Tari indang atau biasa disebut tari dindin badindin adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari budaya masyarakat Minang, Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Tarian ini sebetulnya merupakan sebuah permainan alat musik yang dilakukan secara bersama-sama. Nama indang sendiri berasal dari nama alat musik tepuk yang dimainkan pada tarian ini. Indang atau juga disebut Ripai, adalah sebuah instrument yang dimainkan dengan cara ditepuk. Bentuknya seperti rebana tapi berukuran lebih kecil. Show
Tari indang sendiri, saat ini kerap mewakili Indonesia dalam pagelaran budaya internasional. Gerakan rancak dan dinamis yang muncul dari para penarinya membuat tari indang banyak diminati masyarakat mancanegara. Nah, bagi Anda yang ingin mempelajari tarian asal ranah Minang ini, ketahuilah dahulu bagaimana informasi seputar sejarah, perkembangan, dan unsur-unsur yang membentuknya. Tari Indang Menurut beberapa versi, tari indang sebetulnya merupakan buah akulturasi budaya Melayu dan budaya Islam di masa penyebaran agama Islam pada abad ke 13. Tarian ini diperkenalkan oleh salah seorang ulama Pariaman bernama Syekh Burhanudin sebagai salah satu media dakwah. Tari Indang
1. Tema dan Makna Filosofi 2. Gerakan Tari Indang
3. Iringan Tari 4. Setting Panggung 5. Tata Rias dan Tata Busana 6. Properti Tari
KOMPAS.com - Tari Indang menjadi salah satu tarian khas dan populer dari Pariaman, Sumatera Barat. Tarian ini sering juga dikenal dengan nama Tari Dindin Badindin. Menurut Erlinda dalam buku Menapak Indang Sebagai Budaya Surau (2016), tari indang merupakan salah satu kesenian tradisional yang sangat digemari masyarakat Pariaman. Tarian ini berhubungan erat dengan adat istiadat dan kebudayaan Islam di wilayah tersebut. Sejarah tari indangMengutip dari buku Pembudayaan Literasi Seni di SD (2020) karya Mansurdin, tari indang dulunya digunakan sebagai media proses penyebaran dakwah Islam oleh Syekh Burhanudin, di kawasan Sumatera Barat. Penyebaran dakwah ini dilakukan lewat jalur perdagangan, yakni antara pedagang Arab dengan warga sekitar pesisir Tanah Minang. Akibatnya, timbulah akulturasi budaya Minang dengan agama Islam di kawasan tersebut. Baca juga: Tari Jepen, Kesenian Khas Kalimantan Timur Tujuan dan makna filosofi dari tari indangSeperti yang dijelaskan di atas, tari indang dulunya digunakan untuk menyebarkan agama Islam di Sumatera Barat. Maka tidak heran, jika filosofi utama tarian ini sangat erat kaitannya dengan Islam dan budaya Minang. Hal ini terlihat dari iringan tariannya yang disertai selawat nabi atau syair yang mengandung nilai ajaran Islam. Tari ini sering dibawakan dalam upacara tabuik atau peringatan wafatnya cucu Rasulullah, tiap tanggal 10 Muharram. Dalam buku Musik Tradisional Minangkabau (2017) karya Ediwar, dkk, disebutkan jika tujuan utama tari indang atau tari dindin badindin ialah mengembangkan ajaran Islam kepada masyarakat. Sehingga musik dan syair yang digunakan sangat erat kaitannya dengan agama Islam. Gerakan tari indangTari indang dulunya sering dibawakan oleh tujuh pria. Namun, seiring perkembangan waktu, tarian ini juga ditampilkan oleh perempuan. Untuk jumlah penarinya bebas, asalkan berjumlah ganjil, seperti 7, 9, 11, atau 13 orang. Sekilas, tarian ini mirip seperti Tari Saman dari Aceh. Namun, apabila diperhatikan lebih jauh, tari indang mempunyai gerakan yang lebih dinamis. Gerakannya lebih santai tetapi tetap rancak. Tarian ini diiringi dengan alunan musik khas Melayu. Gerakan pertama pada tari Indang yaitu masuknya dua kelompok penari yang berjajar dari kiri ke kanan. Setelah itu penari duduk dan melakukan gerakan variasi. Setelah menari gerakan variasi, penari duduk bersila dan meletakkan indang di hadapannya kemudian memberi sikap hormat, dengan dua telapak tangan di dada. Baca juga: Tari Putri Bekhusek, Simbol Kemakmuran Sumatera Selatan Pakaian dan properti tari indangPenari tari indang diwajibkan memakai pakaian adat khas Melayu, sebagai simbol dan identitas khas tarian tersebut. Sedangkan tukang zikir-nya bebas mengenakan pakaian apa pun, asalkan sopan. Untuk tata riasnya ikut menyesuaikan dengan kebudayaan Melayu. Pada awalnya, indang atau rebana kecil menjadi properti utama dan wajib dalam tarian ini. Namun, kini indang sudah ditinggalkan dan digantikan oleh lantai panggung yang bisa menghasilkan suara ketika ditepuk. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Baca berikutnya |