Teladan yang dapat kita ambil dari sifat Ar razzaq adalah

Cukup tidaknya rezeki dalam diri seseorang ditentukan oleh rasa syukur pada Allah.

Antara/Prasetia Fauzani

Ar-Razzaq, Maha Pemberi Rizki

Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dosen Tetap UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Moh Damami Zain

Baca Juga

Kata “Ar-Razzāq” dalam Al-Qur’an, sejauh yang pernah diteliti para ulama tafsir, hanya disebut satu kali saja (Qs. Adz-Dzariyat: 58):

 إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلۡقُوَّةِ ٱلۡمَتِينُ ٥٨

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.

Kata “Ar-Razzāq” bermula dari “Ar-Rizq.” Sementara itu, kata “Ar-Rizq,” menurut etimolog bahasa Arab terkenal, Ibnu Faris, terdiri dari 3 huruf, “ra”, “za,” dan “qaf” yang arti aslinya adalah “pemberian yang terkait waktu.” Kemudian arti asal ini dalam pemakaian selanjutnya diperluas menjadi bentuk pemberian apa saja yang tidak terkait waktu.

Kalau pengertian etimologi ini dipakai sebagai patokan, maka yang dimaksud rezeki adalah semua bentuk dan wujud pemberian Allah SwT  kepada seluruh makhluk-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip oleh mufassir Indonesia, M. Quraish Shihab, dalam sifat “Ar-Razzāq” tersebut termuat pengertian.

Pertama, Allah SwT telah menyediakan rezeki (tanpa akan kehabisan). Kedua, Allah SwT telah menciptakan yang membutuhkan rezeki tersebut, yakni manusia dan makhluk lainnya.

Ketiga, Allah SwT yang menciptakan cara-cara yang akan dipakai manusia dan makhluk lainnya untuk mencari atau memperoleh rezeki yang telah Allah SwT  sediakan itu. Keempat, Allah SwT yang memberikan langsung kepada manusia dan makhluk lainnya mengenai rezeki yang dibutuhkan dan dimohonkan oleh umat manusia dan makhluk lainnya kepada-Nya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sungguh sama sekali tidak benar dan tidak dibenarkan seseorang merasa bangga telah berhasil dalam usahanya mencari rezeki yang seolah-olah tidak ada “faktor pemberian” dari Allah SwT di situ. Lebih tidak dibenarkan kalau sampai seseorang menjadi suka pamer terhadap rezeki yang telah berhasil diraihnya, apalagi kalau sampai justru mempersombong diri gara-gara rezeki yang telah diraihnya tersebut.

Bahwa terasa cukup-tidaknya rezeki dalam diri seseorang banyak ditentukan oleh kadar tinggi-rendahnya rasa syukur atau rasa terima kasihnya kepada Allah SwT dalam menerima kenyataan rezeki yang telah berhasil diraihnya (Qs. Ibrahim 14: 7). Bahwa keimanan terhadap ketentuan rezeki berdasar takdir Allah SwT justru memunculkan rasa optimisme dalam kehidupan ini.

Sebab, jika seseorang dihadapkan pada keberhasilan, maka dia akan tetap rendah hati dan mempertahankan bagaimana proses keberhasilan tersebut terjadi. Di samping itu, jika dia belum berhasil meraih atau mencapai suatu usaha (dalam kata lain gagal), maka dia masih memiliki harapan besar kepada Allah SwT yang memiliki sifat “Ar-Razzāq.”

Sifat “Ar-Razzāq” ini mendidik umat Islam agar dalam hidup ini perlu berpedoman teguh pada prinsip: usaha dan doa.

Wallāhu a’lam bish-shawāb.

Sumber: Majalah SM Edisi 23 Tahun 2017

Link artikel asli

  • ar razzaq
  • maha pemberi rezeki
  • rezeki dari allah
  • maha pemberi rizki

sumber : Suara Muhammadiyah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Teladan yang dapat kita ambil dari sifat Ar razzaq adalah

Kembali ke "DAFTAR ISI"

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Q.S. Adz-Dzariyaat: 58) Ar-Razzâq secara bahasa berasal dari kata "razaqa" atau "rizq" yang berarti rezeki atau pemberian untuk waktu tertentu. Allah Ar-Razzâq, artinya Allah Maha Pemberi Rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Bahkan, binatang melata pun telah dijamin rezeki oleh Allah.

