Syarat paragraf yang baik:
Susunan antarkalimat harus urut membentuk
satu kesatuan (kalimat penjelas mendukung kalimat utama) Show Susunan antarkalimat saling berkaitan sehingga membentuk karangan yang padu. Contoh: Urutkanlah kalimat-kalimat berikut, kemudian susunlah menjadi paragraf yang baik! 1. Gigitannya pun bikin gatal. 2. Bunyinya saat terbang mengganggu telinga 3. Aku paling tidak suka pada nyamuk 4. Binatang kecil itu sungguh menjengkelkan. Jawaban: 3 – 4 – 2 – 1 Aku paling tidak suka pada nyamuk. Binatang kecil itu sungguh menjengkelkan. Bunyinya saat terbang mengganggu telinga. Gigitannya pun bikin gatal.
SOAL Urutkanlah kalimat-kalimat berikut, kemudian susunlah menjadi paragraf yang baik! SOAL I 1. Namun, anehnya kami tidak merasa lelah sama sekali. 2. Kami berangkat menuju Pantai Bojongsalawe pada pukul 05.00 WIB. 3. Setibanya di sana kami segera bermain dengan gembira. 4. Jarak pantai itu dari rumah kami cukup jauh. SOAL II 1. Terlebih pada musim kemarau, hidup bagai di neraka. 2. Halaman rumah kami sangat gersang. 3. Tidak ada satu pohon pun di sana. 4. Setiap siang udara terasa panas SOAL III 1. Dia tidak melihat-lihat keadaan tempat berlari. 2. Benang layang-layang Andri tiba-tiba putus. 3. Akibatnya, dia tertabrak sepeda motor. 4. Dia berlari mengejar layang-layangnya. SOAL IV 1. Para siswa giat berlatih. 2. Sekolah akan mengadakan pentas kesenian. 3. Mereka berlatih seminggu sekali. 4. Pada hari pelaksanaannya, mereka tampil mempesona. SOAL V 1. Jalan-jalan tergenang air dan sulit dilewati. 2. Hari ini hujan turun begitu derasnya. 3. Orang-orang pun menjadi enggan ke mana-mana. 4. Airnya tidak hanya membasahi tanah
Judul :Bayang Suram Pelangi Penulis :Arafat Nur Penerbit: DIVA Press Terbit : April 2018 ISBN : 978-602-391-531-6 Tebal : 384 halaman Membaca novel Bayang Suram Pelangi, seseorang akan diajak kembali pergulatan sejarah pada era 90an. Khususnya di daerah Aceh. Di mana pada masa itu sudah gencar-gencarnya gejolak politik, perang (konflik) yang terbilang memanas. Bahkan dalam novel ini juga menjelaskan, banyak sekali anak-anak yang tidak menempuh pendidikan. Selain, tempatnya jauh dari perkampungan, masalah ekonomi dan suara pistol menjadi alasan utamanya. Saidul, seorang anak yang menjadi tokoh utama dalam novel ini, menjadi satu-satunya anak kampungnya yang bisa menikmati pahit dan manisnya pendidikan. Dalam perjuangannya menempuh pendidikan ia harus mengayuh sepeda onthel dari rumahnya sampai dengan sekolah yang berjarak sangat jauh. Atau dalam novel ini, disebutkan harus melewati sepuluh batu. 140 Dalam setiap perjalanan, ia selalu merasakan kekhawatiran yang sangat mendalam. Hal yang paling membuat dirinya khawatir ialah, bahwa masih banyak perang senjata antara tentara dan pemberontak di daerahnya tersebut. Sebab, setiap dirinya melewati pos tentara ia selalu diperiksa, dengan alasan bahwa Saidul adalah seorang pemberontak. Dari hal-hal yang menakutkan itulah, ia pernah ingin memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah dan membantu ayahnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Tetapi, dengan tegar ayahnya mengatakan, untuk saat ini sekolah lebih penting bagimu . Ketika sudah berkata seperti itu, maka Sidul tidak bisa membantah lagi, ia hanya bisa mengikuti apa yang dikatakan oleh ayahnya tersebut. Buku ini sedikitnya menyadarkan kepada kita tentang pentingnya sebuah pendidikan. Selain itu, juga mengajak seluruh jajaran manusia agar tidak melupakan sebuah sejarah. Konflik, perang, ataupun pemberontakan yang terjadi di masa lalu. Jangan pernah dilupakan, tetapi dijadikan sebuah acuan untuk menggali keutuhan untuk menuju kehidupan yang lebih baik ke depannya. Selain menyajikan sejarah dan pendidikan, novel ini juga mengambil latar belakang