesia, lahirlah organisasi negara netral, yakni GNB. Oleh sebab itu, GNB ditetapkan secara resmi berdiri pada 1 September 1961.

Negara yang terlibat dalam GNB dan menghadiri KTT I yaitu Afghanistan, Aljazair, Arab Saudi, Burma, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Somalia, Sudan, Tunisia, RPA, Yaman, dan Yugoslavia.

Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

Indonesia dapat dikatakan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran GNB maupun aktivitas organisasi tersebut. Mulai dari langkah Indonesia sebagai negara yang baru merdeka dan ingin meredakan ketegangan dunia akibat perang dingin, hingga upaya memelihara perdamaian internasional.

Selain sebagai salah satu negara pelopor yang turut mendirikan GNB, seperti yang dikutip kembali dari Modul Sejarah Indonesia untuk kelas XII (2020) terbitan Kemdikbud, Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam organisasi tersebut, di antaranya:

1. Sebagai salah satu negara penggagas KAA yang merupakan cikal bakal digagasnya Gerakan Non-Blok. Presiden pertama Indonesia, Soekarno memelopori penyelenggaraan KAA yang memiliki peran penting dalam pendirian GNB. Presiden soekarno bersama empat pemimpin dunia lainnya juga menjadi pelopor berdirinya GNB.

2. Sebagai salah satu negara pengundang pada KTT GNB yang pertama. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar dalam mengundang, serta mengajak negara lain untuk bergabung dalam KTT.

3. Menjadi ketua dan penyelenggara KTT GNB yang ke X yang berlangsung pada 1-7 September 1992 di Jakarta dan Bogor, Indonesia turut pula menjadi perintis dibukanya kembali dialog utara-selatan, yakni dialog yang memperkuat hubungan antara negara berkembang (selatan) terhadap negara maju (utara).

4. Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan KTT Non-Blok yang diadakan di Jakarta, pada tanggal 1-6 September.

5. Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1992, presiden Indonesia kedua, Soeharto ditunjuk menjadi ketua Gerakan Non-Blok.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait GERAKAN NON BLOK atau tulisan menarik lainnya Yunita Dewi
(tirto.id - ynt/wta)

Penulis: Yunita Dewi Editor: Nur Hidayah Perwitasari Kontributor: Yunita Dewi

Array
© 2022 tirto.id - All Rights Reserved.