.

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (Q.S. Hud: 6) Rezeki yang bersifat material yaitu yang memberikan berbagai macam fungsi, manfaat, potensi, dan fasilitas untuk tubuh, serta melindunginya agar tetap dapat hidup dalam jangka waktu tertentu. Sementara rezki yang bersifat spritual yaitu yang memberikan kemanfaatan, kesejahteraan, ketenangan, kebahagiaan, dan kehidupan yang berkesinambungan di dunia hingga di akhirat. Dalam kaitannya dengan manusia, yang dimaksud dengan rezki bukan hanya harta, makanan, minuman, pakaian, atau tempat tinggal, tetapi juga udara yang bersih, orang tua, suami atau istri, maupun anak-anak. Kedudukan, pangkat, jabatan, saudara, teman, rekan kerja, dan tetangga yang baik pun merupakan bagian dari rezeki-Nya. Bahkan kesehatan jasmani dan ruhani, ilmu yang bermanfaat, serta para nabi yang diutus merupakan bagian dari rezki yang baik.

.

قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

Syuaib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (Q.S. Hud: 88) Jarak antara rezeki dan manusia lebih jauh dari jarak rezeki dari binatang, apalagi tumbuhan. Ada aturan-aturan hukum (sunatullah) - dalam cara perolehan dan jenis yang dibenarkan bagi manusia - yang harus diikuti manusia. Selain itu, selera dan macam kebutuhan manusia juga lebih banyak. Jarak antara rezki bayi dengan rezki orang dewasa pun berbeda. Bayi hanya menunggu makanan dan minuman yang siap dan menanti untuk disuapi. sedangkan manusia dewasa tidak demikian. Walaupun begitu, masing-masing sudah mendapatkan jatah rezekinya dari Allah s.w.t., bahkan termasuk pula orang-orang yang mati di jalan Allah.

.

وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (Q.S. Ali-Imran: 169) Allah menyiapkan berbagai sarana. Dan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diperintahkan untuk mengolah dan mengelolanya dengan baik agar terpenuhi segala kebutuhannya, baik material maupun spritual.

.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Q.S. Al-Mulk: 15) Demikianlah makna Ar-Razzâq. Sekarang, bagaimana bentuk meneladani nama dan sifat Allah Ar-Razzâq? Meneladani nama dan sifat Allah Ar-Razzâq berarti kita harus giat berikhtiar menjemput rezeki dengan cara yang halal dan dibenarkan agama. jangan tergoda untuk menjemput rezeki dengan cara yang haram. Rezeki yang halal jauh lebih banyak daripada yang haram. Setelah memperoleh rezeki maka nafkahkanlah pada jalan yang dibenarkan dan diredloi Allah, yaitu untuk menafkahi istri dan anak-anak. Kemudian, sisihkan sebagiannya untuk infak di jalan Allah. Akhirnya, marilah kita berdoa, Ya Allah, karuniakanlah kepada kami sifat qana'ah terhadap rezeki yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, berkahilah rezeki itu untukku, dan gantilah setiap milikku yang hilang dengan kebaikan." [H.R. Hakim]

Kembali ke "DAFTAR ISI"


Page 2

Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Mempelajari nama dan sifat Allah Ta’ala memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seorang hamba. Secara lahir dan batin, ucapan dan perbuatannya akan terbimbing dengan memahami dan melaksanakan tuntutan peribadatan yang terkandung dalam nama dan sifat Allah tersebut. Di antara nama-nama-Nya yang maha indah dan sangat perlu untuk kita ketahui dalam menghadapi berbagai pernak-pernik problem aktifitas mencari rezeki  adalah nama Allah الرَزَّاقُ (Ar-Razzaq, artinya: Yang Banyak Memberi rezeki).

Makna  الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq) dan perbedaan antaraاَلرَّزْقُ (Ar-Razqu) dengan اَلرِّزْقُ (Ar-Rizqu)

Termasuk nama-nama Allah yang husna (terindah) adalah الرَزَّاقُ (Ar-Razzaaq, artinya Yang Banyak Memberi rezeqi) dan الرَازِقُ  (Ar-Raaziq, artinya Yang Maha Memberi rezeki). Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam bait Nuniyyah nya mengatakan,

وكذلك الرزَّاقُ من أسمائه   #    والرَّزْقُ من أفعالهِ نوعانِ

“Demikian pula Ar-Razzaaq adalah salah satu dari nama-nama-Nya # Adapun Ar-Razqu adalah salah satu dari perbuatan-perbuatan-Nya, ini terbagi menjadi dua macam.”

Syaikh Dr. Muhammad Khalil Al-Harras hafizhahullah menjelaskan bait Imam Ibnul Qoyyim di atas,  “Salah satu nama Allah Subhanahu adalah اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq, artinya Yang Banyak Memberi rezeki) merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq, artinya Pemberi rezeki).

Perubahan bentuk kata tersebut menunjukkan sesuatu yang banyak, diambil dari kata اَلرَّزْقُ dengan fathah huruf “ra`” (Ar-Razqu yang bermakna pemberian rezeki), yang merupakan bentuk mashdar (kata dasar). Adapun اَلرِّزْقُ dengan kasrah huruf “ra`” (Ar-Rizqu) adalah sebutan bagi sesuatu yang Allah berikan kepada para hamba-Nya berupa rezeki. Makna  اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaaq) adalah Yang Banyak Memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya, yang bantuan dan keutamaan-Nya  tidak terputus diberikan kepada mereka, walau sekejap mata.

Adapun kata اَلرَّزْقُ (Ar-Razqu, artinya pemberian rezeki) sama dengan kata Al-Khalqu (penciptaan), yaitu sebagai salah satu sifat fi’liyyah (sifat perbuatan) yang merupakan salah satu sifat-sifat-Nya sebagai Rabb (baca; sifat Rububiyyah)” (Syarh Nuuniyyah,Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras (Pdf),jilid 2/110).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa,

  • Nama Allah اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq, artinya Yang Banyak Memberi rezeqi). اَلرَّزَّاقُ merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ . Ini menunjukkan makna yang banyak. Hal ini menunjukkan banyaknya rezeki yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya dan juga menunjukkan banyaknya hamba-Nya yang mendapatkan rezeki tersebut.
  • Nama Allah اَلرَّازِقُ (baca: Ar-Raaziq, artinya: Yang Maha Memberi rezeki). Sifat Allah yang terkandung dalam dua nama tersebut adalahاَلرَّزْقُ (Ar-Razqu yang bermakna pemberian rezeki).

Perbedaan nama Allah اَلرَّزَّاقُ (baca : Ar-Razzaq,artinya: Yang Banyak Memberi rezeqi) dengan اَلرَّازِقُ (baca: Ar-Raaziq, artinya: Yang Maha Memberi rezeki)

Nama اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq, artinya Yang Maha Memberi rezeki) menunjukkan kepada Dzat yang memberi rezeki seluruh makhluk dan Dia pula yang menjamin penyempurnaan rezeki seluruh makhluk-Nya, tidaklah mati satu makhluk pun kecuali telah Dia sempurnakan rezekinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut sampai kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

Jadi, اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq) mengandung sifat اَلرَّزْقُ (Ar-Razq) yang bermakna pemberian rezeki. Dan Allah disebut اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq) artinya Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk tanpa kecuali. Adapun اَلرَّزَّاقُ  (Ar-Razzaq) menunjukkan makna banyak memberi rezeki, sehingga اَلرَّزَّاقُ  (Ar-Razzaq) artinya Yang Banyak Memberi rezeki. Dia memberi rezeki yang satu kemudian rezeki yang lain dalam jumlah yang sangat banyak.