tentang percintaan. Sebuah percintaan yang melankonis dalam masa perjuangan. Sidul sebagai orang terdidik yang mencintai Zahra yang menjadi bunga desanya. Percintaan ini juga dialami oleh kakak Sidul yang menikah dengan seorang yang dianggap pemberontak oleh tentara. Dan Aini sebagai adiknya menaruh hati dengan seorang tentara. Berangkat dari pergulatan cinta inilah rumahnya seringkali dikunjungi oleh tentara. Dengan dalih untuk menjaga keamanan yang ada di kampungnya. Pernah suatu ketika Sidul dipukuli tentara, karena dianggap pernah bersama dengan pemberontak. Yang membuat dirinya tidak bisa berjalan dan pergi ke sekolah untuk menikmati pendidikannya (hal 250) Ada titik tekan yang menarik dalam buku ini, yaitu bagaimana perjuangan Sidul agar menjadi anak yang terdidik. Ia harus berjuang dengan sekuat tenaga dan penuh pengorbanan, bahkan nyawa menjadi taruhannya. Hingga menginjak SMA kelas 3 ia berhasil mendapatkan peringkat satu. Sebuah pencapaian yang sangat mengesankan. Karena dengan begitu ia bisa mengurangi beban keluarga. Karena mereka yang mendapat ranking satu, maka ia akan dibebaskan dari biaya pembayaran sekolah (SPP) setahun penuh. (Hal 368) Arafat Nurselaku penulis memberikan gambaran menarik dalam novelnya. Selain ia menceritakan alur sejarah yang mencekam, ia juga berusaha membuat sebuah fakta yang menarik tentang keadaan di Aceh pada masa itu. Salah satu fakta yang digambarkan dalam novel ini ialah ekonomi yang sangat rendah. Setiap harinya Sidul dan keluarga harus memakan nasi dengan lauk kangkung. Di lain sisi masyarakat juga tidak bisa berkutik akan tindakan tentara yang kadang bertindak sesuka hati, sampai dengan membakar rumah warga. Namun, tidak semua tentara sekeras itu, seperti Tumiren, tentara yang selalu menunggu cerita Sidul dan tentara yang mendekati Aini. Ia juga memiliki welas asih terhadap warga. Ia hanya keras terhadap orang-orang yang dianggap pemberontak. Dengan bahasa yang sistematis dan mudah dipahami, pembaca akan memahami alur sejarah, dan cinta melankonis yang ditawarkan dalam novel ini. Diharapkan pembaca memiliki jalan tengah, agar menemukan khazanah yang ada di dalam buku ini.
Apakah Grameds masih kesulitan membuat kalimat resensi buku? Resensi adalah salah satu jenis teks yang akan sering kita jumpai di dunia akademi ataupun sebagai penikmat karya seperti buku, film, musik, pasti Grameds tidak asing dengan resensi. Bentuk resensi yang mungkin banyak Grameds temukan adalah resensi buku, sedangkan resensi film atau musik biasanya disebut kritik film atau kritik musik yang jika dituliskan juga hampir serupa dengan struktur resensi buku. Lalu bagaimana kalimat yang ada didalam teks resensi dan apa bedanya dengan teks lainnya? Grameds bisa simak artikel ini sampai selesai, mulai dari mengenal apa itu resensi secara mendasar, bentuk- bentuk kalimat resensi dan contohnya: Pengertian ResensiResensi adalah sebuah karya tulis yang dibuat berdasarkan penilaian, pengamatan, meninjau, dan melihat kembali suatu karya yang dikonsumsi banyak orang. Dalam praktiknya, resensi biasanya dibuat untuk menilai buku, film, musik, atau karya seni lainnya yang dinikmati banyak orang kehadirannya. Buku adalah salah satu bentuk karya yang tidak bisa dilepaskan dari resensi. Karena berkaitan dengan orang banyak, maka kehadiran resensi buku juga memiliki tujuan. Resensi dibuat untuk menunjukan kepada calon pembaca tentang isi karya buku tersebut berdasarkan opini penulis resensi. Resensi buku akan sangat mempengaruhi \peredaran atau penerimaan buku terhadap pembaca meskipun resensi bersifat subjektif yang bisa saja berbeda penilaian setiap orang terhadap buku. Tujuan resensi buku dibuat adalah sebagai berikut:
Mengapa kita perlu menulis resensi? Berdasarkan tujuan penulisan resensi di atas Grameds bisa menjawab pertanyaan tersebut bahwa sebuah resensi memang bisa sebegitu pengaruhnya pada buku, baik yang sifatnya positif maupun negatif. Jika diperhatikan resensi sebenarnya hampir serupa dengan esai atau opini yang berisi pandangan subjektif penulis tentang fenomena tertentu, dalam hal ini berarti penulis membahas sebuah buku sebagai bahan pembicaraan. Dalam menulis resensi juga membutuhkan ketepatan penggunaan bahasa dengan menyusun kalimat yang baik agar bisa menghasilkan resensi buku yang berkualitas. Grameds mungkin sering menemukan resensi dan review, nah apa perbedaan resensi dan review buku? dalam praktiknya kedua sebutan tersebut hampir sama diartikan sebagai teks yang mengulas buku dari kekurangan, kelebihan, dan informasi tentang karya tersebut. Dalam beberapa kondisi sebutannya mungkin saja berbeda, seperti di beberapa media cetak seperti Koran atau majalah lebih sering menggunakan sebutan resensi yang berkesan lebih serius, sedangkan di media online ada beberapa yang menggunakan sebutan review yang berkesan lebih ringan membahas buku tersebut. Nah, agar Grameds tidak kebingungan tentang resensi buku, maka Grameds bisa mengenalnya dari gaya bahasanya, yakni penggunakan kata, diksi dan penyusunannya menjadi sebuah kalimat resensi yang tepat untuk buku tertentu. Secara umum kalimat resensi tidak memiliki struktur berbeda dengan kalimat- kalimat pada teks lainnya. Namun perbedaannya berada pada konteks atau ide pokok yang ada di dalam kalimat tersebut. Pengertian Kalimat ResensiKalimat resensi adalah bentuk kalimat yang berisi tentang ulasan buku dengan tujuan menggambarkan apakah buku tersebut layak dibaca atau tidaknya. Kalimat resensi memiliki ide pokok menilai, menganalisis, mengamati, dan mengaitkan dengan karya atau buku- buku sebelumnya yang masih berkatan atau berbicara topic yang sejenis. Kalimat dalam teks resensi bersifat subjektif berdasarkan komentar penulis yang bisa berisi kritik atau apresiasi positif pada buku tersebut. Dalam praktiknya, kalimat resensi menunjukkan kelebihan dan kekurangan buku untuk menunjukan kepada calon pembaca apakah buku tersebut layak dibaca dan bagaimana kehadiran buku tersebut menyapa pembaca. Dalam menulis kalimat dalam teks resensi buku Grameds perlu menguasai materi yang akan dibicarakan berkaitan dengan buku. Hal tersebut diperlukan agar penilaian pada buku tersebut logis dan juga bisa diterima oleh banyak orang, meskipun resensi sendiri bersifat subjektif yang sah- sah saja setiap orang memiliki pandangan atau penilaian yang berbeda- beda. Itulah sebabnya bentuk kalimat yang digunakan dalam resensi buku antara penulis yang satu dengan lainnya bisa saja memiliki penilaian atau pandangan yang berbeda. Buku seperti layaknya karya seni lainnya bisa memiliki pengalaman yang berbeda- beda terhadap penikmatnya. Jadi wajar saja resensi bisa muncul beragam hanya dari satu karya satu buku saja. Perlu digarisbawahi, resensi juga berisi kalimat- kalimat yang bersifat objektif berdasarkan informasi atau data akurat yang berkaitan dengan buku tersebut untuk memperkuat opini penulis dalam penilaian kekurangan dan kelebihan buku tersebut. Kalimat resensi juga tergambarkan dari unsur- unsur yang ada dalam tulisan resensi seperti berikut ini:
Contoh Kalimat- kalimat Resensi BukuBerikut ini contoh resensi buku yang ditulis oleh Rusdi Mathari yang berjudul Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi Dari Madura yang merupakan buku fiksi. Resensi ini menunjukan kalimat- kalimat yang mengulas isi buku, mulai dari cerita dalam buku, menilai bagian yang menarik dalam buku dan kekurangan yang ada di dalam buku ini, berikut resensinya: Tidak Lebih Pintar dari Orang Sinting Judul : Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi dari Madura Penulis : Rusdi Mathari Cetakan : September 2016 Penerbit : Buku Mojok Tebal : xviii+226 hlm.; 13×20 cm ISBN : 978-602-1318-40-9 Pintar atau bodoh sudah seperti julukan yang melekat pada seseorang. Predikat pintar atau bodoh adalah subjektivitas seseorang yang tampak seperti objektivitas dengan fakta yang sebenarnya bisa dibantah. Orang-orang berlomba-lomba disebut pintar dengan segala cara yang terkesan dipaksakan. Memiliki jabatan yang tinggi berarti pintar, memiliki kekayaan yang berlebih berarti pintar, sekolah tinggi berarti pintar. Dengan semua itu, yang ‘pintar’ dengan mudah menJudge yang lain dengan predikat ‘bodoh’. ‘Pintar’ seolah menghadirkan sesuatu yang paling benar dan sempurna, sehingga patut dijadikan contoh yang menciptakan mayoritas dan menyalahkan yang minoritas. Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya adalah antologi artikel Rusdi Mathari yang dimuat di situs web Mojok.co sebagai serial Ramadan dua tahun berturut-turut, yakni 2015 dan 2016. Artikelnya disampaikan dalam bentuk cerita pendek yang realis, dengan latar belakang masyarakat muslim Indonesia dengan budaya beragamanya saat ini. Rusdi Mathari menghadirkan tokoh Cak Dlahom, Mat Piti, Romlah, dan Bunanali meskipun tokoh tersebut bukanlah rekaan mandiri dari Rusdi. Nama-nama tokoh tersebut diambil dalam cerita-cerita humor surabayan. Kurang lebih seperti tokoh Mukidi, yang belakangan kembali populer. Kemiripan gaya Rusdi dengan Dhalom-nya dan Cak Nun dengan Markesot-nya disebabkan oleh strategi yang sama-sama dikutip dari gaya bertutur humor-humor berfragmen pendek. Nama Dhalom sendiri diambil dari diksi Jawa Timur yang kira-kira artinya ‘agak bodoh’. Kata “bodoh” menjadi refleksi Cak Dhalom mengenai pengetahuan manusia atas agama dan Tuhan. Penulis menekankan pula persoalan “bodoh” tersebut lewat judul yang dipilih untuk diterakan pada buku ini. Serial Cak Dhalom mengisahkan kejadian sehari-hari disebuah desa di Madura. Sentra kisah ialah Dhalom, duda tua yang hidup sendiri di sebuah gubuk dekat kandang kambing milik Pak Lurah. Dhalom kerap menjadi komentator atau penyulut perbincangan mengenai substansi ibadah, yang membuat para tetangganya merenungkan ulang pemahaman mereka atas agama Islam. Selain pokok-pokok obrolan itu sendiri, keseharian Cak Dhalom dan para tetangganya juga dijalin menjadi kisah bersambung. Kisah yang mengalir dalam perkembangannya turut memunculkan tokoh-tokoh baru. Latar penulisan buku ini di dua kali ramadan, yang mana bulan ramadhan juga menjadi situasi dalam serial ini, membuat buku ini dibagi dalam dua bab: Ramadan Pertama dan Ramadan Kedua. Percaya pada Orang Sinting Masyarakat desa Ndusel yakin dan tak yakin Cak Dhalom adalah orang yang tak waras, tapi mereka menganggap keberadaan Cak Dhalom sebagai pembeda. Sebagai penyeimbang. Cak Dlahom orang yang dianggap sinting yang kadang mengharu biru. Kadang mereka rindukan, kadang mereka tidak suka. Setiap omongannya seperti melawan arus pendapat orang-orang kampung. Dia hadir dalam cerita sebagai orang yang tak silau pada dunia dan malah menghinakan dirinya sedemikian rupa. Membiarkan orang-orang menganggapnya tak waras. Membiarkan siapa saja meremehkannya. Rusdi Mathari memulai cerita dengan hal-hal aneh yang dilakukan Cak Dlahom. Masyarakat kampung menganggap apa yang dilakukan Cak Dlahom adalah sesuatu yang tidak wajar, sehingga mereka tidak jarang meneriaki Cak Dlahom dengan diksi ‘gila’, ‘sinting’, ‘tidak waras’. Tetapi setelah mereka mengetahui alasan mengapa Cak Dlahom melakukan hal tersebut, mereka tertunduk, merenung ternyata apa yang dilakukan Cak Dlahom lebih mulia dari apa yang sebenarnya mereka pahami selama ini. Cak Dlahom pernah tidur di kandang kambing pak Lurah dan membawa anjing tidur bersamanya. Anjing