Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

KOMPAS.com - Menggambar ilustrasi memiliki beberapa pakem yang harus kamu ketahui. Pakem tersebut menjadi dasar agar bisa menggambar dengan baik.

Gambar ilustrasi adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan menggambar bentuk.

Gambar yang dibentuk harus dapat memperjelas, mempertegas, dan memperkuat cerita atau narasi yang menjadi tema gambar.

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), agar gambar ilustrasi dapat dibuat dengan baik dan memenuhi sasarannya (isi teks) harus memperhatikan beberapa hal. 

Berikut dasar-dasar pembuatan gambar ilustrasi: 

Penguasaan Teknik

Untuk menghasilkan penampakan gambar yang menarik dipengaruhi oleh keahlian pelukisnya.

Baca juga: Menggambar Ilustrasi: Pengertian dan Sejarah Ilustrasi 

Objek ilustrasi menjadi indah ketika dibuat oleh pelukis yang memiliki penguasaan pada menggambar bentuk yang sudah baik dan menarik.

Penguasaan teknik menjadi prinsip karena menjadi sebuah bentuk hubungan antara pembuat dengan gambar yang dihasilkan. 

Ada beberapa teknik menggambar yang bisa digunkan oleh pelukis, yakni:

Teknik arsir merupakan teknik menggambar ilustrasi yang menggunakan garis-garis sejajar atau menyilang untuk menentukan gelap terang objek suatu gambar. 

Sehingga terlihat memiliki tampilan tiga dimensi atau bisa juga teknik arsir dengan cara menggores-goreskan pensil, tinta, spidol, atau alat-alat yang lainnya kemudian hasilnya nanti berupa garis-garis berulang yang menampilkan kesan gelap-terang, gradasi, atau kesan dimensi.

Teknik menggambar ilustrasi yang menampilkan gelap terang suatu objek gambar dengan menggunakan pensil gambar yang digoreskan (digosokkan) dalam posisi miring (rebah).

Baca juga: Apa itu Gambar Digital? 

Bisa juga dengan cara menggosok sehingga menimbulkan kesan gelap-terang atau tebal-tipis. Alat-alat yang digunakan antara lain pensil, krayon, dan konte.

Teknik pointilis adalah teknik menggambar ilustrasi dengan menggunakan titik-titik hingga membentuk suatu objek.

Pembuatan tampilan gelap terang objek gambar menggunakan pensil atau pena gambar dengan dititik-titikkan.

Teknik basah dalam menggambar ilustrasi pada umumnya menggunakan bahan basah seperti, cat minyak, cat air, tinta, ataupun media yang lain tentu saja yang membutuhkan air atau minyak untuk dapat mengencerkannya.

Cara membuat gambar menggunakan teknik ini adalah dengan membuat sketsa pada bidang gambar dua dimensi berupa kertas atau kanvas terlebih dahulu, lalu beri warna menggunakan media basah yang sudah ditentukan.

Teknik Kering adalah menggambar ilustrasi tanpa menggunakan pengencer air atau minyak. Ilustrasi dibuat langsung pada bidang dua dimensi yaitu berupa kertas gambar.

Baca juga: Prinsip Menggambar Bentuk 

Sketsa yang telah dibuat nantinya diberi aksen garis atau warna yang sesuai dengan media kering yang digunakan. Alat dan Bahan yang digunakan dalam teknik kering ini adalah:

  • Pensil atau Bolpoin
  • Arang
  • Krayon

Pesan di dalamnya

Gambar ilustrasi yang ditampilkan relevan (sesuai) atau satu kesatuan dengan isi cerita. Pesan yang terdapat pada cerita tersebut dapat ditampilkan secara tepat melalui gambar.

Misalnya, tokoh Gajah Mada diilustrasikan dengan kesan gagah, tegas sesuai dengan isi cerita.

Mudah dipahami

Sebuah gambar yang menarik memiliki satu kesatuan unsur yang harmonis sehingga titik pusat perhatian dapat ditampakkan dengan jelas atau dominan.

Dengan kata lain, tampilan gambar mempunyai kekuatan daya tarik terhadap penikmat atau pembacanya. Prinsip ini berhubungan antara gambar dengan pembaca.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

A.   Pendahuluan

Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan termasuk dalam mata pelajaran yang wajib diberikan di Sekolah Dasar. Di dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan terdapat pembelajaran Seni Rupa. Pembelajaran Seni Rupa di dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan termasuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, cakupan kelompok mata pelajaran estetika, tertulis sebagai berikut.

Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

Pendidikan seni memiliki peranan penting bagi siswa, yaitu dalam rangka untuk membentuk jiwa manusia seutuhnya, selaras, seimbang, dan untuk mengembangkan kepekaan siswa. Dengan kata lain pendidikan seni sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Pendidikan seni merupakan bagian dari pendidikan secara umum yang dalam programnya mengharapkan anak atau siswa memahami tujuan seni.

Pendidikan seni rupa di sekolah menjadi bagian dari pendidikan seni budaya. Soehardjo (1990: 27) mengemukakan bahwa pendidikan seni rupa di sekolah mempunyai dua tujuan, pertama adalah untuk mencapai tujuan pengajaran dan yang kedua adalah memberi kesempatan berekspresi kepada siswa kedua tujuan yang pertama, dasar yang dicapai adalah kemampuan-kemampuan tertentu, baik yang menyangkut segi keterampilan motorik maupun segi pemahaman.

Motivasi baik internal maupun eksternal sangat diperlukan dalam pelajaran seni rupa bagi siswa baik. Motivasi merupakan sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan.

Ketidakadaan motivasi belajar tidak hanya diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa yang mencekam perasaan, tetapi dapat juga disebabkan oleh hal-hal lain. Sekalipun siswa memiliki kemampuan untuk melupakan persoalan lama, kadang-kadang anak tidak mampu menggantinya dengan suasana yang baru dihadapi. Kondisi inilah yang menyebabkan siswa tidak memiliki motivasi untuk mempelajari mata pelajaran tersebut (Soehardjo, 1990: 73).

Motivasi sangat diperlukan dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru hendaknya berusaha membantu siswa belajar menimbulkan motivasi dalam diri siswa dengan cara (a) menumbuhkan dan mengembangkan minat dalam bidang studi masing-masing melalui diskusi tentang aspirasi, nilai-nilai moral profesional bagi penghidupan dan kehidupan yang diemban oleh bidang studi, (b) mengelola situasi belajar mengajar sebagai sesuatu yang berupa perlombaan atau permainan baik secara perorangan atau kelompok.

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi yang di bawanya sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kegiatan belajar dan pembelajaran dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Darsono, dkk (2000) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas.

Menetapkan bahan pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan instruksional. Setelah bahan ditetapkan langkah selanjutnya adalah menetapkan kegiatan belajar mengajar artinya bagaimana bahan itu dipelajari oleh siswa. Soelaeman (1979: 70) menambahkan, bahan pelajaran merupakan isi pengajaran yang mengandung nilai-nilai, informasi, fakta dan pengetahuan. Untuk keperluan pelaksanaan pengajaran bahan yang diajarkan haruslah yang berguna atau relevan dengan keperluan dan masyarakat sekitarnya.

Setiap usaha pembelajaran sebenarnya merupakan pembimbingan dan pemberian kemudahan-kemudahan terhadap peserta didik dalam belajar yang memungkinkan peserta didik dapat belajar yang kreatif, sehingga nantinya mampu menghadap situasi sejenis atau mengenai situasi yang baru. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Dengan memakai metode yang sesuai dapat meningkatkan belajar siswa sehingga mampu meningkatkan daya cipta peserta didik yang diwujudkan melalui teknik dan media, dan menggunakan metode yang tidak dapat menjadi penghambat paling besar dalam proses pembelajaran.

.

