Tindakan yang menyimpang terhadap kaidah-kaidah atau nilai sosial yang berlaku di masyarakat disebut

Penyimpangan Sosial - Sosialisasi yang dijalani individu tidak selalu berhasil menumbuhkan nilai dan norma sosial dalam jiwa individu. Akibat kegagalan mensosialisasikan nilai dan norma sosial itu, kadang kala individu melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku di masyarakat atau yang disebut dengan penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang. Nah Zona Siswa pada kesempatan kali ini akan membahas lengkap mengenai hal itu. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

A. Pengertian Penyimpangan Sosial

Beberapa ahli sosiologi memberikan definisi penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang (penyimpangan sosial) sebagai berikut.

  1. Bruce J. Cohen
    Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

  2. James Vander Zander
    Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

  3. Robert M.Z. Lawang
    Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

  4. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
    Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap nilai dan norma kelompok dalam masyarakat.

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa penyimpangan sosial dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok sosial yang tidak sesuai atau melawan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah yang berlaku di masyarakat tersebut berwujud nilai dan norma yang mengatur perbuatan mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

B. Ciri-ciri penyimpangan Sosial

Banyak ahli telah meneliti tentang ciri-ciri perilaku menyimpang di masyarakat. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1996), ciri-ciri yang bisa diketahui dari perilaku menyimpang sebagai berikut.

  1. Suatu perbuatan disebut menyimpang bilamana perbuatan itu dinyatakan sebagai menyimpang.
  2. Penyimpangan terjadi sebagai konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap si pelaku menyimpang.
  3. Ada perilaku menyimpang yang bisa diterima dan ada yang ditolak.
  4. Mayoritas orang tidak sepenuhnya menaati peraturan sehingga ada bentuk penyimpangan yang tersamar dan ada yang mutlak.
  5. Penyimpangan bisa terjadi terhadap budaya ideal dan budaya riil. Budaya ideal merupakan tata kelakuan dan kebiasaan yang secara formal disetujui dan diharapkan diikuti oleh anggota masyarakat. Sedangkan budaya riil mencakup hal-hal yang betul-betul mereka laksanakan.
  6. Apabila ada peraturan hukum yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat banyak orang, biasanya muncul norma penghindaran.

Tindakan yang menyimpang terhadap kaidah-kaidah atau nilai sosial yang berlaku di masyarakat disebut

C. Jenis-jenis Penyimpangan Sosial

Ada beberapa jenis penyimpangan sosial, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Berdasarkan Sifat
    Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai pola-pola perilaku tertentu. Ada kalanya manusia berperilaku sesuai dengan kehendak umum, tetapi di lain waktu bertindak menentang atau tidak sesuai dengan kehendak umum. Oleh karena itu, dikenal dua jenis penyimpangan sosial, yaitu penyimpangan sosial primer dan penyimpangan sosial sekunder.

    • Penyimpangan Sosial Primer Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.

      Contoh: Pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas.

    • Penyimpangan Sosial Sekunder Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga para pelaku secara umum dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang.

      Contoh: Seseorang yang peminum dan pemabuk minuman keras di mana pun ia berada akan dibenci orang.


  2. Berdasarkan Jumlah Pelaku
    Berdasarkan jumlah individu yang terlibat dalam perilaku menyimpang maka penyimpangan sosial menurut Drs. Kuswanto dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut.

    • Penyimpangan Individu   
      Penyimpangan dilakukan sendiri tanpa ada campur tangan orang lain. Hanya satu individu yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma umum yang berlaku. Perilaku seperti ini secara nyata menolak norma-norma yang telah diterima secara umum dan berlaku dalam waktu yang relatif lama.
    • Penyimpangan Kelompok Penyimpangan kelompok terjadi apabila perilaku menyimpang dilakukan bersama-sama dalam kelompok tertentu. Perilaku menyimpang kelompok ini agak rumit sebab kelompok-kelompok tersebut mempunyai nilai-nilai, norma-norma, sikap, dan tradisi sendiri. Fanatisme anggota terhadap kelompoknya dapat menyebabkan mereka merasa tidak melakukan perilaku menyimpang. Penyimpangan kelompok lebih berbahaya bila dibandingkan dengan penyimpangan individu.

