Transportasi salah satu contoh usaha yang bergerak dalam bidang…


Page 2

donesia" yang diterima secara nasio- usaha sampingan yang ia lakukan, lukan tenaga dan pikiran untuk memenal. Di bawah kepemimpinannya pu- sampai akhirnya masuk menjadi nej administrasi, sumber daya manulalah DPD KNPI Jakarta cukup ber- anggota PT Presiden Taxi tahun 1976, sia dan pengembangan potensi usaha kibar. Malah orientasinya tidak lagi kemudian terus menjadi komisaris. lainnya. “Sebagai usaha yang bergerak sampai tingkat nasional saja, tetapi Sepuluh tahun belakangan, Zul sudah di bidang transportasi, tentu tidak bisa sudah memberikan nuansa interna- dipercaya sebagai Direktur Umum dilepaskan dari fungsi public servis," sional karena dia memandang Jakarta dan Bangsaha.

kata Zul. sebagai ibu kota negara, tentu setaraf

Di sinilah ia merasa betapa pen- la mengakui bahwa berbagai kedengan kota-kota besar lainnya di tingnya seseorang untuk mengaktuali- luhan para pemakai angkutan taxi seluar negeri. Karena itu, dalam studi sasikan potensi dirinya. "Saya sama ring terdengar, tetapi itulah tantangan banding kepemudaan, Zultidak mem- sekali tidak punya latar belakang pen- yang harus dibenahi dan diperbaiki. bawa jajarannya ke berbagai propinsi didikan ekonomi. Pendidikan formal "Bayangkan," katanya, "PT Presiden di Indonesia, melainkan ke berbagai itu kan hanya untuk memenuhi stan- Taxi mengelola 6500 angkutan. Bila ibu kota negara di Asean antara lain; dar pendidikan yang berlaku. Bukti- satu armada dipegang oleh dua orang Kualalumpur, Bangkok dan Manila. nya, Alhamdulillah, saya bisa menja- driver, berarti ada 13.000 orang pe

Berkat kemampuannya itu pula- lankan dengan baik bidang yang saya ngemudi yang mesti diperbaiki lah, Golkar DKI melihatnya sebagai emban di perusahaan ini karena be- mentalnya dalam sisi pelayanan." generasi muda yang cukup potensial. rangkat dengan prinsip : alam ta- Dalam setiap bidang usaha dan Tahun 1984, Zul dipercaya menjadi kambang jadi guru, tutur Zulkarnaen. tugas yang dia emban, Zul memang Sekretaris DPD Golkar. Meski ber- la bahkan membawahi beberapa staf tergolong orang yang gigih dan pankiprah di DKI, Zul juga nimbrung di dengan latar belakang pendidikan sar- tang menyerah. la selalu memiliki Ormas lainnya di tingkat nasional, jana ekonomi dan teknik.

rasa optimirme yang tinggi. “Rasa seperti DPP Gema MKGR, DPP Bidang umum dan pengembang- optimis akan kemampuan diri itulah MKGR, DPP MDI. Sekarang ini, ia du- an usaha yang ia pegang, tentu bukan- yang menjadi motivasi saya. Dan Insya duk sebagai Sekretaris Kelompok Kerja lah suatu pekerjaan mudah. Memer- Allah, saya tidak pernah menyerah (Pokja) Korbid Politik DPP

sebelum mencoba," katanya. Golkar. Sebuah jabatan cukup

la mengambil contoh di Pastrategis, yang dipimpin oleh

dang, ketika tahun 1989 lalu, Drs. Waskito R (salah seorang

Zul ikut mendorong kawanKetua DPP Golkar) dengan

kawannya membuka usaha anggota-anggota antara lain

pertaksian di Ibu Kota Ranah Yudo Soedarsono dan Hari Su

Minang ini dengan nama giman (mantan Dirjen Sospol

Asindo Taksi. Meski hal itu Depdagri).

akhirnya menemui kegagalan, Puaskah pelopor kehadir

namun hikmahnya bagi Zul an usaha angkutan taksi di Pa

cukup besar. “Dulunya kan dang tahun 1989 itu, dengan

banyak orang takut-takut, dan keberadaannya dalam berba

setelah Asindo hadir, yang lain gai organisasi masyarakat dan

pun jadi mengikut," tutur Zul. politik ini? Ternyata tidak. Me

Meski untuk usaha taksinya di nurutnya, seorang politisi yang

bidang ini kegagalan, ia tetap handal mestilah yang juga ma

merasa bangga karena perusatang dari sisi ekonomi. Kalau

haan taksi lain justru bisa maju. tidak, justru membahayakan

Calon anggota DPR-RI untuk karena dikuatirkan politik di

daerah pemilihan NTB tahun jadikan tempat mencari ma

1982 ini, mengamati bahwa kan, dan cenderung kepada

genera' muda sekarang, terpragmatisme.

masuk di berbagai daerah, Makanya, sejalan dengan

mengalami krisis kepercayaan karier organisasi itu, jauh hari

diri. Mereka lebih banyak ia juga sudah memasuki dunia

menggantungkan harapan bisnis. Bermula dari berbagai

kepada pejabat, tokoh-tokoh


Page 3

ia dipanggilbu Sek. "Saya tanya Bapak, Bu Sek itu apa? Rupanya itu panggilan untuk Ibu Sekda," ceritanya sembari tertawa mengenang pengalaman lucu ketika suaminya jadi Sekda Jambi.

Putra pertama mereka, Weno Aulia, lahir di Jakarta 2 Januari 1963, ketika sang suami sedang pendidikan di Amerika. "Bapak pulang tahun 1963, dan kami kembali ke Jambi. Tahun berikutnya, lahir anak kami

yang kedua, Eliana Novira. Satu se-


tengah tahun kemudian, lahir yang
ketiga, Tika Medya, dan Aditya yang bungsu lahir dua tahun berikutnya. Semuanya lahir selama Bapak ber- tugas di Jambi. Jadi bisa dibayangkan repotnya, rata-rata sekali dua tahun saya melahirkan anak," tutur Ny.

Zuraida mengenang pengalamannya.


Di saat punya anak yang masih kecil-kecil, Ny. Zuraida harus pula membagi waktunya sebagai Ketua Pertiwi Kodia Jambi selama sang suami menjabat Wali Kota Jambi (19661968). "Waktu itu Weno belum lima tahun, yang bungsu baru lahir," ceritanya. "Jadi," lanjutnya, "saya punya pengalaman betul, Bapak sebagai pejabat sibuk, dan saya harus membagi waktu untuk mengurus keluarga dan anak-anak dengan tugas sebagai pendamping suami."

Pengalaman itulah, aku Ny.

diangkat menjadi Wali Kota Padang yang definitif. Bahkan, jabatan itu dipercayakan kepadanya selama sepuluh tahun atau dua periode.

Sebagai istri pejabat kepala daerah, Ny. Zuraida harus membagi waktu antara mengurus keluarga terutama anak-anak dan peran sebagai ketua berbagai organisasi penunjang tugas suami. "Tapi Bapak selalu mengingatkan, pendidikan anak-anak harus yang diutamakan," katanya. Maklum, waktu suaminya pertama kali menjadi Wali Kota Padang, anak yang tertua baru berusia delapan tahun, dan yang bungsu empat tahun. "Bapak sendiri orangnya juga penuh perhatian,

namun sangat berwibawa di depan Zuraida, yang kemudian membuatnya anak-anak. Biasanya, waktu itu, kami toleran kepada ibu-ibu muda anggota selalu memanfaatkan hari libur untuk Dharma Wanita Kantor Gubernur berkumpul bersama," kisahnya. Sumbar. "Kalau ada istri pejabat yang Sepanjang usia perkawinan mepunya anak kecil, saya sarankan agar reka yang telah 35 tahun (1995), Ny. mencurahkan waktu untuk anak dan Zuraida harus mempunyai peran keluarga, tak usah terlalu sibuk dengan ganda yang tentu sangat berat. Sejauh organisasi," katanya.

ini, tidak ada keluarga yang punya Tahun 1969 keluarga Hasan Basri pengalaman seperti keluarga Hasan Durin pindah ke Padang. "Bapak ber- Basri Durin. Hampir empat belas tatugas di Kantor Gubernur. Kami hidup hun menjadi wali kota, dan sepuluh sederhana. Tekad kami waktu itu, tak tahun menjadi gubernur. usah mengejar pangkat atau kekayaan, Selama itu, Ny. Zuraida di yang penting pendidikan anak-anak

samping berperan sebagai ibu, juga berjalan baik. Tidak ada pikiran Bapak harus mencurahkan tenaga dan memuntuk mencari jabatan yang lebih berikan waktu untuk mengurus bertinggi, yang penting bekerja dengan bagai organisasi penunjang tugas baik. Saya juga siap-siap untuk ikut suami. Di antara jabatan yang pernah menunjang ekonomi keluarga. Saya dipangkunya, Ketua Pertiwi Kodia sudah berencana untuk bekerja. Jambi (dua tahun), Ketua Dharma Kebetulan saya bisa dan hobi menja- Wanita dan Ketua Tim Penggerak PKK hit. Juga sudah ada pikiran untuk Kodia Padang (12 tahun), Ketua PKBI menyambung kuliah lagi di IKIP, nanti Kodia Padang (1975-1983), dan Wakil kan bisa juga jadi guru. Waktu itu sa- Ketua PKBI Sumatra Barat ya pikir, kalau ada apa-apa, mungkin (1983-1988). saya bisa menggunakan kepandaian Kemudian seiring dengan keperitu untuk menunjang ekonomi ke- cayaan yang diemban suaminya, tugas luarga," ceritanya.

Ny. Zuraida di organisasi juga makin Namun ternyata kemudian karier luas dan makin berat tanggung jawabHasan Basri Durin berjalan cepat dan nya. Selain menjabat sebagai Ketua terus menanjak. Tahun 1971, ia di- Bundo kanduang Sumatra Barat (1984 angkat menjadi Pejabat Wali Kota hingga sekarang), ia juga menjabat Padang. Satu setengah tahun kemu- Ketua Dharma Wanita dan Ketua Tim dian, Hasan Basri Durin terpilih dan Penggerak PKK Sumbar, Ketua Dewan


Page 4

DIONI ANSYAH P. ANWAR Ketua Tim Penerbit

Kalau

alau ada anak muda yang penyabar dan pantang menyerah dalam

kondisi apapun. Salah seorang di antaranya. mungkin,. Dioni Ansyah Putra Anwar yang sehari-hari di Lapangan dikenal dengan nama Dioni Anwar.

Putra asal Lubuk Basung kelahiran Jakarta, 12 Juli 1959 itu. Meski sering digarajaikan teman. Namun tekadnya tetap bulat, pantang mundur. Ia adalah salah satu di antara sejumlah perantau Minang yang bertekad menjadi pengusaha mandiri. Padahal selama tujuh tahun ia sudah menjadi pegawai negeri di Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian.

