Suatu batas dari jumlah persediaan/stok yang ada dimana harus dilakukan pemesanan kembali, disebut

Untuk memenuhi kebutuhan produksi, sebuah perusahaan manufakturing harus memastikan ketersediaan bahan baku agar proses produksi terus berjalan. Bahan baku tersebut merupakan faktor utama penunjang kelancaran produksi. Kesalahan dalam menentukan besarnya order quantity (jumlah pesanan) dan reorder point (RoP) bahan baku akan mengurangi keuntungan perusahaan.

Oleh karena itu penting bagi seorang PPIC untuk mempunyai kemampuan dalam pengawasan terhadap supply chain material guna meminimalkan biaya inventory. Salah satunya yang harus diketahui itu adalah reorder point itu tadi.Lalu apa itu Reorder Point? Dan bagaimana menghitungnya? Baca penjelasan di bawah ini selengkapnya.

Di dalam perusahaan manufakturing yang bertugas untuk melakukan perencanaan pengadaan bahan baku produksi adalah departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC). PPIC ini dapat menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP) untuk mengendalikan persediaan bahan baku produksi.

PPIC bertanggung jawab untuk mengontrol persediaan bahan baku, apakah persediaan bahan baku di gudang atau warehouse mencukupi untuk keperluan produksi ataukah kurang pada periode jadwal produksi mendatang. 

Jika dalam perhitungan kebutuhan bahan baku ternyata ditemukan jumlah persediaan yang kurang, maka departemen PPIC mengajukan pengadaan bahan baku kepada bagian purchasing melalui surat permintaan pembelian.Nah, untuk mengetahui kapan permintaan pembelian tersebut dilakukan, PPIC harus bisa menentukan reorder point (RoP). Inilah yang menjadi dasar keputusan bagi PPIC untuk mengirimkan surat permintaan pembelian kepada bagian purchasing agar mereka melakukan pembelian bahan baku.

Apa itu Reorder Point?

Reorder point adalah titik atau kondisi dimana bahan baku harus dipesan kembali. Perhitungan reorder point menggunakan jumlah minimal angka tertentu sebagai batas untuk segera melakukan pemesanan kembali.

Cara Menghitung Reorder Point

Untuk menghitung reorder point (RoP) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Reorder point = leadtime + safety stock

Agar lebih mudah dipahami berikut ini kami sertakan contoh studi kasusnya.

Contoh studi kasus:


 

PT. Bangun Cakra Lestari (BCL) sebagai perusahaan jasa konveksi ingin melakukan pemesanan kain untuk keperluan produksi. Dan kapasitas produksi yang mampu dihasilkan per harinya adalah 1500 pcs baju, leadtime atau jangka waktu yang dibutuhkan dalam memesan barang ke supplier adalah 14 hari. Perusahaan memiliki kebijakan untuk melebihkan persediaan bahan baku sebanyak 10%. Berapakah reorder point (RoP) yang tepat untuk melakukan pemesanan kain kembali?

Jawaban:Diketahui :

  • Kapasitas perhari = 1500 pcs baju
  • Leadtime = 14 hari
  • Safety Stock (SS) = 10%

Ditanya :

Berapakah reorder point' untuk melakukan pemesanan kembali?

Penyelesaian:

Sebelumnya kita cari dahulu leadtime per pcs:

  • Leadtime = 14 hari x 1500 pcs = 21.000 pcs
Cari safety stocknya:
  • Safety stock = 10% x 21.000 pcs = 2.100 pcs

 RoP = leadtime + safety stock        = 21.000 pcs + 2.100 pcs = 23.100 pcs.Jadi, perusahaan BCL akan melakukan reorder point atau titik pemesanan kembali jika bahan baku tersebut jumlahnya di angka 23.100 pcs.

Demikianlah penjelasan mengenai pengertian reoder point (RoP) dan cara menghitung RoP agar proses produksi pada perusahaan manufakturing tidak terhenti. PPIC selaku petugas yang bertanggung jawab melakukan kontrol persediaan bahan baku sebaiknya mengetahui betul mengenai hitungan order quantity dan juga reorder point, sehingga biaya inventory dapat ditekan seminimal mungkin.