      Contoh: Kelompok (geng) kejahatan terorganisir yang melakukan penyelundupan dan perampokan.

D. Teori Penyimpangan Sosial

Perilaku menyimpang mendapat perhatian dari banyak ahli ilmu sosial. Mereka berhasil merumuskan hasil kajiannya menjadi teori-teori penyimpangan sosial sebagai berikut:

  1. Teori Biologis
    Seperti dikemukakan Bruce J. Cohen (1992), di antara ahli pendukung teori biologis antara lain Lombroso dan Kretschmer. Menurut teori ini, beberapa tipe tubuh tertentu lebih cenderung melakukan perilaku menyimpang dibanding tipe-tipe tubuh lainnya. Secara umum, tubuh manusia dibedakan menjadi tiga tipe: endomorph (bundar, halus, gemuk), mesomorph (berotot, atletis), dan ectomorph (tipis, kurus). Setiap tipe memiliki kecenderungan sifat-sifat kepribadian dan perilaku tertentu. Penemuan ahli dari teori ini menyebutkan bahwa para pecandu minuman keras dan penjahat umumnya memiliki tipe tubuh mesomorph.

  2. Teori Labeling
    Teori ini dipelopori oleh Edwin M. Lemert. Teori ini berpendapat bahwa penyimpangan lahir karena adanya batasan (definisi) atas suatu perbuatan yang disebut perbuatan menyimpang. Dengan bahasa sederhana, suatu perbuatan disebut menyimpang karena dinilai sebagai menyimpang. Jadi, ada proses pemberian cap terhadap suatu perbuatan apakah menyimpang atau tidak.

  3. Teori Sosialisasi
    Teori ini menekankan bahwa perilaku sosial, baik yang bersifat menyimpang maupun yang tidak menyimpang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai yang diserapnya. Perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penyerapan dan pengalaman nilai-nilai tersebut dalam perilaku seseorang.

  4. Teori Konflik
    Dalam teori ini terdapat dua macam konflik sebagai berikut.
    • Konflik budaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai. Masing-masing kelompok menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi. Orang-orang yang menganut budaya berbeda dianggap sebagai penyimpangan.
    • Konflik kelas sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri untuk melindungi kepentingannya.

  5. Teori Anomie
    Anomi adalah suatu keadaan masyarakat di mana tidak ada norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima secara luas. Konsep anomi ini dikemukakan pertama kali oleh Emile Durkheim. Masyarakat anomis adalah masyarakat yang tidak memiliki norma pedoman mantap yang dapat dianut dan dipedomani oleh warganya. Individu anomis adalah individu yang tidak memiliki pedoman nilai yang jelas dalam bertindak. Kondisi masyarakat yang anomis atau individu yang anomis akan melahirkan perilaku yang tidak teratur dan tidak jelas, sehingga perilaku mana yang disebut sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan norma menjadi kabur.

Semoga penjelasan di atas tentang Penyimpangan Sosial / Perilaku Menyimpang bisa bermanfaat bagi sobat sekalian. Apa bila ada dari sobat yang menemukan kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Lihat juga penjelasan tentang Pengendalian Sosial ya sobat. Terima kasih ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^

tirto.id - Perilaku menyimpang atau biasa disebut dengan penyimpangan sosial merupakan salah satu topik yang dikaji dalam sosiologi dan antropologi. Tema ini merujuk pada fenomena perilaku individu dalam masyarakat yang dinilai menyimpang.