B.   Pembelajaran Seni Rupa

1.    Pengertian Pembelajaran Seni Rupa

Seni atau kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia atau masyarakat terhadap nilai-nilai keindahan (Rondhi dan Sumartono, 2003: 4). Dalam hal ini, seni rupa berkaitan dengan pernyataan perasaan keindahan lewat berbagai unsur visual berupa garis, warna, tekstur, bidang, volume, dan ruang sebagai media ungkapnya. Unsur-unsur rupa tersebut merupakan unsur-unsur yang dapat dilihat dan diraba dengan menggunakan indera. Susunan unsur-unsur rupa dalam kesatuan yang utuh akan tercipta suatu bentuk karya seni rupa.

Seni rupa dalam konteks pendidikan seni mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai media dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu untuk mengembangkan kesadaran atau kepekaan estetik, mengembangkan daya cipta (kreativitas) dan mengembangkan kesempatan bagi siswa untuk berekspresi. Hal ini sesuai dengan pendapat Iryanti dan Jazuli (2001:44) pembelajaran seni pada dasarnya merupakan upaya untuk membelajarkan siswa dengan menggunakan seni sebagai media (education through art), seni sebagai alat, dan seni sebagai materi ajaran, agar siswa yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru. Hal serupa juga dikatakan Syafi’i (2006:8) bahwa pendekatan pendidikan melalui seni itu pada dasarnya adalah seni sebagai media atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada segi proses daripada hasil. Jadi dapat digarisbawahi dalam konteks pembelajaran seni rupa, khususnya dalam kegiatan berkarya seni orientasinya lebih pada proses belajar siswa bukan hanya pada hasil karyanya.

Siswa tidak dididik untuk pandai menggambar, melukis, ataupun mematung dan sebagainya. Linderman dan Linderman (dalam Ismiyanto, 2009) mengemukakan bahwa pendidikan seni rupa sebagai pendidikan estetis dapat dilakukan dengan jalan memberikan pengalaman perseptual, kultural, dan artistik. Pengalaman perseptual diberikan melalui proses penggunaan indera ketika siswa melakukan pengamatan atau berkarya, pengalaman kultural dapat melalui kegiatan mempelajari atau memahami bentuk-bentuk peninggalan masa lampau maupun saat ini, serta pengalaman artistik dapat dikembangkan melalui kegiatan apresiasi dan kegiatan kreasi.

Pengalaman artistik dalam kegiatan apresiasi berkaitan dengan kegiatan menanggapi karya seni rupa baik karya siswa itu sendiri maupun karya orang lain, sedangkan kegiatan kreatif dapat diperoleh dari kegiatan penciptaan karya seni. Untuk memperoleh pengalaman artistik ini, diungkapkan menurut Ismiyanto (2009) kegiatan pembelajaran kreasi dirancang agar anak berkembang sesuai tingkat kemampuan kreativitasnya, sedang kegiatan apresiasi melatih kepekaan anak dalam menilai, memahami, dan menghayati karya seni.

Pembelajaran seni rupa khususnya di Sekolah Dasar yang tertuang dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, tidak dapat lepas dari kurikulum. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan merupakan mata pelajaran yang mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004, kemudian disempurnakan lagi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006 sebagai kurikulum yang masih tetap digunakan hingga sekarang ini.

Diterangkan dalam KTSP 2006, sesuai dengan pembahasan pembelajaran seni rupa di atas, pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.

.

2.   Tujuan Pembelajaran Seni Rupa

Menurut Tyler (dalam Syafi’i, 2006: 29) dikatakan tujuan merupakan komponen utama dan pertama dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengarahkan siswa untuk mencapai sasaran belajar yang ingin diharapkan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran dapat disebut juga sasaran pembelajaran. Menurut Ismiyanto (2008) tujuan atau sasaran adalah pangkal tolak, atau acuan pemilihan, penetapan, dan pengembangan komponen-komponen lainnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Smith, Stainley, dan Shores (dalam Ismiyanto, 2008) mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan hendaknya dipertimbangkan kebutuhan dasar anak dan kebutuhan masyarakat serta memperhatikan saran para pakar mata pelajaran.

Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang dicapai melalui proses belajar di kelas dan dalam kurikulum disebut sebagai kompetensi dasar (Ismiyanto, 2008). Menurut Syafi’i (2006: 31) tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan akan memosisikan pada kemampuan siswa dalam suatu kontinum, dari yang bersifat umum, luas dan sulit mengukurnya, sampai kepada yang khusus, sempit, operasional dan mudah diukur.

Seperti dalam rancangan pembelajaran yang dibuat guru, perumusan tujuan umum pembelajaran yang dibuat ke dalam bentuk yang mengerucut atau lebih sempit menjadi tujuan khusus atau indikator dilakukan agar hasil dari pelaksanaan belajar siswa dapat lebih mudah diketahui. Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran seni rupa, atau yang dikenal dengan kompetensi yang harus dicapai siswa merupakan acuan bagi seorang guru dalam merancang sistem pembelajaran.

Tujuan pembelajaran seni rupa terutama lebih mengacu untuk menumbuhkan dan melatih kepekaan siswa untuk diimplementasikan dalam tingkah laku sebagai hasil dari proses pembelajaran seni rupa. Ismiyanto (2008) mengemukakan bahwa dalam konteks pendidikan seni rupa orientasi tujuan pendidikan dapat diarahkan pada: (a) pemupukan dan pengembangan kreativitas dan sensitivitas, (b) menunjang bagi pembentukan dan pengembangan kepribadian anak secara menyeluruh, dan (c) pemberian pada anak untuk berekspresi.

Tujuan tersebut sesuai dengan tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang tercantum pada KTSP. Disebutkan dalam KTSP pada jenjang pendidikan dasar, tujuan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dirumuskan agar peserta didik memiliki kemampuan (1) memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan, (2) menampilkan sikap apresiatif terhadap seni budaya dan keterampilan, (3) menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan, dan (4) menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global.

Jika keempat tujuan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dapat tersalurkan dengan baik maka akan sangat bermanfaat dan berpengaruh positif bagi perkembangan peserta didik baik itu dalam bidang seni ataupun aktivitas lainnya dari peserta didik. Dalam bidang seni peserta didik memperoleh pemahaman tentang konsep, mampu mengapresiasi dan berkreasi karya seni. Perlu diketahui bahwa mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Oleh karena itu segala aspek kegiatan seni harus dapat menjunjung nilai-nilai budaya baik itu dalam tingkat lokal, regional, maupun global.

.

3.   Bahan Ajar Seni Rupa

Bahan ajar atau sering dikenal dengan materi pelajaran, merupakan subject content, yaitu isi pelajaran yang terorganisasi dalam suatu proses pembelajaran yang dipilih dan disampaikan guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Sunaryo, 2006:5). Syafi’i (2006: 31) mengatakan bahwa materi pelajaran atau bahan ajar adalah pesan yang perlu disampaikan oleh penyelenggara pendidikan kepada peserta didik, oleh karena itu bahan ajar atau materi pelajaran merupakan bentuk rinci atau terurai dari pokok-pokok materi yang diterapkan dalam kurikulum. Hasibuan dan Moedjiono (dalam Sunaryo, 2009: 5) dalam kaitannya dengan implikasi sistem penyampaian, bahan ajar atau isi pelajaran yang dipilih merupakan faktor penentu kegiatan belajar siswa.

Berdasarkan medianya, bahan ajar dibedakan atas bahan ajar tertulis dan bahan ajar tidak tertulis. Bahan ajar tertulis merupakan materi atau isi pelajaran yang terkemas dalam bentuk tulisan dapat juga dilengkapi dengan gambar, sedangkan bahan ajar tidak tertulis adalah materi pelajaran yang disampaikan tidak dengan tulisan, tidak tercetak tetapi disampaikan secara lisan atau dapat juga memanfaatkan sumber belajar lingkungan maupun teknologi.

Materi pembelajaran seni rupa sesuai kurikulum, dikelompokkan sebagai bahan ajar kajian (pengetahuan), apresiasi dan kreasi (praktik). Materi kajian meliputi jenis-jenis karya seni rupa, media karya seni rupa, sejarah seni rupa, pengertian dan wawasan seni. Materi apresiasi dituangkan dalam kegiatan pameran. Sementara materi kreasi (praktik) antara lain dituangkan dalam kegiatan menggambar ilustrasi, bentuk, ekspresi, perspektif dan sebagainya, serta membentuk, membuat patung, mencetak serta membuat karya-karya seni kerajinan.