Bahan baku adalah faktor penunjang kelancaran proses produksi sebuah barang. Reorder point adalah keadaan di mana bahan baku harus dipesan kembali sebelum persediaan habis.

Perusahaan manufaktur harus memastikan bahan baku tersedia agar tidak ada kesalahan dalam menentukan jumlah pesanan pelanggan dan reorder point (ROP) bahan baku. Kesalahan tersebut bisa saja menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Pengertian Reorder Point

Divisi produksi khususnya PPIC (Production Planning and Inventory Control) yang bertanggung jawab mengontrol persediaan bahan baku perlu memiliki kemampuan memonitor bahan baku supply chain untuk meminimalkan biaya yang berkaitan dengan inventory.

Kalau ada kekurangan dalam persediaan bahan baku, PPIC akan mengajukan pengadaan bahan baku ke divisi purchasing. Untuk mengetahui kapan waktu untuk membeli bahan baku tersebut, PPIC harus menentukan reorder point (ROP).

Reorder point adalah kondisi di mana bahan baku harus dipesan kembali sebelum persediaannya habis. Perhitungannya dengan menggunakan jumlah minimal angka tertentu sebagai batas untuk segera melakukan pemesanan lagi.

Reorder point sangat dibutuhkan dalam hal manajemen stock, dapat menentukan batas minimal persedian di gudang.

Sebagai produsen yang profesional, Anda pasti ingin memenuhi permintaan pelanggan secara tepat waktu.

Misalnya Anda adalah pengusaha pakaian muslim. Ternyata saat Hari Raya, penjualan baju muslimnya mengalami peningkatan dan toko mengalami kebanjiran pesanan.

Sebagai penjual, Anda mengalami kepanikan karena persediaan baju muslim di gudang. Jadinya banyak pelanggan yang kecewa karena tidak mendapatkan produk Anda.

Tetapi untuk membuat produk tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bisa jadi setelah produknya tersedia, minat beli pelanggan sudah menurun atau mereka sudah membeli produk di toko lain.

Reorder point juga membantu Anda memantau stok barang sehingga tidak ada yang melimpah di gudang saat permintaan sedang minim.

Misalnya Anda memiliki persediaan baju muslim ratusan barang dengan berbagai model. Tetapi setelah dipasarkan tidak banyak mendatangkan penjualan karena sudah lewat Hari Raya. Persediaan baju muslim tersebut menjadi mangkrak di gudang Anda, dan memungkinkan mengalami kerugian.

Untuk mengatasi dan mencegah dua masalah di atas terjadi pada perusahan Anda, diperlukanlah ROP.

Perhitungan ROP yang tepat akan membuat pemesanan barang berjalan lancar. Pelaku bisnis profesional tidak akan menggunakan insting untuk menambah persediaan barang.

Bagi pelaku bisnis profesional pasti akan menyetok barang di gudang untuk mengantisipasi high season seperti Hari Raya. Prinsipnya lebih baik penjualan mencapi kuota, tidak masalah barang belum habis.

Baca Juga: Manajemen Produksi: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis dan Tahapannya

Manfaat Reorder Point

Manfaat reorder point adalah agar pergerakan barang dapat berjalan efisien. Manfaat lain dari reorder point bagi perusahaan antara lain:

  1. Memenuhi permintaan pelanggan saat high season dan tidak ada persediaan yang berlebihan di gudang.
  2. Perusahaan dapat mengantisipasi pembelian bahan baku yang berlebihan.
  3. Meminimalisir biaya produksi dan memksimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
  4. Menentukan safety stock karena inventory merupakan bagian dari aset perusahaan.

Cara Menghitung Reorder Point

Sebelumnya sudah dikatakan kalau ada angka tertentu yang digunakan dalam perhitungan reorder point. Rumus untuk menentukan reorder point adalah sebagai berikut:

Reorder point = lead time demand + safety stock

Lead Time Demand

Lead time adalah rentang waktu antara pemesanan hingga barang tersebut sampai di tangan Anda. Nah, kalau lead time demand dalam reorder point adalah perkiraan jumlah permintaan selama jeda waktu tersebut.