(Diolah dari http://www.kalemtayeb.com/index.php/kalem/safahat/item/22527)

Hanya Allah lah satu-satunya yang mampu memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya

Syaikh Dr. Muhammad Khalil Al-Harras berkata, “Sifat Ar-Razqu (pemberian rezeki) tidak boleh disematkan kepada selain Allah, sehingga selain Allah, tidak boleh disebut Ar-Raaziq (Sang Pemberi rezeki) sebagaimana tidak boleh disebut Al-Khaaliq (Sang Pencipta)” (Syarh Nuuniyyah, Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras (Pdf),jilid 2/110).

Dalil bahwa hanya Allah lah satu-satunya yang mampu memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya adalah firman Allah Ta’ala,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Allah-lah yang menciptakan kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali). Adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu, yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan” (Ar-Rum: 40).

Dalam firman Allah di atas, Allah meniadakan adanya Sang Pemberi rezeki selain-Nya, ini menunjukkan hanya Allah lah satu-satunya yang mampu memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya.

Syaikh Dr. Muhammad Khalil Al-Harras berkata, “Seluruh rezeki hanya ada di tangan Allah. Oleh karena itu, Dia-lah Sang Pencipta rezeki dan Sang Pencipta makhluk yang mendapatkan rezeki.  Dia-lah Dzat yang menyampaikan rezeki kepada mereka dan Dia-lah Sang Pencipta sebab-sebab (makhluk) bisa menikmati rezeki. Dengan demikian, wajib menyandarkan rezeki itu hanya kepada-Nya dan wajib pula bersyukur kepada-Nya atas karunia rezeki tersebut” (Syarh Nuuniyyah, Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras (Pdf),jilid 2/110).

Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa rezeki Allah sangatlah banyak jumlahnya dan tidak ada satupun dari makhluk kecuali pasti mendapatkan rezeki dari-Nya

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa karena اَلرَّزَّاقُ (Yang Banyak Memberi rezeki) merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ  (Pemberi rezeki), maka ini menunjukkan banyaknya rezeki dan banyaknya makhluk yang mendapatkan rezeki tersebut.

Bahkan setiap makhluk yang berjalan di muka bumi diberi rezeki, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).

Allah menjelaskan di dalam Ayat ini bahwa Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini. Siapakah di antara kita yang mampu menghitung jumlah seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini? Jumlah seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini sangatlah banyak, maka ini menunjukkan jumlah rezeki Allah yang diberikan kepada mereka juga sangatlah banyak.

Jangankan kita menghitung rezeki Allah yang didapatkan oleh seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini, menghitung rezeki yang didapatkan oleh salah satu saja dari mereka, kita pun tidak sanggup menghitungnya. Allah berfirman,

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (An-Nahl:18).

Oleh karena itu pantas, di antara nama Allah adalah اَلرَّزَّاقُ Yang Banyak Memberi rezeqi). Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk, baik manusia, jin maupun binatang, begitu pula orang yang bertakwa maupun yang suka bermaksiat, orang yang beriman maupun yang kafir, semuanya pasti mendapatkan rezeki dari Allah. Seandainya dikatakan bahwa ada di antara makhuk yang tidak mendapatkan rezeki dari Allah, tentulah hal ini mengharuskan adanya pemberi rezeki di alam semesta ini selain Allah, dan ini suatu hal yang batil.

Orang-orang musyrikpun mengakui bahwa rezeki itu dari Allah, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah (Hai Nabi Muhammad kepada orang-orang musyrik): “Siapakah yang memberi rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab:”Allah”. Maka katakanlah:”Mengapa kalian tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (Yunus:31).

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentang binatang yang tidak dapat memperoleh atau membawa rezekinya sendiri,

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (memperoleh) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-‘Ankabuut: 60).

Allah menyebutkan bahwa Allah-lah yang memberi rezeki manusia yang berada di daratan maupun di lautan,

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Al-Israa`: 70).