Bahan ajar atau materi pembelajaran Seni Rupa dalam KTSP disesuaikan dengan Kompetensi Dasar berdasar pada Standar Kompetensi apresiasi ataupun kreasi. Sebagai contoh misalnya pada jenjang Sekolah Dasar Standar Kompetensi apresiasi terdiri dari Kompetensi Dasar yang meliputi: apresiasi berupa menjelaskan makna motif hias, mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa Nusantara daerah setempat, menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan motif hias karya seni rupa Nusantara daerah setempat. Sedangkan dalam Standar Kompetensi kreasi terdiri dari Kompetensi Dasar meliputi: mengekspresikan diri melalui gambar dekoratif dengan motif hias Nusantara, mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema hewan dan kehidupannya, membuat motif hias jumputan pada kain.

.

C.   Gambar Ilustrasi

1.    Pengertian Gambar Ilustrasi

Kegiatan berkreasi memungkinkan siswa untuk mampu menuangkan ide dan kreasinya ke dalam bentuk karya. Keunikan pembelajaran dalam kegiatan berkreasi, siswa mendapat pengalaman belajar yang sama namun produk yang dihasilkan dapat berbeda. Hal ini dikarenakan kebebasan berekspresi dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam suatu karya antara siswa yang satu dengan yang lainnya diberi peluang berkarya yang seluas-luasnya sehingga menghasilkan produk atau karya siswa berbeda-beda. Hal yang serupa dikatakan Syafi’i (2006: 17) yang menegaskan bahwa pembelajaran Seni Rupa memungkinkan anak untuk menghasilkan produk atau karya yang berbeda dengan temannya. Anak atau siswa menjadi terbiasa atau mengalami proses pembiasaan untuk berbeda. Kondisi ini pada jangka panjang akan berkontribusi pada penghargaan perbedaan pendapat, toleransi, dan sikap dalam berdemokrasi.

Pengertian gambar secara umum adalah menyajikan karya dua dimensi yang dibuat secara manual (dengan pensil, tinta) maupun menggunakan media cetak (kamera, sablon, digital printing) dengan maksud merekam objek seperti apa adanya (Gunadi, 2010: 8). Menurut Iswidayati (2010: 59) gambar merupakan media visual dwimatra yang dibuat dengan media pensil di atas benda tidak transparan yang berupa kertas, kain, plastik, atau bahan lain yang tipis dan ringan.

Ching (2002: 10-11) mengatakan bahwa intisari dalam semua gambar adalah suatu proses interaktif dari melihat, memvisualisasikan dan mengekspresikan imajinasi. Imajinasi yang kita lihat memperkaya penemuan baru kita tentang dunia.Imajinasi yang kita visualisasikan memungkinkan kita berpikir dalam terminologi visual dan untuk memahami apa yang kita lihat.Imajinasi yang kita gambar memungkinkan kita mengekspresikan dan mengomunikasikan pemikiran dan persepsi kita.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa menggambar merupakan suatu aktivitas berkarya seni rupa dua dimensi dengan menggunakan media berupa pensil, pena, arang, atau krayon di atas media tidak transparan untuk menciptakan suatu catatan, objek, suasana, peristiwa, atau keinginan dengan mencontoh objek nyata secara langsung atau tidak langsung, maupun yang berdasarkan khayalan atau imajinasi untuk dijadikan sebuah rencana maupun menjadi karya seni tersendiri.

Menggambar menurut Aprianto (2004: 1-4), pada intinya adalah perpaduan keterampilan (skill), kepekaan rasa (taste), kreativitas, ide, pengetahuan dan wawasan. Aprianto juga menyebutkan bahwa gambar adalah informasi dan ekspresi, sehingga harus bersifat informatif dan komunikatif. Menggambar adalah cara yang paling mudah dan langsung untuk mengekspresikan pemikiran visual dan persepsi.

Dalam menggambar, dapat dengan menarik dan mengguratkan sebuah pena atau pensil, meninggalkan jejak garis-garis yang ada kaitanya dengan potongan dan struktur dari bentuk-bentuk yang kita pandang sebagai benda nyata atau yang terlihat dalam mata pikiran. Di dalam garis-garis gambar yang tampak, terdapat kandungan pola-pola gerak. Di dalam aktivitas normal dari persepsi visual, kita dapat membaca pola-pola tersebut dan apa yang direpresentasikanya (Ching, 2005: 20).

Menggambar adalah proses kegiatan untuk menghasilkan gambar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1988: 250) gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, alam, tumbuh-tumbuhan, dsb) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas. Simon (dalam Sunoto, 2009: 30) menyatakan bahwa:

Gambar adalah ekspresi. Gambar merupakan sesuatu yang erat dan alami, yang ada hubunganya dengan keinginan manusia. Dengan gambar manusia dapat mengekspresikan diri, pola pikir dan emosi-emosinya. Artinya melalui kegiatan menggambar, manusia dapat mengungkapkan segala apa yang dirasakan dalam pikirannya.

Menggambar menurut Wallschlaeger dan Snyder (dalam Muharrar dan Mudjiono, 2007: 4) adalah suatu proses visual dalam menghadirkan figur dan bentuk pada sebuah permukaan dengan menggunakan pensil, pen, atau tinta untuk menghasilkan titik, garis, nada warna, tekstur dan lain sebagainya sehingga mampu memperjelas bentuk image. Sedangkan menurut Ching (dalam Sunoto, 2009: 31) menggambar adalah membuat goresan di atas permukaan yang secara grafis menunjukkan kemiripan mengenai sesuatu.

Dalam konteks pendidikan, sebagaimana telah disebutkan di depan terdapat jenis kegiatan menggambar ilustrasi. Istilah ilustrasi diambil dari bahasa Inggris illustration dengan bentuk kata kerjanya to illustrate dan dari bahasa latin illustrare yang berarti membuat terang. Istilah ilustrasi secara umun mencangkup sesuatu yang dapat berbentuk gambar, ungkapan, dan lain-lain untuk memperindah atau memperjelas suatu hasil pemikiran.

Kaitannya dalam gambar, Mayer (dalam Muharrar, 2003: 2) mendefinisikan ilustrasi sebagai gambar yang secara khusus dibuat untuk menyertai teks seperti pada buku atau iklan untuk memperdalam pengaruh dari teks tersebut. Salam (dalam Muharrar, 2003: 2) juga berpendapat bahwa ilustrasi secara khusus digunakan untuk menggambar benda, suasana, adegan, atau yang diangkat dari teks buku atau lembaran-lembaran kertas. Lebih lanjut dijelaskan dalam pengertian yang lebih luas ilustrasi didefinisikan sebagai gambar yang bercerita.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diperoleh pemahaman bahwa istilah gambar ilustrasi memiliki dua pengertian secara khusus dan secara umum. Secara khusus pengertian ilustrasi merupakan gambar yang dibuat untuk menyertai teks yang biasanya dibuat oleh ilustrator, contohnya seperti ilustrasi sampul buku, ilustrasi iklan/poster, dan sebagainya. Pengertian gambar ilustrasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu gambar berupa suasana atau adegan yang bercerita.

Gambar ilustrasi: adalah suatu karya seni rupa dua demensi, yang berupa gambar tangan (manual), ataupun gambar dari hasil olah digital (dari komputer, atau fotografi) atau kombinasi dari keduanya manual dan digital,baik hitam putih maupun berwarna yang mempunyai fungsi sebagai penerang penghias untuk memperjelas atau memperkuat arti atau memperbesar pengaruh dari suatu teks atau naskah/cerita yang menyertainya. Gambar ilustrasi dalam pengertian khusus atau gambar yang dibuat oleh ilustrator memiliki beberapa fungsi yang diuraikan menurut Kusmiati (dalam Muharrar, 2003: 3) secara rinci, yaitu menjelaskan bahwa:

Ilustrasi merupakan suatu cara untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu subjek dengan tujuan: (1) untuk menggambarkan suatu produk atau suatu ilusi yang belum pernah ada, (2) menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil, misalnya gambar sebuah pohon yang memakai sepatu, (3) mencoba menggambarkan ide abstrak, misalnya depresi, (4) memperjelas komentar, biasanya komentar editorial, dapat berbentuk kartun atau karikatur, (5) memperjelas suatu artikel untuk bidang medis atau teknik dengan gambar yang memperlihatkan bagaimana susunan otot atau cara kerja sebuah mesin, (6) menggambarkan sesuatu secara rinci, misalnya ilustrasi untuk ilmu tumbuh-tumbuhan yang mengurai bagian yang tampak tumbuh, (7) membuat corak tertentu pada pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau zaman pada saat tulisan tersebut dibuat, misalnya “Victorian” digambarkan dengan bentuk yang lembut dan garis berornamen.