Lamanya lead time bergantung pada jumlah barang, tingkat kesulitan barangnya, lokasi dan lain-lain.

Rumus lead time demand adalah lead time dikalikan dengan rata-rata jumlah penjualan per hari.

Safety Stock

Safety stock adalah jumlah stock barang untuk mengantisipasi kemungkinan jumlah permintaan yang melonjak tinggi atau pengiriman barang yang sangat lama.

Perhitungan safety stock yaitu (penjualan harian tertinggi x lead time terlama) – (rata penjualan harian x rata-rata lead time).

Untuk dapat memahaminya mari kita gunakan rumus tersebut dalam sebuah contoh di kegiatan perusahaan manufaktur.

PT Busana Abadi adalah perusahaan yang memproduksi pakaian dan ingin memesan kain sebagai bahan baku produksinya.

Kapasitas produksi yang dapat mereka hasilkan per hari sebesar 3.000 pcs baju. Lead time atau jangka waktu yang diperlukan dalam memesan bahan baku dari supplier adalah 20 hari.

Perusahaan manufaktur ini memiliki kebijakan untuk melebihkan persediaan bahan baku sebanyak 10% (safety stock).

Lalu, berapa nilai reorder point (ROP) yang tepat untuk memesan kembali kain untuk bahan baku produksi?

Dari penjelasan di atas, kita cari tahu dulu berapa nilai lead time demand:

20 hari x 3.000 pcs = 60.000 pcs

Safety stock: 10% x 60.000 pcs = 6.000 pcs

ROP = lead time demand + safety stock

ROP = 60.000 pcs + 6.000 pcs = 66.000 pcs

Jadi PT Busana Abadi akan melakukan reorder point ke supplier saat jumlah persediaan 66.000 pcs, agar persediaan cukup sampai pesanan selanjutnya tiba.

Pada sistem inventory, proses reorder point dan safety stock dapat dilakukan secara otomatis sesuai dengan set up yang sudah ditentukan.

History selisih usage date dengan waktu penerimaan barang, dapat membuat jumlahnya lebih minim dan menguntungkan cash flow perusahaan.

Kesimpulan

Reorder point adalah keadaan di mana bahan baku harus dipesan kembali sebelum persediaannya habis. Penentuan jumlah reorder point sangat bergantung pada lead time demand dan safety stock yang dimiliki perusahaan.

Banyaknya teknologi yang dapat membantu mempermudah proses manufaktur, kini banyak perusahaan yang meninggalkan cara tradisional dan manual.

Proses produksi bisa terhambat jika ada kesalahan dan ketidakuratan dalam data yang digunakan. Saat ini banyak perusahaan manufaktur yang mengunakan sistem ERP untuk membantu proses PPIC.

Kegiatan produksi dan berbagai departemen yang terlibat dapat terintegrasi dengan sistem ERP sehingga departemen produksi bisa mengelola dan menjalankan proses produksinya dengan cepat dan akurat.

Software manufaktur MASERP memiliki fitur Bill of Material yang mempermudah Anda melihat semua purchase order (PO) yang masuk beserta ketersediaan bahan baku produksi.

Fitur tersebut juga memudahkan Anda menentukan harga pokok produksi (HPP) sementara dan final setelah mendapatkan seluruh biaya pasti seperti tenaga kerja, bahan baku dan pemasaran.

Fitur Batch Number dalam MASERP dapat membedakan produksi hari ini dan hari sebelumnya untuk menghindari double produksi dan Anda dapat mengevaluasi produk yang tidak sesuai standar.

Anda juga dapat melakukan tracking umur piutang customer Anda dengan fitur reminder untuk piutang jatuh tempo setiap harinya agar dapat melakukan penagihan tepat waktu dan menjaga kesehatan cash flow.

Fitur Quantity Minimum akan memberikan warning kepada Anda apabila persediaan fisik sudah berada pada jumlah di bawah Qty Min yang sudah disetting.

Segera konsultasikan kendala dan tujuan bisnis Anda kepada konsultan ahli kami dengan klik gambar di bawah ini. GRATIS!

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA