Siapa yang menjadi ketua panitia pembangunan monas tahap 1 brainly

Siapa yang menjadi ketua panitia pembangunan monas tahap 1 brainly
Alat berat mengeruk endapan sampah dengan latar belakang gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Selasa, 20 April 2021. Berdasarkan data "World Air Quality Index" pada 20 April pukul 10.00 WIB tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 174 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

TEMPO.CO, Jakarta - Perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabodetabek menilai pembangunan fisik Jakarta ke depan harus selaras dengan perbaikan kualitas udara. Menurutnya, langkah ini perlu dukungan semua pihak.

“Kualitas udara Jakarta masih tergolong rendah. Oleh karena itu, perlu dukungan semua pihak untuk mengatasi ini,” kata Ketua BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ahmad Syauqy Baihaqy Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 8 Agustus 2022.

Untuk melawan polusi udara, kata Syauqy, bangunan di Kota Milan, Italia menggunakan semen yang telah dicampur titanium oksida yang bisa menetralkan udara. Menurutnya, Pemprov DKI Jakarta bisa mencontoh pembangunan di Kota Milan sebagai solusi dari masalah udara.

“Kami berharap ke depannya, gagasan ini bisa diterapkan di Jakarta untuk memurnikan udara yang telah tercemar polusi,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua BEM Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) Depok, Supriyadi turut menyoroti soal pemerataan pembangunan di Jakarta, khususnya pembangunan rumah susun untuk warga agar tidak ada lagi lingkungan kumuh.

“Kami mempunyai gagasan yang barangkali bisa kita diskusikan ke depannya,” ucap Supriyadi.

Tidak hanya masalah pembangunan dan masalah udara di Ibu Kota, perwakilan BEM se-Jabodetabek juga membahas tentang ketenagakerjaan.

Ketua BEM Binus University Brainly Sungkarisma menilai bahwa sosialisasi tentang pelatihan ketenagakerjaan yang diadakan Pemprov DKI Jakarta saat ini perlu ditingkatkan supaya angka pengangguran di Jakarta bisa jauh berkurang.

“Saya yakin perekonomian Jakarta pada masa depan bisa lebih berkembang dan pengangguran berkurang,” katanya.

Perwakilan BEM Diskusi di Balai Kota 

Sejumlah isu yang dibawa para mahasiswa tersebut disampaiakan dalam forum diskusi di Balai Agung, Gedung Balai Kota DKI Jakarta. Tujuannya, untuk mendapat masukan ide, usulan, dan gagasan tentang masa depan Jakarta yang lebih baik, maju, dan sejahtera dari sudut pandang mahasiswa.

Asisten Pemerintahan Sekda Provinsi DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko mengatakan diskusi tersebut diikuti perwakilan BEM dari 51 universitas dan perguruan tinggi yang tersebar di wilayah Jabodetabek.

“Sebelumnya kami telah membentuk forum diskusi bersama para pakar dan elemen masyarakat, sekarang kami ingin mendengar solusi masa depan Jakarta dari sudut pandang mahasiswa,” kata Sigit.

Melalui kegiatan ini mahasiswa perwakilan BEM dari 51 universitas dapat membantu menyusun masukan dan bahan referensi untuk Pemprov DKI Jakarta dalam menyusun kebijakannya pada RUU Kekhususan Jakarta.

Baca juga: BEM UI Soroti Polusi Udara Jakarta Terburuk di Dunia: Masalah yang Belum Pantas Disyukuri

Siapa yang menjadi ketua panitia pembangunan monas tahap 1 brainly

Akan tetapi, dari dua kali sayembara itu, tidak ada rancangan yang memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan panitia. Ujung-ujungnya, beberapa arsitek ternama ditunjuk oleh ketua Tim Yuri, yaitu Soedarsono dan Ir F Silaban untuk menggambar rencana tugu Monas. Kedua arsitek itu kemudian sepakat membuat gambarnya sendiri-sendiri yang selanjutnya diajukan ke ketua Tim Yuri Presiden Soekarno dan ketua memilih gambar yang dibuat oleh Soedarsono.Soedarsono dalam rancangannya mengemukakan landasan pemikiran yang mengakomodasi keinginan panitia. Landasan pemikiran tersebut meliputi kriteria Nasional. Beberapa unsur saat Proklamasi Kemerdekaan RI diambil Soedarsono yang mewujudkan revolusi nasional sedapat mungkin menerapkannya pada dimensi arsitekturnya yaitu angka 17, 8, dan 45 sebagai angka keramat Hari ProklamasiPembangunan Tugu Monas dilaksanakan secara tiga tahapan. Tahap pertama yaitu periode 1961-1965, pelaksanaan pekerjaannya di bawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biayanya dari sumbangan masyarakat. Kemudian, tahap kedua pada periode 1966-1968, pekerjaannya masih dilakukan di bawah pengawasan panitia Monas. Namun, biaya pembangunan di tahap kedua itu dari anggaran Pemerintah Pusat melalui Sekertariat Negara. Pembangunan di tahap kedua ini sempat mengalami kelesuan, karena keterbatasan biaya.

Lalu, tahap ketiga pada periode 1969-1976, pelaksanaan pekerjaannya berada di bawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional. Biaya pembangunan di tahap ketiga itu dari Pemerintah Pusat atau Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek. Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1961, dan mulai dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975.

  • monumen nasional monas
  • tugu monas
  • sejarah monumen nasional (monas)

bagaimana keadaan alam di masing-masing negara bagian Amerika serikat​

mengapa terjadinya pandemi memengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat​

Dalam bidang ekonomi, saat ini apa yang ingin kalian perbaiki/tingkatkan utk stabilitas ekonomi Indonesia? ​

sebutkan pola angin di Indonesia dan jelaskan​

berikan solusi agar di daerah Benua bisa merata penduduk dan persebarannya​

Jelaskan bagaimana caranya seseorang supaya menjadi mobilitas vertikal dari bawah ke atas dan berikan contohnyaTolong dibantu:)​

dilihat dari prose terbentuknya intan, apakah manusia dapat merekayasa teknologi untuk mengubah orang menjadi intan? berikan alasannya.. ​

Contoh Produk Budaya Yang Diadopsi oleh Olahraga​

proses pembentukan Intan karena pengaruh suhu 100 derajat Celcius hingga 1300 derajat Celcius dan tekanan 45 hingga 60 kilo baru yang berdampak pada p … erubahan​

1. BUAT LAH CERITA / KARANGAN TENTANG PENGALAMAN ANDA BERSOSIALISASI DI MASYARAKATTema: Pengalaman ku bermasyarakatjudul: ikut gotong royong dan dll​

Siapa yang menjadi ketua panitia pembangunan monas tahap 1 brainly

Menomen ini terletak persis di Pusat Kota Jakarta. Tugu Monas merupakan tugu kebanggaan bangsa Indonesia, selain itu monas juga menjadi salah satu pusat tempat wisata dan pusat pendidikan yang menarik bagi warga Indonesa baik yang dijakarta maupun di luar Jakarta. Tujuan pembangunan tugu monas adalah untuk mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945, dan juga sebagai wahana untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi sekarang dan akan datang.

Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.

Tugu Monas punya ciri khas tersendiri, sebab arsitektur dan dimensinya melambangkan kias kekhususan Indonesia. Bentuk yang paling menonjol adalah tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Di atas tugu terdapat api menyala seakan tak kunjung padam, melambangkan keteladanan semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah surut berjuang sepanjang masa.

Bentuk dan tata letak Monas yang sangat menarik memungkinkan pengunjung dapat menikmati pemandangan indah dan sejuk yang memesona, berupa taman di mana terdapat pohon dari berbagai provinsi di Indonesia. Kolam air mancur tepat di lorong pintu masuk membuat taman menjadi lebih sejuk, ditambah dengan pesona air mancur bergoyang.

Di dekat pintu masuk menuju pelataran Monas itu juga nampak megah berdiri patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda. Patung yang terbuat dari perunggu seberat 8 ton itu dikerjakan oleh pemahat Italia, Prof Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia.

Gagasan Pembangunan Monas

Gagasan awal pembangunan Monas muncul setelah sembilan tahun kemerdekaan diproklamirkan. Beberapa hari setelah peringatah HUT ke-9 RI, dibentuk Panitia Tugu Nasional yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas. Panitia ini dipimpin Sarwoko Martokusumo, S Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo selaku bendahara dan dibantu oleh empat orang anggota masing-masing Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro.

Panitia yang dibentuk itu bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Monas yang akan didirikan di tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta . Termasuk mengumpulkan biaya pembangunannya yang harus dikumpulkan dari swadaya masyarakat sendiri.

Setelah itu, dibentuk panitia pembangunan Monas yang dinamakan ”Tim Yuri” diketuai langsung Presiden RI Ir Soekarno. Melalui tim ini, sayembara diselenggarakan dua kali. Sayembara pertama digelar pada 17 Februari 1955, dan sayembara kedua digelar 10 Mei 1960 dengan harapan dapat menghasilkan karya budaya yang setinggi-tingginya dan menggambarkan kalbu serta melambangkan keluhuran budaya Indonesia.

Dengan sayembara itu, diharapkan bentuk tugu yang dibangun benar-benar bisa menunjukan kepribadian bangsa Indonesia bertiga dimensi, tidak rata, tugu yang menjulang tinggi ke langit, dibuat dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan kritikan jaman sedikitnya seribu tahun serta dapat menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat kepahlawanan.

Oleh Tim Yuri, pesan harapan itu dijadikan sebagai kriteria penilaian yang kemudian dirinci menjadi lima kriteria meliputi harus memenuhi ketentuan apa yang dinamakan Nasional, menggambarkan dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta mencerminkan cita-cita bangsa, melambangkan dan menggambarkan “api yang berkobar” di dalam dada bangsa Indonesia, menggambarkan hal yang sebenarnya bergerak meski tersusun dari benda mati, dan tugu harus dibangun dari benda-benda yang tidak cepat berubah dan tahan berabad-abad.

Namun, dua kali sayembara digelar, tidak ada rancangan yang memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan panitia. Akhirnya, ketua Tim Yuri menunjuk beberapa arsitek ternama yaitu Soedarsono dan Ir F Silaban untuk menggambar rencana tugu Monas. Keduanya arsitek itu sepakat membuat gambarnya sendiri-sendiri yang selanjutnya diajukan ke ketua Tim Yuri (Presiden Soekarno), dan ketua memilih gambar yang dibuat Soedarsono.

Dalam rancangannya, Soedarsono mengemukakan landasan pemikiran yang mengakomodasi keinginan panitia. Landasan pemikiran itu meliputi kriteria Nasional. Soedarsono mengambil beberapa unsur saat Proklamasi Kemerdekaan RI yang mewujudkan revolusi nasional sedapat mungkin menerapkannya pada dimensi arsitekturnya yaitu angka 17, 8, dan 45 sebagai angka keramat Hari Proklamasi.

Bentuk tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafah “Lingga dan Yoni” yang menyerupai “Alu”sebagai “Lingga” dan bentuk wadah (cawan-red) berupa ruangan menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”. Alu dan Lumpang adalah dua alat penting yang dimiliki setiap keluarga di Indonesia khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah simbol dari jaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi, adalah unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, merupakan keabadian dunia.

Bentuk seluruh garis-garis arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak tidak monoton merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala. Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di dalam dada bangsa Indonesia.

Proses Pembangunan Monas

Pembangunan tugu Monas dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama (1961-1965), kedua (1966-1968), dan tahap ketiga (1969-1976). Pada tahap pertama pelaksanaan pekerjaannya dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat.

Tahap kedua pekerjaannya masih dilakukan dibawah pengawasan panitia Monas. Hanya saja, biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat c.q Sekertariat Negara RI. Pada tahap kedua ini, pembangunan mengalami kelesuan, karena keterbatasan biaya.

Tahap ketiga pelaksanaan pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional, dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).

Ruang Museum Sejarah

Ruang museum sejarah yang terletak tiga meter dibawah permukaan halaman tugu memiliki ukuran 80X80 meter. Dinding serta lantai di ruang itu pun semuanya dilapisi batu marmer. Di dalam ruangan itu, pengunjung disajikan dengan 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan sejarah sejak jaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia hingga masa pembangunan di jaman orde baru. Di ruangan ini pula, pengunjung juga dapat mendengar rekaman suara Bung Karno saat membacakan Proklamasi.

Ruang Kemerdekaan

Sementara di ruang kemerdekaan yang berbentuk amphitheater terletak di dalam cawan tugu, terdapat empat atribut kemerdekaan meliputi peta kepulauan Negara RI , Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika, dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.

Di pelataran puncak tugu yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator (lift-red) tunggal yang berkapasitas sekitar 11 orang.

Di pelataran yang mampu menampung sekitar 50 orang itu juga disediakan empat teropong di setiap sudut, dimana pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter dari halaman tugu Monas.

Lidah api yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter, terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh lidah api dilapisi lempengan emas seberat 35 kilogram, dan kemudian pada HUT ke-50 RI, emas yang melapisi lidah api itu ditambah menjadi 50 kilogram.