Dalam mata pelajaran SBK berkaitan dengan pembelajaran menggambar ilustrasi, istilah ilustrasi yang digunakan tentunya bukan dalam arti secara khusus sebagaimana siswa membuat gambar seperti yang dibuat oleh seorang ilustrator, melainkan pengertian ilustrasi secara umum dalam konteks pembelajaran Seni Rupa di Sekolah Dasar yang dapat dibelajarkan kepada siswa. Ditegaskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) dalam kaitannya dengan pembelajaran Seni Rupa pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di Sekolah Dasar, pengertian ilustrasi adalah gambar yang menceritakan suatu benda, hal, atau peristiwa.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan menggambar ilustrasi kaitannya dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di Sekolah Dasar adalah proses mengekspresikan diri melalui media tertentu sehingga menghasilkan gambar sesuai dengan imajinasi pembuat (siswa) dengan maksud menceritakan atau menjelaskan dari suatu hal.

Agar siswa mampu menggambar ilustrasi dengan baik, diperlukan pemahaman tentang fungsi menggambar ilustrasi. Secara umum fungsi menggambar ilustrasi yaitu untuk menceritakan ide berupa peristiwa atau suasana melalui gambar. Dari fungsi menggambar ilustrasi maka dapat diperoleh tujuan menggambar ilustrasi bagi siswa yaitu siswa diharapkan mampu menceritakan sesuatu ide atau bercerita melalui gambar. Hal ini sangat bermanfaat untuk menggembangkan anak dalam berkomunikasi.

Pelajaran menggambar ilustrasi bagi siswa juga dapat difungsikan sebagai proses belajar memecahkan masalah. Siswa mulai dihadapkan pada masalah penggunaan bahan dan alat untuk ditetapkan teknik serta pemunculan ide atau gagasan dalam pembuatan karya gambar ilustrasi. Berikut paparan menurut Syafi’i (2006: 17) terkait pembelajaran Seni Rupa yang dapat dihubungkan dengan kegiatan menggambar ilustrasi, menyatakan bahwa:

Belajar kreatif adalah belajar memecahkan masalah. Dalam pembelajaran Seni Rupa siswa senantiasa dihadapkan pada suatu masalah. Masalah dapat berkenaan dengan bahan, alat, teknik, maupun ide. Siswa belajar mengatasi masalah pengolahan bahan, pemilihan alat, penggunaan teknik serta mengeksplorasikan ide atau gagasannya. Jika hal ini juga telah terbiasakan dalam pembelajarannya, kelak siswa akan dengan cepat dan tanggap menyelesaikan masalah. Masalah akan menjadi sumber inspirasi kreatif.

Gambar merupakan sesuatu yang dimunculkan secara figuratif maupun dekoratif dalam arti sesuatu yang digambarkan secara rupa disajikan dengan imagine dan kasat mata, menurut Wallschalaenger dan Snyder (dalam Syakir & Mujiono 2007: 4), gambar adalah proses visual untuk menggambarkan atau menghadirkan figur dan bentuk pada sebuah permukaan dengan menggunakan pensil, pen atau tinta untuk menghasilkan titik, garis, nada warna, tekstur dan lain sebagainya sehingga mampu memperjelas bentuk image.

Gambar ilustrasi merupakan salah satu materi dalam pembelajaran seni rupa. Dengan menggambar ilustrasi di sekolah diharapkan siswa mampu mempengaruhi diri dalam cara-cara berpikir yang positif, misalnya berpikir tentang hidup, tentang norma yang baik dan buruk atau cara-cara hidup manusia sendiri terhadap sesamanya. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ilustrasi adalah:

1)  gambar untuk memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya,

2) gambar, desain, atau diagram untuk menghias (misalnya halaman sampul dan sebagainya),

3) keterangan (penjelasan) tambahan berupa contoh, bandingan, dan untuk lebih memperjelas paparan (tulisan, dan sebagainya) (Depdikbud, 1995: 372).

Sedangkan Susanto (2015: 53) mengemukakan bahwa ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan suatu maksud atau tujuan secara visual. Sementara itu, terjadi perkembangan baru dalam dunia ilustrasi. Ilustrasi tidak lagi hanya terbatas pada gambar yang mengiringi teks akan tetapi telah berkembang ke arah yang lebih luas. Ilustrasi kemudian didefinisikan sebagai gambar atau alat bantu yang lain yang membuat sesuatu (seperti buku atau ceramah) menjadi lebih jelas, lebih bermanfaat atau menarik.

Secara etimologis dalam Webtion New Compact Format Dictionary, (1985) istilah ilustrasi diambil dari bahasa inggris Illustration dengan bentuk kata kerjanya to illustrate dan dari bahasa latin Illustrare yang berarti membuat terang. Berdasarkan pengertian ini ilustrasi berkembang menjadi jelas dengan menunjukkan contoh, misalnya dengan menggunakan bentuk-bentuk, diagram, dan sebagainya atau memberi hiasan dengan gambar-gambar (Salam, 1993: 1).

Gambar ilustrasi pada perkembangan lebih lanjut ternyata tidak hanya sebagai sarana pendukung cerita namun dapat pula digunakan untuk mengisi ruang atau halaman kosong, misalnya dalam majalah, koran, tabloid, dan lain-lain yang bentuknya bermacam-macam, seperti : karya seni sketsa, lukis, grafis, desain, kartun, atau lainnya.

Mayer (dalam Muharrar 2003) mendefinisikan ilustrasi sebagai “gambar” yang secara khusus dibuat untuk menyertai teks seperti pada buku atau iklan untuk memperdalam pengaruh dari teks tersebut. Mayer juga berpendapat bahwa ilustrasi memang secara tradisional digunakan untuk menggambar benda, suasana, adegan, atau yang diangkat dari teks buku atau lembaran-lembaran kertas. Sub pokok bahasan menggambar ilustrasi adalah berisi latihan mengilustrasikan cerita, adegan suatu peristiwa, atau membuat gambar yang berkaitan dengan mata pelajaran lain, sedangkan bahan pengajaran teori diberikan sebagai penunjang kegiatan praktek serta mempelancar wawasan siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, mengggambar ilustrasi adalah sebuah gambar yang bermaksud menjelaskan suatu peristiwa untuk maksud dan tujuan tertentu dengan secara visual. Di samping sebagai penjelas suatu maksud, gambar ilustrasi juga dapat difungsikan sebagai pengisi halaman kosong agar menjadi semarak dan indah.

Ilustrasi dalam seni rupa menurut penulis merupakan penjelasan secara visual dengan maksud memberikan gambaran iklim, cuaca, suasana maupun kondisi dari atau terhadap sebuah subjek, ide, gagasan atau bagian dari peristiwa. Fungsi dan tujuan ilustrasi menurut Kusmiati (dalam Muharrar, 2003) adalah :

a.  Untuk menggambar suatu produk atau suatu ilusi yang belum pernah ada.

b. Menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil atau kurang masuk akal, misalnya gambar sebuah pohon yang memakai sepatu.

c.  Mencoba menggambarkan ide abstrak, misalnya depresi.

d. Memperjelas komentar, biasanya komentar editorial, dapat berbentuk kartun atau karikatur.

e. Memperjelas suatu artikel untuk bidang medis atau teknik dengan gambar yang memperlihatkan bagaimana susunan otot atau cara kerja sebuah mesin.

f.  Menggambarkan sesuatu secara rinci, misalnya ilustrasi untuk ilmu tumbuh-tumbuhan yang mengurai bagian tampak tumbuhan.

g. Membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau zaman pada saat tulisan tersebut dibuat.

Dapat disimpulkan fungsi dan tujuan sebuah ilustrasi visual adalah untuk membantu menggambarkan dan atau menjelaskan kembali secara visual dari dan terhadap sebuah ide atau gagasan, maupun potongan peristiwa. dalam ilustrasi sendiri, menurut Salam (dalam Muharrar 2003: 4-12), seorang ilustrator dapat mengunakan cara-cara atau pendekatan untuk mengkomunikasikan subjek dalam ilustrasinya :

a. Mendramatisasi dengan cara berlebih-lebihan, cara ini dipergunakan untuk membuat subjek lebih menarik dan mudah dipahami.

b. Menggunakan isyarat tubuh dan mimik. Menggunakan ekspresi tubuh untuk menunjukkan suatu makna dari perasaan subjek dapat berarti kesakitan, kegembiraan, kemarahan, ketakutan, kekecewaan, kelelahan, dan sebagainya.

c. Menggunakan simbol. Simbol merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat, secara cerdik illustrator dapat dengan mudah mengkomunikasikan idenya.

d. Personifikasi. Yaitu menggambarkan benda-benda atau binatang bertingkah laku seperti manusia.

e. Menggambarkan bunyi. Dengan menggunakan huruf atau kata-kata atau tanda nada musik dalam ilustrasinya.

f.  Merangkaikan gambar. Digunakan untuk menggambarkan ilusi gerak atau mungkin tahapan dalam alur sebuah cerita.

g. Memusatkan perhatian. Digunakan untuk menekan dan menegaskan subjek sehingga perhatian ditarik ke titik fokus gambar.

Penulis pada karya proyek studinya banyak menggunakan cara-cara tersebut, sehingga terciptalah karya gambar ilustrasi yang penuh dengan dinamika atau pergerakan. Dan memang yang ingin penulis gambarkan adalah sebuah ilustrasi yang menitik beratkan pada suatu peristiwa, sehingga dinamika dari karya penulis sangat terasa.

.

2.   Unsur-unsur Gambar

Untuk menghasilkan karya seni rupa yang estetik terutama karya gambar, dibutuhkan unsur-unsur rupa (visual) sebagai media penerjemah ide seniman terutama seni rupa dwimatra, yaitu sebagai berikut.

a.    Garis

Garis merupakan unsur rupa paling mendasar yang membentuk sebuah objek, menurut Ching (2005) garis mempunyai kualitas visual rupa bentuk, bobot, tektur, arah, dan gerak yang memungkinkanya mengekspresikan kualitas bentuk dan ruang. Bila digunakan dalam satu rangkaian, garis dapat menjelaskan nada gelap-terang dan tekstur permukaan. Sebagai elemen-elemen grafis murni, garis dapat juga mempunyai gaya dan membentuk pola-pola dekoratif yang mempunyai nafas kehidupan sendiri.

b.    Raut

Menurut Sunaryo (2002: 9-11), raut adalah pengenal sebuah bentuk yang utama. Sebuah bentuk dapat dikenali dari rautnya, apakah sebagai suatu bangun yang pipih datar, yang menggumpal padat, atau berongga bervolume, lonjong, bulat, persegi, dan sebagainya. Raut dapat ditampilkan dengan kontur. Dengan demikian, raut dapat dipandang sebagai perwujudan yang dikelilingi oleh kontur, baik untuk menyatakan sesuatu yang pipih dan datar, seperti pada bidang, maupun yang padat bervolume, seperti pada gumpal atau gempal.

c.    Tekstur

Dalam karya proyek studi ini, tekstur rupa dihasilkan melalui berbagai jenis arsiran menggunakan ball point, ditampilkan pada arsiran yang menyatakan kedalaman suatu ruang maupun gelap terang, serta permukaan sebuah bidang baik rata maupun kasar (Laseu, 2004: 54). Tekstur merupakan sifat dari suatu permukaan, sebagai salah satu unsur rupa tekstur dipilih oleh perupa atau perancang sebagai alat ungkapan, baik tekstur alami, tekstur alami beralih, maupun tekstur buatan dan hasil teknologi.

Setiap bahan dapat diolah dengan cara khusus sehingga diperoleh tekstur baru. Misalnya pada papan kayu yang diukir, permukaan logam yang dipukuli dengan palu, rekatan kain atau kertas yang berkerut pada triplek, kain kanvas yang ditaburi pasir, dan sebagainya. Terpaan cahaya pada permukaan yang kasar sering kali mempertegas tekstur taktil dan menampilkan daya tarik tersendiri. Setiap penampilan tekstur menyiratkan sifat masing-masing. Ia bisa lembut, kasar, mewah, kusam, keras, lunak, dan lain-lain (Sunaryo, 2002: 18).

d.    Gelap-terang (nada)

Penggunaan unsur gelap-terang yang paling kontras adalah pada karya desain hitam putih. Teknik gelap-terang yang bergradasi halus untuk menyatakan sinar dan bayangan. Unsur rupa gelap-terang dimanfaatkan untuk (1) memperkuat kesan trimatra suatu bentuk, (2) mengilusikan kedalaman atau ruang, (3) menciptakan kontras atau suasana tertentu (Sunaryo, 2002: 20). Dalam karya proyek studi penulis, unsur gelap terang ditunjukan melalui intensitas pencahayaan pada objek di suatu ruang, arsiran dibuat lebih rapat yang mengindikasikan objek yang gelap, dan dibuat lebih lebar untuk objek yang lebih terang.

e.    Ruang

Ruang dalam desain dwimatra umumnya dibatasi oleh garis bingkai yang membentuk bidang persegi atau persegi panjang, walaupun dapat dengan bentuk lain. Bidang tempat ruang itu dibatasi, umumnya disebut bidang gambar. Dalam hal ini tidak dibatasi, misalnya halaman sebuah terbitan, yang menjadi ruangnya ialah seluruh muka halaman itu. Bidang gambar dengan sendirinya merupakan ruang tempat unsur-unsur rupa ditata dan dipadukan (Sunaryo, 2002: 21).

.

3.   Prinsip-prinsip Penyusunan Unsur Rupa

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menggambar. Adapun prinsip-prinsip penyusunan unsur-unsur rupa yang menjadi pertimbangan pembuatan gambar ilustrasi, yaitu keseimbangan, dominasi, irama, kesatuan, kesebandingan, dan keserasian.

a.    Keseimbangan

Keseimbangan (balance) merupakan prinsip yang berkaitan dengan pengaturan “bobot” akibat “gaya berat” dan letak kedudukan bagian-bagian, sehingga susunan dalam keadaan seimbang. Tidak adanya keseimbangan dalam suatu komposisi, akan membuat perasaan tak tenang dan keseutuhan komposisi akan terganggu, sebaliknya, keseimbangan yang baik memberikan perasaan tenang dan menarik, serta menjaga keutuhan komposisi.

Menurut Sunaryo (2002: 39-40) ada tiga macam keseimbangan yaitu ; (1) keseimbangan setangkup (simetris) dapat diperoleh bila bagian di belahan kiri dan kanan suatu susunan terdapat kesamaan atau kemiripan wujud, ukuran, dan jarak penempatanya, (2) keseimbangan senjang (asimetris) yaitu bila memiliki bagian yang tidak sama antara belahan kanan dan kiri, tetapi tetap dalam keadaan yang tidak berat sebelah, (3) keseimbangan memancar (radial) yaitu keseimbangan yang diperoleh melalui penempatan bagian-bagian susunan di sekitar pusat sumbu gaya berat.

b.    Dominasi

Dominasi merupakan pengaturan peran atau penonjolan bagian atas bagian lainnya dalam suatu keseluruhan. Dengan peran menonjol pada bagian itu maka menjadi pusat perhatian (center of interest) dan merupakan tekanan (emphasis), karena itu menjadi bagian penting dan yang diutamakan. Bagian yang tidak mengambil peran disebut subordinasi.

Dominasi disebut juga point of interest atau pusat perhatian, menurut Djelantik (2004) dominasi dimaksudkan untuk mengarahkan orang yang menikmati suatu karya seni pada sesuatu hal tertentu yang dipandang lebih penting dari pada hal-hal yang lain. Sunaryo (2002: 37) mengemukakan cara-cara untuk memperoleh dominasi ialah melalui; (1) pengelompokkan bagian, (2) pengaturan arah, (3) kontras atau perbedaan, (4) perkecualian.

c.    Irama

Irama merupakan pengaturan unsur atau unsur rupa secara berulang dan berkelanjutan, sehingga bentuk yang tercipta memiliki kesatuan arah dan gerak yang membangkitkan keterpaduan bagian-bagianya. Irama dapat diperoleh dengan beberapa cara di antaranya; (1) repetitif atau perulangan, (2) alternatif yaitu perulangan unsur rupa secara bergantian, (3) progresif yaitu perulangan dalam perubahan dan perkembangan secara berangsur-angsur atau bertingkat. Terulangnya sesuai secara teratur memberi kesan keterkaitan peristiwa, oleh hukum, sesuatu yang ditaati, sesuatu yang berdisiplin.

d.    Kesatuan

Kesatuan (unity) merupakan prinsip pengorganisasian unsur-unsur rupa yang paling mendasar. Tujuan akhir dari penerapan prinsip-prinsip desain yang lain, seperti keseimbangan, kesebandingan, irama, dan lainnya adalah untuk mewujudkan kesatuan yang padu atau keseutuhan. Kesatuan diperoleh ketika prinsip-prinsip yang lain telah tercapai, tidak adanya kesatuan maka akan terjadi kekacauan, kesemrawutan, dan tak terkoordinasi.

Untuk mencapai kesatuan yang baik diperlukan aturan-aturan pengunaan unsur rupa antara lain; (1) kedekatan, (2) perulangan, (3) kesinambungan, (4) kelanjutan. Beberapa penjelasan mengenai menggambar telah disebutkan di atas, sedangkan ilustrasi merupakan suatu penggambaran untuk memperjelas suatu ide atau pemikiran, menurut Salam (dalam Muhharar 2003) dalam pengertian yang luas ilustrasi didefinisikan sebagai gambar yang berceritera, definisi ini dapat mencakup gambar-gambar di dinding gua pada zaman prasejarah sampai gambar komik atau ilustrasi editorial pada surat kabar yang terbit hari ini. Seni ilustrasi sendiri sebenarnya merupakan seni rupa dalam fungsi terapan, namun penulis tidak bertujuan untuk menggunakan karyanya untuk kepentingan tersebut sehingga karya yang penulis buat dalam proyek studi ini merupakan karya seni rupa murni.

e.    Kesebandingan

Kesebandingan atau proporsi (proportion), berarti hubungan antar bagian atau antar bagian terhadap keseluruhannya. Pengaturan hubungan yang dimaksud, bertalian dengan ukuran, yakni besar kecilnya bagian, luas sempitnya bagian, panjang pendeknya bagian, atau tinggi rendahnya bagian. Selain itu, kesebandingan juga menunjukkan pertautan ukuran antara suatu suatu objek atau bagian dengan bagian yang mengelilinginya. Tujuan pengaturan kesebandingan adalah agar tercapai kesesuaian dan keseimbangan, sehingga diperoleh kesatuan yang memuaskan.

f.    Keserasian

Keserasian (harmony) merupakan prinsip desain yang mempertimbangkan keselarasan dan keserasian antar bagian dalam suatu keseluruhan sehingga cocok satu dengan yang lain, serta terdapat keterpaduan yang tidak saling bertentangan. Susunan harmonis menunjukkan adanya keserasian dalam bentuk raut dan garis, ukuran, warna-warna, dan tekstur. Semuanya berada pada kesatupaduan untuk memperoleh suatu tujuan atau makna. Menggambar ilustrasi lebih mengarah pada pembentukan gambar bertema atau gambar adegan yang menggambarkan bagian gambaran suatu peristiwa yang fungsinya memberikan penjelasan kepada pernyataan yang disampaikan secara tertulis (Garha, 1979: 30).

.

4.   Teknik Gambar Ilustrasi

Ada beberapa teknik dalam membuat gambar ilustrasi, seperti disebutkan diatas yaitu dengan cara : gambar tangan (manual), dengan bantuan alat digital berupa foto dan computer, atau kombinasi dari manual dan digital. Dibawah ini adalah beberapa teknik gambar ilustrasi yang dibuat secara manual.

1) Teknik Out line, adalah cara menggambar secara global, atau tidak detail dan hanya menggambar garis luarnya saja, sehingga terkesan datar, karena tidak ada pengaturan gelap terang.

     Contoh

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

methatiaa.blogspot.co.id

.

2) Teknik arsir, adalah cara menggambar dengan menggunakan arsir atau unsure garis yang terputus-putus, yang digoreskan secara teratur dan berulang-ulang, garis-garis saling menumpuk, digunakan untuk mewujudkan efek gelap terang, volume dan plastisitas.

     Contoh

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

methatiaa.blogspot.co.id

.

3) Teknik blok, adalah cara menggambar dengan memanfaatkan warna secara blok, tanpa menerapkan gradasi dan transisi sehingga terasa datar, bagian yang satu dengan yang lain pada suatu objek ditunjukkan dengan perbedaan warna.

     Contoh

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

methatiaa.blogspot.co.id

.

4) Teknik scraper board, adalah cara menggambar dengan menggoreskan bentuk-bentuk garis yang arahnya mengikuti volume objek, garis-garis tidak saling menumpuk, tetapi dibuat saling sejajar, dan pada bagian yang gelap dibuat lebih rapat, sedang pada bagian yang terang garis dibuat agak renggang, sehingga dicapai plastisitas yang dikehendaki.

     Contoh

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

methatiaa.blogspot.co.id

.

5) Teknik dot, yaitu cara mewujudkan gambar dengan menyusun titik-titik sehingga membentuk suatu objek tertentu, kesan gelap dan terang ditentukan oleh jumlah titik dalam satu area, semakin banyak semakin kuat kesan gelap terang.

     Contoh

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

methatiaa.blogspot.co.id

.

6) Teknik goresan kering (dry brush), adalah cara menggambar dengan memanfaatkan tinta atau cat yang sengaja dibuat agak kering, sehingga warna-warna ketika digoreskan tidak merata, efek ini juga digunakan untuk membuat tekstur, pada bagian yang terang digoreskan warna-warna terang, sedang pada bagian yang gelap digoreskan warna-warna yang tua dan berulang-ulang, sehingga tercapai plastisitas yang diinginkan.

     Contoh

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

methatiaa.blogspot.co.id

.

7) Teknik half tone, adalah cara menggambar dengan memanfaatkan efek transisi warna dari terang ke gelap, dengan menggunakan tinta atau cat yang dibuat agak encer, efek transisi warna tersebut digunakan untuk mencapai plastisitas yang diinginkan.

     Contoh

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

methatiaa.blogspot.co.id

.

8) Teknik siluet, adalah cara menggambar dengan mewujudkan warna tunggal yang solid atau pekat, biasanya warna hitam tetapi tidak menutup kemungkinan menggunakan warna lain, gambar yang dihasilkan dengan teknik ini hanya berupa bentuk global dengan warna tunggal, objek seolah-olah diambil dari posisi yang berlawanan dengan arah datangnya sinar, sehingga terkesan seperti bayangan.

     Contoh

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah

methatiaa.blogspot.co.id

Menurut Poerwodarminta ada beberapa teknik yang dapat dicapai dalam membuat sebuah karya ilustrasi dengan teknik freehand atau gambar tangan, antara lain:

1) Line drawing, yaitu gambar yang dibuat dengan menggunakan alat pena dan tinta gambar. Gambar ini hanya berwarna hitam putih. Ilustrasi yang sering dikerjakan dengan teknik ini adalah kartun, karikatur, dan sejenisnya.