Untuk kepentingan pribadi dan keluarga, mungkin hidup saya sudah bisa terjamin sebagai pegawai negeri. Tetapi saya menyadari dengan kemampuan yang ada, mungkin saya masih bisa memberikan kesempatan kerja kepada orang lain, katanya memberi alasan mengapa dia memilih berhenti sebagai pegawai.

Sebagai pengusaha muda yang bergerak di bidang promosi, percetakan dan penerbitan ia memang sudah jatuh bangun, karena itu ia dijuluki pengusaha muda yang tahan banting. "Saya mungkin sering salah perhitungan, namun semua ini akan menjadi pengalaman berharga buat saya," kata Dioni yang menjadi Ketua Tim Penerbit Buku Profil Tokoh, Aktivis, & Pemuka Masyarakat Minang ini.

Sebagai anak pertama dari 9 bersaudara, Dioni dituntut oleh rasa tanggung jawab yang besar untuk ikut membantu adik - adiknya, juga memikirkan keluarga sekaligus nasib karyawannya. Saya berbuat bukan hanya untuk kepentingan diri dan keluarga pribadi, katanya.

Dia memang pekerja yang giat. Kenapa tidak? Dengan berbagai cobaan dan rintangan yang dihadapi dalam menjalankan perusahaannya, dia kelihatan tidak pernah jera untuk bangun dan bangun. Belajar dari kesalahan masa lalu, barangkali itulah yang pantas dan telah dilakukannya. "Perjalanan hidup saya masih panjang untuk orang lain" optimis dia berujar.

Ayahnya, Anwar Salim sutan Sinaro adalah veteran Pejuang Kemerdekaan RI di Kesatuan Siliwangi dengan pangkat terakhir Kapten. Ibunya Suwarni Rasyidin, putri seorang Perintis Kemerdekaan RI.

Ayah selalu mendidik kami agar setelah besar bisa hidup mandiri dan tidak menyusahkan orang. Dalam hidup tidak usah mencari kaya, tetapi carilah kebahagiaan untuk diri kita dan diri orang lain. "Itulah falsafah ayah yang sangat saya pegang dan kemudian melecut saya untuk bisa mandiri," ujarnya dengan nada datar.

Karena keinginannya yang keras untuk membagi-bagi kebahagiaan dengan orang lain, makanya Dioni menjatuhkan pilihan berhenti di pegawai negeri untuk kemudian mendirikan perusahaan bersama teman-temannya.

Setelah keluar dari Departemen Pertanian tahun 1991, ia kemudian mendirikan sejumlah perusahaan. Antara lain : L'Linka Enterprise, Sombrero Promo dan Permo Promotion. Usaha ini berhasil dijalankan dengan baik dan memberikan pekerjaan kepada lebih kurang 50 generasi muda, itu pun dalam Rekruitmen karyawan, Dioni tidak pernah membeda-bedakan orang berpengalaman atau tidak. Malah ia lebih mengutamakan yang belum berpengalaman untuk kemudian dididik agar menjadi seorang profesioal. Salah satu pekerjaan yang pernah dilakukannya adalah menerbitkan buku 'Development of Indonesia' dalam rangka KTT Non Blok ke 10 yang lalu.

. Kalau saya selalu memperioritaskan orang yang sudah berpengalaman sebagaimana layaknya perusahaan-perusahaan lain. Kapan lagi mereka yang


Page 5

ila wartawan sekarang banyak yang lahir dengan latar belakang pendidikan

tinggi dan malah ada yang menyelesaikan spesialisasi jurnalistik, maka Syafruddin Al adalah wartawan yang datang dengan bakat alam alias otodidak.

Bergabung dengan Harian Umum Singgalang, Padang, akhir tahun 1980, ia tidak langsung menjadi wartawan. Karirnya berawal dari seorang korektor lalu kemudian menjadi lay-outman. Sebelum meloncat ke jajaran Redaksi awal 1983, Syafruddin Al yang bukan (A)ngkatan (L)aut ini, pernah juga bekerja sebagai boy office, tukang lipat koran dan di bagian monting. Kalaulah tidak dilecut oleh keadaan di lingkungan tempat dia bekerja, hingga sekarang ia mungkin masih akan bertahan di bagian pra-cetak surat kabar Harian Singgalang. Tetapi, karena kemauan kerasnya untuk terus belajar, membuat Syaf, panggilan akrab Syafruddin Al; bisa 'naik tingkat menjadi wartawan. Ia benar-benar memanfaatkan alam takambang jadi guru.

Awal kisah putra 'pedalaman' Sungai Geringging, Pariaman, kelahiran 7 Juli 1963 itu menjadi wartawan, adalah karena banyak redaktur yang sering melanggar deadline penurunan naskah. Ia mencoba me-rewreting naskah sendiri, menurunkannya sendiri, me ngoreksinya sendiri dan plus me-lay-out halamannya sendiri. Malah, waktu itu, di pagi-pagi subuh, dia juga ikut melipat koran bersama rekan-rekannya.

Keberaniannya bertindak sebagai redaktur 'pengganti' itu, ternyata tidak luput dari perhatian atasan. Awal 1983, oleh Wakil Pemimpin Redaksi yang waktu itu dipegang Muchlis Sulin Dt. Marajo Basa (sudah almarhum), Syaf kemudian benar-benar dimagangkan sebagai redaktur membina rubrik “Padang Kota Tercinta". Lagi-lagi dia harus bekerja rangkap; ya sebagai redaktur, ya sebagai lay-outman dan kadang, juga turun ke lapangan sebagai reporter. Merasa bekalnya kurang cukup sebagai seorang wartawan karena waktu masuk Singgalang, hanya dibekali ijazah SMP, ia kemudian mengambil sekolah malam di SMA Karya Nasional. Tahun 1985, dua ijazah SMA justru diraihnya sekaligus; SMA Karnas dan ujian Persamaan di Kanwil Depdikbud Sumbar. Meski sudah mampu menapak jenjang redaksi, sepupunya Darlis Syofyan S.H yang kini menjadi Wakil Pemimpin Redaksi Harian Singgalang, terus memotivasinya untuk bekerja keras di samping belajar. "Kalau pun tidak bisa jadi sarjana, kamu harus bisa memiliki kartu mahasiswa dan harus pula menjadi wartawan yang profesional," ujar Syafruddin Al menirukan pesan saudaranya itu.

Tahun 1986, ketika dia sudah makin matang sebagai wartawan, Syaf menyambung kuliahnya ke perguruan tinggi swasta di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STI-Sospol) Imam Bonjol Padang. Tetapi, memang seperti pesan Darlis, ia cuma berhasil sampai 5 semester, lalu menjadi drop-out.

Putra ke-2 dari 4 bersaudara ini, dulunya tidak bercita-cita menjadi seorang wartawan. Setamat SMP di Sungai Geringging tahun 1979, Syaf yang juga akrab dipanggil Ujang ini justru ingin melanjutkan sekolah ke SPG (Sekolah Pendidikan Guru) untuk kemudian bisa menjadi guru. "Saya memang kepingin jadi guru, karena ayah saya Aminuddin pernah gagal menjadi seorang pendidik meski semua persyaratan sudah dipenuhi," ujarnya. Akan tetapi, keinginannya untuk melanjutkan cita-cita sang ayah pun gagal gara-gara tidak mau praktek menari pada waktu menjalankan testing akhir di

SPG Lubuk Alung. Kegagalan ini menyebabkan dia sempat menjadi penganggur. Baru tahun 1980, Syaf diajak bergabung dengan Harian Singgalang sebagai karyawan pra-cetak.

Karir jurnalistiknya di harian ini berjalan baik meski sebagian besar waktunya adalah sebagai redaktur ketimbang menjadi wartawan di lapangan.


Page 6

MAR KARLINA ACHIRUDDIN KUMHAL DJAMIL LATIEF AWALUDDIN LOEKMAN GIN DO LOKMAN ALI LUKMAN HARUN LOKMAN R. BOER MAIZUL ANWAR MANSYUR MALIK MANSYUR SUTAN ASSIN MAR WAN PARIS MASNIDJAR ENDE MASRI RUSTAM MASRI SARIDAM MASRUL MARSUAN MATHIAS AROEF MATSUDDIN ANANG MA WARDI YUNUS MISBAH DJALINS MOHAMMAD GEMPITA MOCHTAR NAM MOTINGGO BUSYE MUCHLIS IBRAHIM MUCHLIS MIIN MUCH LIS MUCHTAR MUHAMMAD ANSYAR MIRFAN RIVAL MUHAMMAD IS MUHAMMAD RANI ISMAIL MUHAMMAD RUSYAD NURDIN MU HAMMAD THAMRIN MUHAMMAD YUSUF DAUD MURADI JUTI MUR NI JAMAL MURSAL ESTEN MUZANI SYUKUR NASROEL CHAS NAS RUL NAWAWI NASRUN SYAHRUN NAZ WAR RISMADI NIBRAS O.R. SALIM NIZAMI SYARIF NOER B. PAMUNCAK NOVYAN KAMAN NUR MAWAN NURSYAH KARTAKUSUMA NUSKAN SYARIF NUSYIRWAN ZEN RAIS ABIN RAINAL RAIS RAUDHA THAIB RAZAK MANAN REFF RIZON RIDWAN GANI ROESDI ROESLI ROSIHAN ANWAR RUSLI DAHLAN RUSTIAN KAMALUDDIN S.M TAUFIQ THAIB SAA FROEDDIN BAHAR SABRI ZAKARIA SAIDANI SAIFUL SULON SJA FAROEDDIN SABAR SJAHRIR MOLOK SYAHRUL UDJUD SJAMSIR JASIN SJAMSIR KADIR SJARIFUDDIN BAHARSJAH SJOFYAN ASNA WI SOFYAN PONDA SUARDIN NURDIN SUHARMAN SUHATMAN IMAM SYAHRIR PAMUNCAK SYAIFUL MUKHTAR SYAMSUL ARIFIN AHMAD TAKRIR AKIP TARMIZI TAHER TAUFIK ABDULLAH TAUFIK MARTHA TIENEKE SARASWATI TOM IBNUR OMAR BAKRI OMAR YUNUS WISJNO MARSIS WISRAN HADI YAZIRWAN UYON YOENIL KAHAR YUSNA IDHAM YUSUA MUKHTAR ZAINAL ABIDIN ZAINUDDIN BURHAN ZAIRIN KASIM ZAKIAH DARADJAT ZAKIR ZON SAIDAN ZUIYEN RAIS ZULKARNAIN DJABAR ZURAIDA HASAN BASRI DURIN


Page 7

MAR KARLINA ACHIRUDDIN KUMHAL DJAMIL LATIEF AWALUDDIN LOEKMAN GIN DO LOKMAN ALI LUKMAN HARUN LOKMAN R. BOER MAIZUL ANWAR MANSYUR MALIK MANSYUR SUTAN ASSIN MAR WAN PARIS MASNIDJAR ENDE MASRI RUSTAM MASRI SARIDAM MASRUL MARSUAN MATHIAS AROEF MATSUDDIN ANANG MA WARDI YUNUS MISBAH DJALINS MOHAMMAD GEMPITA MOCHTAR NAM MOTINGGO BUSYE MUCHLIS IBRAHIM MUCHLIS MIIN MUCH LIS MUCHTAR MUHAMMAD ANSYAR MIRFAN RIVAL MUHAMMAD IS MUHAMMAD RANI ISMAIL MUHAMMAD RUSYAD NURDIN MU HAMMAD THAMRIN MUHAMMAD YUSUF DAUD MURADI JUTI MUR NI JAMAL MURSAL ESTEN MUZANI SYUKUR NASROEL CHAS NAS RUL NAWAWI NASRUN SYAHRUN NAZ WAR RISMADI NIBRAS O.R. SALIM NIZAMI SYARIF NOER B. PAMUNCAK NOVYAN KAMAN NUR MAWAN NURSYAH KARTAKUSUMA NUSKAN SYARIF NUSYIRWAN ZEN RAIS ABIN RAINAL RAIS RAUDHA THAIB RAZAK MANAN REFF RIZON RIDWAN GANI ROESDI ROESLI ROSIHAN ANWAR RUSLI DAHLAN RUSTIAN KAMALUDDIN S.M TAUFIQ THAIB SAA FROEDDIN BAHAR SABRI ZAKARIA SAIDANI SAIFUL SULON SJA FAROEDDIN SABAR SJAHRIR MOLOK SYAHRUL UDJUD SJAMSIR JASIN SJAMSIR KADIR SJARIFUDDIN BAHARSJAH SJOFYAN ASNA WI SOFYAN PONDA SUARDIN NURDIN SUHARMAN SUHATMAN IMAM SYAHRIR PAMUNCAK SYAIFUL MUKHTAR SYAMSUL ARIFIN AHMAD TAKRIR AKIP TARMIZI TAHER TAUFIK ABDULLAH TAUFIK MARTHA TIENEKE SARASWATI TOM IBNUR OMAR BAKRI OMAR YUNUS WISJNO MARSIS WISRAN HADI YAZIRWAN UYON YOENIL KAHAR YUSNA IDHAM YUSUA MUKHTAR ZAINAL ABIDIN ZAINUDDIN BURHAN ZAIRIN KASIM ZAKIAH DARADJAT ZAKIR ZON SAIDAN ZUIYEN RAIS ZULKARNAIN DJABAR ZURAIDA HASAN BASRI DURIN


Page 8

TUKUR-AKTIVIS & PEMUKA AGUS

LATIEF A. R. SOEHOED ACHIRUDDIN LATIEF ADEK JOLI

ADIMIR ADIN ADJI LOEKMAN HAKIM ADJIS MIIN AD HASNAN HABIB AGUSTIAR. AHMAD NAZRI ADLANI ALI AKB NAVIS ALIMIN SINAPA AMINOZAL AMIN AMIR SYARIFUDI A MRIN

KAHI ANI (DR

US WAR IL

MAR ANWAR

BEY A RIEF

AMIC ARMEDI AS AULI

NA BON MA

JID RI RASAD

ASR SOEIN

ASR DJON

ASR SANI

ATW MAALEH AWALO EDIN DJAMIN AZAD AZIS AZHAR DJALOEIS A HAILY AZRUL AZWAR AZWAR ANAS AZWIR DAINY TARA BACHT ILYAS BAHRI YAMSIK BASRIL DJABAR BASRIZAL KOTO BESRI BASARI BUSTANIL ARIFIN BUSTHANUL ARIFIN CHATE BAHAUDDIN CHAIRUL BASRI D.P. DI LABUAN DALIL HAS DALINDRA AMAN DARLINA JOLIUS DARMA YOMAN DARMANSY DARMANSYAH DARNIS HABIB DARUSSAMIN DARRY SALIM DA YAKOB DASRUL LAMSUDDIN DEDDY LUTHAN DEWI FORTU ANWAR DJAMILOS DJAIN DJANIUS DJAMIN DJOEFRI HASAN BA DJUSRIL DJUSAN EDISWAL EDDY FAISAL EDY UTAMA EC WANIZA EMIL SALIM E. H. NIZAR DI KAYO FACHRI AHMAD FAC ZAINUDDIN FAHMI RASYAD FASLI JALAL FARDIMET ABADI FI HAMZENS GAMAWAN FAUZI GUSMAN GAUS GUSMIATI SUID GU ARSAL GUSTIAR AGUS HARSJA W. BACHTIAR HARUN Z HASAN BASRI DORIN HASRIL HARUN HASYIM NING HUSEIN A MAD IKASUMA HAMID ILCHAIDI ELIAS IRMAN GUSMAN IS ANU


Page 9

Dilihat dari sudut kebudayaan, Minangkabau meliputi propinsi Sumatera Barat dan sebagian kawasan disekitarnya. Akan tetapi dewasa ini Minang atau Minangkabau di anggap identik dengan Propinsi Sumatera Barat. Dalam pengertian inilah buku ini memperoleh nama PROFIL TOKOH, AKTIVIS DAN PEMUKA MASYARAKAT MINANG.

Setiap orang pastilah akan menemui kesulitan untuk menentukan kriteria tentang orang Minang yang bagaimanakah yang harus dimasukkan kedalam buku seperti ini?. Kamipun menghadapi kesulitan yang sama ketika menentukan pilihan, tetapi kami menyadari bahwa dalam suatu masyarakat, keberagaman itu tidak dapat dihindari. Begitulah, dalam buku ini akan terdapat berbagai nama dengan berbagai latar belakang yang beraneka ragam, seperti politisi, budayawan, organisator, pedagang dan pengusaha, seniman dan lain sebagainya.

Penerbitan buku PROFIL TOKOH, AKTIVIS DAN PEMUKA MASYARAKAT MINANG ini dimaksudkan sebagai rasa gembira kami menyongsong 50 tahun Indonesia Merdeka. Kami berharap bahwa buku ini sudah terbit pada bulan Juli 1995. Akan tetapi, banyak kesulitan yang menghadang, sedangkan waktu mendesak terus. Akibatnya tidak dapat dihindari beberapa hal yang menyebabkan buku ini akan terasa kurang lengkap. Salah satu diantara kesulitan itu adalah sukarnya menghubungi beberapa tokoh tertentu karena kesibukan mereka. Adapula yang dapat dihubungi, tetapi berkeberatan dimasukkan ke dalam buku ini karena menganggap diri mereka bukan tokoh. Sikap rendah hati ini menyebabkan kami tidak dapat menampilkan beberapa tokoh yang mestinya lebih dari layak untuk ditempatkan di halaman buku ini.

Tidak sedikit pula yang meminta agar hasil penulisan wawancara yang mereka berikan agar dikirim kembali kepada yang bersangkutan untuk diperiksa. Kecuali memakan waktu, kadang-kadang naskah semacam itu mengalami perubahan yang jauh dari wawancara semula. Semua keadaan ini menyebabkan pekerjaan tidak dapat dipacu seperti yang direncanakan.

Masih cukup banyak tokoh yang kami rencanakan untuk ditampilkan didalam buku ini. Sebagian sudah kami wawancara, namun belum sempat dimuat. Kami mengharapkan bahwa dalam penerbitan berikutnya yang merupakan kekurangan itu dapat kami tutup dengan memasukkan tokohtokoh yang belum terlihat dalam edisi ini.

Ketika kami menyiapkan penerbitan buku ini, kami menerima berita duka bahwa pemilik nama yang akan kami masukkan itu telah mendahului kita, yaitu Suwardi Anwar Dt. Tumangguang dan Bustanul Arifin Adam. Melalui tulisan ini kami ingin menyatakan duka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga almarhum, semoga tetap tabah dan semoga arwah mereka ditempatkan oleh Allah di sisi Nya.

Akhirul Kalam, kami mohon maaf apabila dalam penulisan ini terdapat kesalahan yang kurang berkenan. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi generasi penerus perjuangan bangsa.

DIONI ANSYAH PUTRA ANWAR BAC Ketua


Page 10

Kami atas nama Pemerintah Daerah dan masyarakat Sumatera Barat menyambut baik penerbitan buku PROFIL TOKOH, AKTIVIS DAN PEMUKA MASYARAKAT MINANG, yang dilaksanakan bertepatan dengan Peringatan 50 Tahun Indonesia Merdeka. Karena itu pula, kami mengharapkan penerbitan dan peluncuran buku ini dapat menjadi bagian dari rangkaian Peringatan Ulang Tahun ke 50 Republik Indonesia yang kita cintai ini, khususnya yang diadakan di Sumatera Barat.

Sebagai buku sejenis pertama yang terbit memuat profil tokoh, aktivis dan pemuka masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat), momentum penerbitan ini kami nilai sangat tepat, sehingga akan menjadi sumbangan yang mempunyai nilai tersendiri dari tim penerbit.

Lebih penting lagi, sebagai buku yang memuat sejarah, perjalanan dan pengalaman hidup tokoh-tokoh asal Minang yang menonjol dan berhasil dibidangnya; pengusaha, pejabat negara, aparatur pemerintah, ilmuwan, pendidik, seniman, budayawan, wartawan, aktivis dan pimpinan organisasi dan lain sebagainya, kami menilai buku ini sangat penting dan berguna untuk dimiliki, dibaca, dan dipelajari oleh generasi sekarang maupun generasi penerus. Disamping itu buku ini tentu juga mempunyai nilai sebagai dokumentasi sejarah yang sangat berharga, karena dari membaca buku ini akan banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik dari pengalaman para tokoh dan aktivis yang profilnya dimuat dibuku ini.

Kami sangat menghargai prakarsa dan jerih payah seluruh tim penerbit dan para pendukung penerbitan ini. Sebagai buku sejenis yang pertama kali terbit, tentu masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahannya. Kami mengharapkan pula penerbitan ini bukan yang pertama dan terakhir, tetapi akan ada edisi berikutnya baik oleh Tim Penerbit yang sama ataupun oleh penerbit lainnya, sehingga berbagai kekurangan dan kelemahan yang ada dapat terus diperbaiki dan disempurnakan.

Sebagai seorang warga DKI Jaya asal Minangkabau (Sumatera Barat), saya menyambut hangat penerbitan buku PROFIL TOKOH, AKTIVIS DAN PEMUKA MASYARAKAT MINANG ini.

Penerbitan Buku seperti ini, sebuah bunga rampai yang menuliskan profil dan biografi orang-orang asal Minang yang menonjol di bidangnya, sebenarnya sudah lama diharapkan. Tujuannya tentu bukan untuk menonjol-nonjolkan diri, melainkan untuk mengabadikan berbagai karsa dan karya putra-putra Indonesia asal Minangkabau yang bergerak diberbagai lapangan kehidupan; pedagang, pengusaha, pejabat negara, militer, aparatur pemerintah, politikus, wartawan, sastrawan, seniman, atlet, ulama, ninik mamak dan sebagainya.

Pengalaman adalah guru terbaik, Bak kata pepatah Minang: Maambiak contoh ka nan sudah, maambiak tuah ka nan manang; maka rangkaian tulisan biografi atau profil tentang orang-orang yang sukses di bidangnya bisa dijadikan cermin untuk belajar atau memetik pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, kami menilai karya yang berupa buku ini mempunyai nilai yang tinggi dan bermanfaat untuk dibaca, disimak dan dipelajari oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Saya sangat menghargai karsa dan karya seluruh Tim Penerbit buku ini, yang saya tahu kebanyakan dari mereka adalah anak-anak muda Minang yang kreatif, inofatif, dan penuh semangat. Dengan menerbitkan buku ini, mereka telah ikut mengabadikan sebagian dari karya, usaha dan perjuangan sejumlah orang Minang yang menonjol di bidangnya, baik di tingkat nasional maupun daerah sendiri.

Semoga hasil karya ini berguna bagi bangsa dan negara, serta merupakan sumbangan yang berharga untuk kemajuaan masyarakat dan daerah Sumatera Barat yang kita cintai bersama.

PETUA MASYARAKAT MINANG DI JAKARTA


Page 11

Nama

: Drs. Abdul Latif Tempat/gl.lahir : Banda Aceh, 27 April 1940 Jabatan : Menteri Tenaga Kerja RI

(1993-1998) Pendidikan :

- Akademi Pimpinan Perusahaan (1963) - Fakultas Ekonomi Krisna Dwipayana (1965) Pekerjaan

- Pedagang telur dan bawang (1960) - Kepala Sales Promotion PT Sarinah

Department Store (1963-1971) - Dirut PT IPC Sarinah Jaya (1974-1993) - Direktur Sarinah Jaya Singapura PTE Ltd.

(1976) - Presiden Direktur Alatief Corporation

(sampai 1993) - Presiden Direktur PT NDC, Padang

(1991-1993)
- Menteri Tenaga Kerja (1993-1998)
Alamat Kantor : Departemen Tenaga Kerja RI

Jl. Gatot Subroto, Jakarta
Telp.(021) 5229285, 5256559

ada tahun 1989, kepada sebuah telur yang ia angkut dari Karawang

majalah ibu kota, Drs. Abdul ternyata busuk. Namun, otak dagangLatief sempat mengatakan bahwa ia nya tidak buntu. "Telur busuk itu saya akan mengundurkan diri dari kegiatan jual ke panitia perploncoan mahasisbisnis setelah berusia 52 tahun dan wa, buat melempari para plonco," menyerahkan pengelolaan usahanya kata Latief. kepada para profesional.

Di Akademi Pimpinan PerusahaApa yang dikatakan pengusaha an, Jakarta, Latief sempat duduk sebaMinang kelahiran Banda Aceh, 27 gai Ketua Senat. Bersama beberapa April 1940 ini akhirnya memang men- kawan, ia membuat diktat kuliah. jadi kenyataan. April 1993, Latief "Lalu saya jual kepada teman-teman "terpaksa" melepaskan semua jabat- yang tidak sempat mengikuti kuliah," an bisnisnya. Akan tetapi alasannya tuturnya. Hasilnya, organisasi mahamungkin yang tak terduga: ini karena siswa yang ia pimpin mendapat peia diangkat menjadi Menteri Tenaga masukan uang yang lumayan. Kerja Kabinet Pembangunan VI (1993- Kala muda, Latief ternyata tidak 1998).

hanya berdagang dan baca buku. Ia Ketika diangkat menjadi menteri, juga mengikuti kehidupan kaum mubintang Latief sebagai pengusaha pri- da. "Pada zamannya orang berdansa, bumi sedang bersinar. Berbagai peru- saya juga melakukannya," tuturnya. sahaannya yang bernaung di bawah Oleh karena itu, sebagai anggota Himbendera Alatief Corporation sedang punan Mahasiswa Islam (HMI) ia pada naik daun dengan aset menembus masa Orde Lama sempat mendapat angka Rp. 1 triliun. Saat itu, ia juga su- kritikan keras dari kelompok mahasisdah merintis serta memimpin sebu- wa yang tergabung dalam CGMI/PKI. ah perusahaan baru, PT Nagari Deve- Lulus Akademi (1963), Latief belopment Corporation (PT NDC). Hol- kerja pada Bagian Perencanaan Toserding Company ini ia dirikan bersama ba Sarinah. Sementara itu ia menerussejumlah pengusaha kaya asal Mi- kan kuliah di Universitas Krisna Dwinang, ditujukan untuk menggerakkan payana, Jakarta, sampai memperoleh ekonomi dan bisnis di Sumatra Barat, gelar sarjana ekonomi (1965). Pada kampung halamannya.