dan kambing-kambing itu dipeluknya bergantian, sambil diajak berbicara. Masyarakat menuduh Cak Dlahom menebarkan najis. Disinilah Cak Dlahom mengaku anjing. Cak Dlahom tidak berani memberi cap kepada orang lain seperti kebanyakan mereka yang menyukainya. Puncak keberaniannya hanyalah meremehkan dirinya sendiri. Cak Dlahom juga pernah telanjang bulat dibilang serambi imam di masjid. Kelakuannya ini membuat gempar masyarakat ternyata dia hanya ingin bersedekah kepada nyamuk yang dianggap juga makhluk Allah yang perlu kita sejahterakan. Keanehan cak Dlahom tidak berhenti berhenti disitu saja. Dia telah menjadi perhatian masyarakat kampung. Tiba-tiba dia tidak mau berbicara sama sekali. Alasanya adalah Sejak balita sudah diajar bicara dan terus berbicara sampai sekarang. Sudah terlalu banyak berbicara. Mulut ini mengajarkan orang tentang kebajikan dan ketidakbajikan, tapi sebetulnya hanya mengharap orang-orang memujiku sebagai orang yang bijaksana. Sebagai orang yang alim mulut menasehati orang, tapi perbuatan dan tingkah laku jauh dari yang dinasehatkan. Mulut memberitahu dan mengajarkan sesuatu hanya agar dianggap berilmu luas. Mulut sering berkata-kata yang menyakiti orang lain. Bahkan mendengarkan suaraku saja sebagian orang takut. Sering merasa telah berkata sesuai hati nurani, tapi sebetulnya hanya merancang agar orang lain bisa kagumi dan tidak remehkan. Kata-kata dirancang sehalus mungkin, tapi dimaksudkan untuk mengiris perasaan orang lain. Mulut berkata-kata agar orang percaya dan bisa dipercaya. Berbicara menyenangkan orang agar dianggap dan dinilai sebagai orang yang menyenangkan. Orang yang asyik, meskipun berdusta. Hanya berbasa-basi. Mulut, hati, dan perbuatan tak pernah sesuai.(hal. 190) Mat Piti, salah satu tokoh yang sering berinteraksi dengan Cak Dlahom dan keanehannya justru meminta menjadi lebih gila dari Cak Dlahom. Keluguan dan kejujuran Cak Dhalom dirasa Mat Piti, membuat hidup Cak Dlahom damai. Dullah, mantan imam masjid dan Gus Mut keponakannya justru meminta berguru pada Cak Dlahom. Cak Dhalom tentu menolak, mengapa mereka meminta berguru pada orang sinting sepertinya. Obrolan Cak Dlahom dan orang yang diajaknya bicara, berkesan mbulet, berputar-putar, beruntun, dan pada akhirnya sulit dikenali siapa bilang apa. Sama seperti tokoh-tokoh aneh dan nyeleneh dalam cerita-cerita Putu Wijaya:caranya yang berbeda dalam memandang dunia. Dalam buku ini ada pengakuan Cak Dlahom adalah orang sinting, dia anjing, Cuma wayang, tapi ada saat dia mengaku bisa melihat Tuhan. Dalam pengantar buku ini Mahfud Ikhwan berpesan untuk tidak percaya pada tokoh ini, Rusdi mathari telah memperdaya pikiran kita melalui tokoh Cak Dhalom yang sinting tetapi lebih pintar dari orang yang waras. Karya Rudy ini mampu menghadirkan sensasi nyata karena keterlibatan secara langsung dengan kebiasaan masyarakat sehari-hari saat bulan puasa. Melalui buku ini kita bisa mengenali penyakit-penyakit kita hari ini,bagaimana kebiasaan beribadah yang ternyata salah, justru semakin menjauhkan kita pada Allah. Pesan yang disampaikan Cak Dlahom dalam cerita ini dapat kita gunakan untuk mempersiapkan bulan ramadhan yang sebentar lagi akan kita jumpai. Atau sekedar bernostalgia dengan ramadhan lalu, bagaimana kita merasa sombong dan percaya diri menjalankan ibadah yang kita anggap benar dan sempurna itu. Nah, itulah penjelasan tentang kalimat resensi dan contohnya. Apakah Grameds sudah bisa membuat kalimat resensi tersebut? Melalui resensi tersebut Grameds bisa mengekspresikan komentar terhadap suatu karya, baik buku, film, musik, atau bentuk karya lainnya dengan baik secara intelektual. Jadi tidak ada salahnya Grameds mengasah kemampuan dalam menulis kalimat resensi. Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
|