2) Wash drawing, yaitu teknik dalam menggambar yang menggunakan media basah. Digambar dengan garis yang lembut dan sapuan kuas segara bersama-sama dengan keselarasan yang sempurna. Gambar dengan teknik ini dibuat dengan menggunakan kuas, hasilnya lebih realistis, mirip foto hitam putih. Gambar dengan teknik ini dibedakan menjadi dua macam yakni : a) tight drawings, yaitu gambar ilustrasi dengan teknik wash drawing yang lebih bersifat rinci dan realistis, b) loose drawing yaitu, ilustrasi dengan teknik washdrawing yang lebih bersifat impresif (menggambarkan efek pencahayaan secara spontanitas).

3) Scratchboard, yaitu ilustrasi yang menggunakan kertas bertekstur khusus sebagai medianya.

4) Teknik ilustrasi lain yang banyak kita jumpai di sekitar kita. Media yang dapat dipakai antara lain pensil, krayon, cat minyak, dan lain-lain.

Menurut Muharrar (2003: 52) berdasarkan teknik pembuatannya, ilustrasi dibedakan menjadi tiga bagian yakni: (1) ilustrasi dengan teknik gambar tangan, (2) ilustrasi dengan teknik fotografi, atau alat elektronik lain misalnya komputer, dan (3) ilustrasi dengan teknik gabungan gambar tangan dan teknik fotografi atau alat elektronik lainnya, sebagai hasil ekspresi dan kreasi dari ilustratornya.

.

5.   Jenis-jenis dan Media Menggambar Ilustrasi

Ilustrasi menurut perkembangannya dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Salam (dalam Muharrar, 2003:13) melakukan pembagian tersebut adalah sebagai berikut.

a. Ilustrasi buku (merujuk pada ilustrasi yang dibuat sebagai pendamping atau penjelas teks pada buku). Adapun beberapa jenisnya antara lain : ilustrasi buku ilmiah (non-fiksi), ilustrasi buku kesusastraan, ilustrasi buku anak-anak, ilustrasi buku komik.

b. Ilustrasi editorial merujuk pada ilustrasi yang dibuat dalam menyajikan pandangan (opini) dimuat di surat kabar atau majalah, jenisnya antara lain : ilustrasi kolom, komik strip, karikatur, dan kartun.

c. Ilustrasi busana (merujuk pada ilustrasi yang dibuat untuk memperkenalkan atau menjual produk busana yang sedang mode).

d. Ilustrasi televisi (Ilustrasi yang dibuat untuk kepentingan siaran televisi. Dapat berupa sket sederhana sampai ilustrasi yang mendetail dan berwarna warni, ilustrasi televisi didesain untuk siaran televisi).

e. Ilustrasi animasi (ilustrasi ini menampilkan unsur rupa atau gambar dan gerak. Penggabung antara ilustrasi dan film membawa pada penemuan ilustrasi animasi)

f. Seni klip (clip art) merupakan ilustrasi yang dibuat untuk mendukung suatu tulisan, tetapi tidak memiliki biaya untuk membelinya. Seni klip merupakan seni siap saji di mana dapat ditempatkan pada lay out tanpa harus meminta izin atau membayar royalti pada orang lain, seni ini dapat berbentuk cetakan atau digital.

g. Ilustrasi cover, kalender, kartu ucapan, perangko, poster, dan sebagainya (Ilustrasi ini dibuat untuk memenuhi maksud dan tujuan dari benda-benda di mana ia ditampilkan.

.

6.   Fungsi Gambar Ilustrasi

Fungsi gambar ilustrasi juga diuraikan secara rinci oleh Kusmiati (dalam Muharrar 2003) yang menjelaskan bahwa ilustrasi merupakan suatu cara untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu subjek dengan tujuan sebagai berikut.

a.  Untuk menggambarkan suatu produk atau ilusi yang belum pernah ada.

b. Menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil, misalnya gambar sebuah pohon yang memakai sepatu.

c.  Mencoba menggambarkan ide abstrak, misalnya depresi.

d. Memperjelas komentar, biasanya editorial, dapat berbentuk kartun atau karikatur.

e. Memperjelas suatu artikel untuk bidang medis atau teknik dengan gambar yang memperlihatkan bagaimana susunan otot atau cara kerja sebuah mesin.

f.  Menggambarkan sesuatu secara rinci, misalnya ilustrasi untuk ilmu tumbuh-tumbuhan yang mengurangi bagian tampak tumbuhan.

g. Membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau jaman pada saat tulisan di buat, misalnya masa “Victorian” digambarkan dengan bentuk yang lembut dan garis berornamen.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa fungsi ilustrasi adalah untuk menyajikan penggambaran secara konkrit berupa garis, gambar atau lukisan dari suatu benda. Syarat gambar ilustrasi dapat memenuhi persyaratan jika: gambarnya sederhana, mudah dimengerti, dapat menjelaskan isi, dan menarik perhatian.

.

7.   Gambar Ilustrasi dalam Pembelajaran Seni Rupa

Menggambar ilustrasi menurut kurikulum 2006 adalah menggambar ilustrasi berdasarkan ingatan dengan alternatif teknik dan media yang bisa dijangkau. Dengan menggambar ilustrasi di sekolah diharapkan siswa mampu mempengaruhi diri dalam cara-cara berpikir yang positif, misalnya berpikir tentang hidup, tentang norma yang baik dan buruk atau tentang cara-cara hidup manusia sendiri terhadap sesamanya. Sedangkan tujuan menggambar ilustrasi adalah agar siswa mampu mengenali lingkungan dengan baik, terampil menyatakan pesan-pesan lewat gambar yang indah untuk dipahami oleh orang lain, tetapi juga memiliki perwujudan yang artistik. Perwujudan artistik yang mudah adalah memenuhi kaidah (Soehardjo, 1990: 37).

Sesuai dengan kurikulum 2006. Menggambar ilustrasi merupakan bagian dari pendidikan seni rupa, dan pendidikan seni rupa merupakan bagian dari pendidikan kesenian atau seni, yang pada kurikulum sekarang ini disebut seni budaya. Pembelajaran kesenian dalam kurikulum KTSP dinamakan seni budaya meliputi Mata Pelajaran Seni Rupa, Seni Tari, Seni Musik, dan Teater. Pendidikan seni budaya diberikan di sekolah karena bermanfaat terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi atau berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan ”belajar dengan seni”, ”belajar melalui seni”, dan ”belajar tentang seni”. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Belajar dengan seni merupakan pendekatan belajar menggunakan seni sebagai bagian dalam pendidikan. Belajar melalui seni diartikan sebagai pendekatan belajar menggunakan seni sebagai media atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Persepsi setiap pengajar atau guru dalam memberikan serta menyampaikan suatu pengertian dan pelaksanaan bervariasi, hal ini tergantung dari buku sumber yang digunakan. Materi pembelajaran adalah susunan bahan pokok bahasan dari suatu mata pelajaran tertentu yang diuraikan secara garis besar atas dasar kemampuan atau kemampuan yang diharapkan dan didukung oleh sumber-sumber bahan (Dakir, 1987: 98).

Materi menggambar ilustrasi telah dijabarkan dalam satuan pelajaran yang memuat pokok bahasan, tujuan pembeljaran umum, tujuan pembelajaran dan lain sebagainya. Sebagian besar materi pembelajaran menggambar ilustrasi adalah materi pembelajaran praktek, sedangkan materi pembelajaran teori hanya sebagai penunjang yang diberikan pada awal pertemuan dalam pertemuan dalam penyampaian materi menggambar ilustrasi.

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menggambar ilustrasi dapat ditunjang dengan adanya media, bahan (termasuk alat dan teknik) yang dipakai dalam karya seni (Susanto, 2015: 73). Menggambar ilustrasi bertujuan agar siswa dapat membuat gambar ilustrasi berdasarkan ingatan dan khayalan atau pengamatan langsung.

.