Tujuan Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya

Setelah kita mengetahui bahwa tidak ada satupun makhluk yang tidak mendapatkan rezeki dari Allah, maka yang harus kita yakini adalah tidaklah Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya kecuali ada tujuannya.  Setelah diberi rezeki, tidaklah makhluk dibiarkan begitu saja menikmatinya tanpa kewajiban apapun, sehingga orang yang serakah lagi zalim dalam mencari rezeki dan dalam memanfaatkannya, disamakan dengan orang yang bertakwa dalam mencari rezeki  dan dalam memanfaatkannya. Tidaklah demikian!

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

إنما خَلَقَ الله الخَلْقَ، ليَعبُدوه، وإنما خَلَقَ الرزقَ لهم ليَسْتَعِيُنوا به على عبادته

“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk hanyalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan Allah menciptakan rezeki untuk mereka semata-mata agar mereka gunakan rezeki tersebut untuk beribadah kepada-Nya” (Majmu’ul  Fatawa Imam Ibnu Taimiyyah, kitabul Iman, dari http://madrasato-mohammed.com/book232.htm).

Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya untuk bersenang-senang yang melalaikan ibadah kepada-Nya dan tidak pula untuk bermaksiat kepada-Nya. Allah berikan rezeki itu kepada hamba-hamba-Nya agar mereka bisa beribadah kepada-Nya. Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka tentang bagaimana cara mereka mendapatkan rezeki itu lalu mereka gunakan untuk apa.

Oleh karena itulah pantas jika Allah Ta’ala banyak menyebutkan rezeki-Nya di dalam Al-Qur`an  dalam konteks memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah dan melakukan berbagai macam keta’atan kepada-Nya. Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar mensyukuri rezeki-Nya yang mereka dapatkan dengan mentauhidkan Allah dan menjauhi syirik,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Teladan yang dapat kita ambil dari sifat Ar razzaq adalah
Teladan yang dapat kita ambil dari sifat Ar razzaq adalah

“Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa,”

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui” (Al-Baqarah: 21-22).

Firman Allah Ta’ala:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Allah-lah yang menciptakan kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali). Adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu, yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (Ar-Rum: 40) .

Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar menggunakan rezeki-Nya untuk berinfak di jalan Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim” (Al-Baqarah:254).

Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar mensyukuri rezeki-Nya yang mereka dapatkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah” (Al-Baqarah:172).

Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar tidak bermaksiat dengan membunuh anak-anak mereka, karena Allah-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan anak-anak mereka,

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا

“Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada kalian. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar” (Al-Israa` : 31). Dari Ayat-Ayat di atas, nampak jelas bahwa Allah Ta’ala banyak menyebutkan rezeki-Nya di dalam Al-Qur`an  dalam konteks memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah dan melakukan berbagai macam keta’atan kepada-Nya. Wallahu a’lam.

Insyaallah akan berlanjut ke artikel bagian akhir, berjudul Ar Razzaaq, Yang Banyak Memberi Rezeki (3)

***

Referensi:
  1. Fiqhul Asmaa`il Husnaa, Syaikh Abdur Razzaaq.
  2. Syarhu Asmaa`illlaahil Husnaa, Syaikh Sa’id Al-Qohthoni.
  3. Syarh Nuuniyyah,Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras (Pdf)
  4. Khuthbah Syaikh Abdur Razzaq di : http://www.alukah.net/sharia/0/22417/
  5.  Majmu’ul  Fatawa Imam Ibnu Taimiyyah, kitabul Iman, dari: http://madrasato-mohammed.com/book232.htm
  6. Kitab Arzaaqul ‘Ibaad di: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?p=1911924
  7. http://www.dorar.net/enc/aqadia/894
  8. http://www.kalemtayeb.com/index.php/kalem/safahat/item/22527

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.Or.Id

🔍 One Day One Juz, Tips Sholat Khusyuk, Penanggalan Masehi, Ayat Tentang Kehidupan, Solat Sunat Sebelum Dan Sesudah Shalat Wajib