Mengutip materi kuliah "Konformitas, Penyimpangan, dan Kejahatan" terbitan UPH yang dilansir di laman Kemdikbud, pengertian perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial di dalam masyarakat. Dengan kata lain, perilaku menyimpang tidak sesuai dengan kehendak umum dalam masyarakat.

Sementara dalam buku Sosiologi 1, Volume 1 (2008:119), Andreas Suroso menjelaskan perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial adalah segala bentuk tindakan dari individu ataupun kelompok yang tidak sesuai, bahkan menentang, aturan ataupun nilai-nilai norma sosial dalam masyarakat.



Beberapa pakar sosiologi juga menyodorkan beragam pengertian perilaku menyimpang, demikian dijelaskan di buku Sosiologi untuk SMA Kelas X (2009, Hlm 104). Setidaknya ada 3 definisi yang bisa dicermati. Menurut Bruce J. Cohen, perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tak bisa menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak di masyarakat. Sedangkan James Vander Zander mendefinisikan perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang. Adapun Robert M.Z. Lawang menjelaskan, perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
Sekalipun begitu, dalam buku CMS Sosiologi SMA/MA Kelas X, XI, XII, diterangkan bahwa perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif. Penilaian positif itu dapat muncul akibat perubahan nilai dan norma-norma di masyarakat.Contoh perilaku menyimpang yang dinilai positif ialah kegigihan R.A. Kartini saat memperjuangkan emansipasi perempuan di tengah budaya dan aturan yang membatasi peran wanita. Perjuangan itu dahulu mungkin dinilai menyimpang dan negatif, tetapi kini justru dianggap positif (hlm. 54).

Penjelasan 4 Teori Penyimpangan Sosial

Setidaknya ada 4 teori perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial yang bisa dicermati untuk memperkaya pemahaman akan tema ini. Sebenarnya, teori tentang perilaku menyimpang dapat dijelaskan pula dari segi mikroantropologi dengan mencari akar penyimpangan pada interaksi sosial. Penyimpangan sosial pun bisa dijelaskan dari segi makroantropologi dengan mencari sumber penyebabnya di struktur sosial.Selain itu, ada pula teori biologi dan psikologi (seperti psikoanalisis Freud) yang juga menjelaskan mengapa seseorang melakukan perilaku menyimpang.

Tindakan yang menyimpang terhadap kaidah-kaidah atau nilai sosial yang berlaku di masyarakat disebut

Infografik SC 4 Teori Penyimpangan Sosial. tirto.id/Sabit

Sebagaimana diterangkan dalam Modul Antropologi terbitan Kemdikbud (2017), berikut substansi 4 teori yang menerangkan penyebab perilaku menyimpang.

1. Teori Differential Association (Edwin H. Sutherland)

Teori ini divetuskan oleh Edwin H. Sutherland. Dalam teori differential association, penyimpangan sosial dianggap terjadi karena pergaulan berbeda. Maka itu, perilaku menyimpang dipahami terjadi karena proses alih budaya (cultural transmission).

Baca juga: Pengertian Perubahan Sosial dan Teorinya Menurut Ahli Sosiologi


Melalui proses tersebut, seseorang mempelajari suatu deviant subculture (suatu sub kebudayaan menyimpang). Contoh yang diajukan Sutherland ialah perilaku mengisap ganja (mariyuana), tetapi proses yang sama berlaku pula dalam mempelajari beraneka jenis perilaku menyimpang lainnya.Menurut Sutherland, semua perilaku dipelajari. Karena itu, perilaku menyimpang juga merupakan hasil dari proses belajar dari individu. Proses belajar tersebut bisa terjadi karena intensitas kontak dengan orang yang menyimpang, atau hubungan dengan orang yang menyimpang.Adapun sumber penyimpangan dalam teori Sutherland adalah keluarga, teman sebaya, lingkungan hunian, subkultur, bahkan penjara.

2. Teori Labeling (Edwin M. Lemert)

Teori Labeling digagas oleh Edwin M. Lemert. Dalam pandangan Lemert, penyimpangan bisa terjadi karena masyarakat memberikan cap/label negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer (primary deviation).