8.   Gambar Ilustrasi dalam Karya Seni Rupa

Seni rupa adalah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu bidang, garis, bentuk, ruang, warna, dan tekstur (Rondhi dan Sumartono, 2002: 13). Dalam seni rupa, unsur-unsur tersebut tersusun menjadi satu dalam sebuah pola tertentu. Disebutkan dalam Rondhi dan Sumartono (2003: 13) berdasarkan dimensinya, karya seni rupa dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar atau karya yang hanya bisa dilihat dari satu arah pandang. Contohnya lukisan, gambar, dan lain-lain.

b. Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang mempunyai tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi atau karya yang mempunyai volume dan menempati suatu ruang. Contohnya patung, kriya, keramik, dan lain-lain.

Berdasarkan fungsinya, seni rupa dapat dikelompokkan menjadi dua (Rondhi dan Sumartono, 2002: 13), yaitu : (1) Seni murni adalah karya seni rupa yang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik. (2) Seni terapan adalah karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Gambar ilustrasi termasuk dalam jenis karya seni rupa dua dimensi, karena pengertian gambar itu sendiri seperti yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya merupakan karya yang dibuat pada media kertas. Gambar pada media kertas tersebut memiliki dimensi permukaan panjang dan lebar yang dapat dilihat dari satu arah pandang.

Berdasarkan fungsi karya seni rupa, gambar ilustrasi dikatakan sebagai karya seni terapan. Dikatakan karya seni terapan karena terdapat dua fungsi gambar ilustrasi yaitu gambar untuk menjelaskan/menceritakan suatu hal atau peristiwa dan gambar ilustrasi sebagai penghias untuk menyertai suatu teks atau buku. Dalam hal ini kedua fungsi gambar ilustrasi tersebut tergolong digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis seperti contohnya dalam pembuatan gambar ilustrasi pada cover buku yang berfungsi sebagai penghias atau gambar ilustrasi yang dibuat anak berkaitan dalam pembelajaran Seni Rupa di Sekolah Dasar yang berfungsi untuk menjelaskan.

.

9.   Prosedur Berkarya

Prosedur pembuatan karya gambar ilustrasi terutama kaitannya dalam pengembangan kreativitas dan imajinasi siswa yaitu dengan siswa diberikan rangsangan berupa suatu cerita. Cerita mempunyai peran penting dalam melatih imajinasi dan fantasi siswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Ariyani (1985: 84) bahwa dengan cerita akan memperkuat daya imajinasi dan mempertajam kreativitas anak. Termasuk juga kreativitas dalam menggambar, cerita dapat dijadikan stimulasi untuk melatih kreativitas anak.

Pada dasarnya anak memang biasa membayangkan suatu kejadian dalam fantasinya dari yang dibayangkan seolah-olah menjadi kenyataan. Seperti yang dikemukakan Gamayanti dalam Agus (2009: 53), ketika anak merasa dirinya Superman atau Gatotkaca yang bisa terbang, maka dengan kain sarung atau taplak meja yang diikatkan pada lehernya pun ia sudah merasa bisa terbang, walaupun kenyataanya hanya meloncat-loncat di kasur atau berlari-lari di taman. Artinya pada batas-batas tertentu kemampuan imajinasi dan abstraksi yang baik dapat berkembang pada ketajaman dalam menganalisis suatu peristiwa secara komprehensif sehingga dapat mendorong serta melahirkan kreativitasnya.

Sebagai contoh dalam konteks menggambar ilustrasi sesuai dengan Kompetensi Dasar di kelas V SD pada semester gasal yaitu terkait kegiatan menggambar ilustrasi dengan tema hewan dan kehidupannya, cerita dapat dilakukan guru dengan dongeng tentang cerita binatang. Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang-binatang, dapat berupa binatang peliharaan atau liar. Binatang-binatang dalam cerita ini dapat berbicara, berakal budi, dan bertingkah laku seperti manusia (Danadjaja, 2002: 86). Suatu bentuk khusus dongeng binatang adalah fable. Di Indonesia binatang yang sering digunakan dalam cerita jenis ini adalah kancil, namun cerita tentang jenis-jenis binatang yang lain juga dapat digunakan guru untuk disampaikan kepada siswa dalam konteks kegiatan berkarya gambar ilustrasi.

.

.

Daftar Pustaka

Agus, D. S. 2009. Pegertian Dongeng. http://www.grameenfoundation.org, akses pada 25 Desember 2009.

Aprianto, Veri. 2004. Cara Mudah Menggambar Dengan Pensil. Jakarta: PT Kawan Pustaka.

Ariyani, Benita Eka. 1985. Dongeng Anak dan Anak pra Sekolah. Dalam Kartono (ed). Mengenal Dunia Kanak-kanak. Jakarta: CV. Rajawali.

Ching F. D. K. 2002. Drawing: A Creative Process. Terjemahan Wibi Hardani Adjie. Jakarta: Erlangga.

Ching, Francis D. K. 2005. Menggambar Sebuah Proses Kreatif (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Press.

Garha, Oho. 1979. Pendidikan Kesenian Seni Rupa Program Spesialisasi 1. Jakarta: CV. Angkasa.

Gunadi. 2012. Gambar Bagan. Paparan Bahan Ajar. Semarang: Jurusan Seni Rupa FBS UNNES.

Iryanti, V. Eny dan M. Jazuli. 2001. Mempertimbangkan Konsep Pendidikan Seni (Considering The Concept of Art Education), dalam Jurnal Harmonia Pengetahuan dan Pemikiran Seni vol 2 no.2. Semarang: FBS UNNES. Hal 39-47.

Ismiyanto. 2008. Kurikulum dan Buku Teks Pendidikan Seni Rupa. GBPP-Silabus, RPP, dan Handout Mata Kuliah Jurusan Seni Rupa FBS Unnes. Jurusan Seni Rupa.

Ismiyanto. 2009. Perencanaan Pembelajaran Seni Rupa. GBPP-Silabus, RPP, dan Handout Mata Kuliah Jurusan Seni Rupa FBS Unnes. Jurusan Seni Rupa.

Iswidayati, Sri. 2010. Pemanfaatan Media Pembelajaran Seni Budaya. Pendidikan Profesi Guru. Semarang: LPPP Universitas Negeri Semarang.

Mappa, Syamsu. 1884. Teori Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Moeliono, A. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Muharrar, S. 2003. Tinjauan Seni Ilustrasi. Hand Out. Jurusan Seni Rupa. FBS. UNNES.

Muharrar, Syakir dan Mudjiono. 2007. “Gambar I”. Hand Out Jurusan Seni Rupa, FBS UNNES. Semarang : Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Semarang.

Muharrar, Syakir. 2003. Pembelajaran Mata Kuliah Ilustrasi. Semarang.

Muharrar, Syakir. 2003. Tinjauan: Seni Ilustrasi. Paparan Bahan Ajar. Semarang: Jurusan Seni Rupa FBS UNNES.

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.

Soehardjo, A. J. 1990. Pendidikan Seni Rupa. Buku Guru SMP, Dekdikbud.

Soelaiman, Darwis, A. 1979. Pengantar kepada Teori dan Ptaktek Pengajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sumartono Anton dan Rondhi, Moh. 2002. Tinjauan Seni Rupa I. Paparan Perkuliahan Mahasiswa Jurusan Seni Rupa FBS Unnes. Jurusan Seni Rupa.

Sunaryo, Aryo. 2002. Nirmana I. Hand Out Jurusan Seni Rupa, FBS UNNES Semarang : Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Semarang.

Sunaryo, Aryo. 2009. Bahan Ajar Seni Rupa I. GBPP/Silabus-Handout-Media pembelajaran Program Studi Pendidikan Seni Rupa S1 Jurusan Seni Rupa FBS Unnes. Jurusan Seni Rupa.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

Syafi’i. 2006. Konsep dan Model Pembelajaran Seni Rupa. Handout. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Syafi’i. 2008. Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa. Hand Out Jurusan Seni Rupa, FBS UNNES Semarang : Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Semarang.

Syakir & Mujiono. 2007. Gambar 1. Hand Out. Jurusan Seni Rupa. FBS. UNNES.

Syarat yang harus diperhatikan agar hasil gambar ilustrasi memiliki nilai baik adalah