Seorang yang telah dicap sebagai pencuri, penipu, pendusta, perampok, dan lain sebagainya, akan cenderung mengulangi lagi perbuatannya (penyimpangan sekunder/secondary deviation), karena masyarakat tidak mempercayainya lagi sebagai orang baik-baik.Lewat teori Labeling, Lemert memperkenalkan konsep penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer ialah pengalaman yang terhubung dengan perilaku yang terbuka. Adapun penyimpangan sekunder: peran yang diciptakan untuk menangani kecaman masyarakat terhadap perilaku.

3. Teori Anomie

Robert K. Merton merumuskan teori Anomie untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang. Menurut dia, perilaku menyimpang merupakan pencerminan tidak adanya kaitan antara aspirasi yang ditetapkan kebudayaan dan cara yang dibenarkan struktur sosial untuk mencapai tujuan itu. Merton berpendapat, struktur sosial dapat menghasilkan tekanan sehingga mendorong seseorang melakukan penyimpangan. Jadi, teori Anomie menjelaskan bahwa penyimpangan merupakan akibat dari berbagai ketegangan dalam struktur sosial. Perilaku menyimpang terjadi sebab adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Teori Fungsi (Emile Durkheim)

Menurut Emile Durkheim, kesadaran moral setiap individu berbeda satu dengan yang lain karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlainan, seperti faktor keturunan,lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Oleh karena, perilaku menyimpang akan tetap ada kapan pun dan semua tempa, sekaligus sangat sulit dihilangkan. Namun, dengan adanya berbagai penyimpangan, moralitas dan hukum beserta lembaga penegaknya dapat berkembang secara normal.Jadi perilaku menyimpang, dalam pandangan Durkheim, justru bisa berfungsi: memperkokoh nilai dan norma sosial; memperjelas batas-batas moral di masyarakat; mendorong perubahan sosial; serta melahirkan solidaritas masyarakat untuk menghadapi penyimpangan sosial.

Baca juga: Teori Pembentukan Bumi dan Tata Surya: Big Bang hingga Nebula

Hubungan Penyimpangan Sosial dan Norma Masyarakat

Pertanyaan penting dalam studi tentang penyimpangan sosial adalah: kenapa, dalam konteks yang sama, ada orang yang memiliki perilaku menyimpang dan ada yang tidak?Secara umum, perilaku penyimpang atau penyimpangan sosial dikaitkan dengan pelanggaran satu atau lebih norma yang berlaku dalam masyarakat.

Norma adalah aturan perilaku yang memandu tindakan orang. Sumner (1906) memecah norma menjadi tiga kategori: folkways, mores, dan laws.

Folkways adalah norma sehari-hari yang tak menimbulkan banyak keributan jika dilanggar. Adapun mores merupakan norma "moral" yang dapat menghasilkan lebih banyak kemarahan jika dilanggar.

Sementara Laws (hukum) dianggap sebagai norma terkuat karena didukung adanya sanksi resmi (atau respons formal) dari lembaga penegaknya.

Penyimpangan terjadi saat pelanggaran terhadap aturan-aturan yang diberlakukan di masyarakat itu dilanggar. Pelanggaran itu bisa sepele dan juga bisa serius. Namun, penyimpangan justru dilihat dengan sudut pandang berbeda di konsepsi konstruksionisme sosial. Perspektif ini menilai perilaku menyimpang terjadi karena definisi penyimpangan diterapkan pada perbuatan itu.

Maka, dalam konstruksionisme sosial, kajian soal penyimpangan bukan tentang mengapa individu tertentu melanggar norma, melainkan bagaimana norma-norma dibangun, demikian sebagaimana dikutip dari Introduction to Deviance terbitan Sage Publishing.


Baca juga: Macam-macam Konflik Sosial dan Contohnya di Masyarakat