tahun 1966, selama lima bulan ia menDipilihnya Abdul Latief oleh Pre

dapat kesempatan latihan di Eibu siden Soeharto menjadi salah seorang Group of Department Store di Tokyo, pembantunya dalam menjalankan pe- Jepang. Di Negeri Sakura itu ia mem

. merintahan, cukup mengagetkan pelajari Management Department banyak orang. Namun kalau dirunut Store & Supermarket dan Hubungan karier dan perjalanan hidupnya sejak dan Pembinaan Industri Kecil dalam muda hingga menjadi aktivis mahasis- hal retail business. Lalu, dengan wa, mulai berdagang, mendirikan sponsor UNDP dan ILO, tahun 1970, Hipmi, membangun usaha hingga jadi Latief berkeliling ke Italia, Swiss, konglomerat, semua itu tidaklah Perancis, Belanda, Jerman Barat, mengherankan.

Austria, Amerika, India, dan MuangBakat dagang tokoh yang berasal thai, untuk studi lapangan tentang dari Pasar Gadang, Padang, ini sudah pengembangan industri kecil dan kelihatan sejak muda. Pada usia 20 teknik pemasaran barang-barang ketahun, Abdul Latief mulai berdagang rajinan. Setahun sesudah itu ia pergi telur dan bawang. Suatu kali ia kena kebeberapa Negara Eropa, Jepang, dan tipu oleh pemasoknya. Setengah truk Hongkong untuk studi pemasaran


Page 12

Nama

: Achiruddin Latief
Gelar adat : Datuak Simarajo
Tanggal lahir : 9 Desember 1930
Tempat lahir : Sungai Tarab, Batusangkar
Kampung asal : Sungai Tarab, Batusangkar Pekerjaan : Swasta Pendidikan

- HIS Zaman Belanda sampai kelas V
- Sekolah Nippon Indonesia Zaman Jepang
- SMP Negeri Batusangkar, Taman Dewasa
- SPMA, Bukittinggi
- SMA di Jakarta
- Lembaga Manajemen Universitas

Indonesia, Jakarta (kursus manajemen) Pendidikan/Pelatihan :

- Pelatihan Kemiliteran Zaman Jepang
- Pelatihan Seineden (Pemuda) zaman Jepang
- Pelatihan Kemiliteran pada awal

kemerdekaan ketika duduk di SMP
- Kepanduan Bangsa Indonesia
- Pendiri dan pengurus Yayasan Amalan yang
menyelenggarakan Pendidikan Anak-anak
di Sumatra Barat
- Pengurus Organisasi ex-Tentara Pelajar

Sumatra Tengah di Jakarta
- Aktif dalam organisasi Veteran Pejuang

Republik Indonesia lainnya
Alamat : Jl. Tanah Abang IV/26, Jakarta
Telepon : 384-4128

chiruddin Latief adalah anak penghargaan veteran pejuang keKepala Nagari (Nagarihoofd)

merdekaan. Sungai Tarab, Batusangkar. Latief, Dewasa ini Achiruddin Latief aktif sang ayah, adalah orang pergerakan dalam kegiatan pendidikan melalui pada zaman kolonial Belanda dan Yayasan Amalan yang didirikannya bergerak di bawah tanah. Dia mempu

bersama kawan dekatnya. Kini yayanyai kebun kopi di lereng Gunung san tersebut sudah mempunyai beMerapi. Di sinilah anggota organisasi

berapa sekolah untuk anak-anak pergerakan yang dikejar-kejar Belan- terutama di kota-kota kabupaten di da disembunyikannya. Akan tetapi, Sumatra Barat. Belanda mencium aktivitas Latief dan Dalam pertemuan dengan Gusegera menangkapnya. Kepala nagari bernur Azwar Anas tahun 1987 diitu dibuang ke Sunda Kecil yang kini sepakati bahwa Yayasan Amalan akan bernama Nusa Tenggara.

menerapkan sistem belajar dan meKetika masa pembuangannya ngajar seperti yang dilakukan oleh Al habis, Latief kembali ke Sungai Tarab.

Azhar di Jakarta, khusus mengenai Atas desakan rakyat, ia diangkat lagi pendidikan di Taman Kanak-Kanak. menjadi kepala nagari. Berkat kepe- Sampai saat ini kerja sama dengan Al mimpinannya, Pemerintah Belanda Azhar tetap berjalan dengan baik. menghadiahinya bintang penghar- Nama Yayasan Amalan sebegaan yang diberikan Gubernur Jen- narnya adalah singkatan nama para deral Belanda di Batavia. Sungguhpun pendirinya yaitu Anas Manaf, demikian, Latief tidak merasa ter- Achiruddin Latief, dan Ali Noerloedin. angkat dengan penghargaan tersebut. Sampai saat ini yayasan tersebut terus la tetap saja seorang anggota perge

berkembang dan menjalankan misirakan sampai akhir hayatnya.

nya dengan baik. Keteladanan sang ayah menjadi Sebagai veteran pejuang kemeracuan morel bagi Achiruddin kemu- dekaan, Achiruddin Latief selalu dian hari. Bersama kakaknya, Awa- mengambil bagian dalam kegiatan luddin Latief, ia terlibat dalam perju- organisasi pejuang. Obsesinya yang angan kemerdekaan dari tahun 1945 paling besar ialah bagaimana memsampai tahun 1950. Sang kakak, Awa- beri penghargaan yang pantas terhaluddin, bahkan diangkat menjadi kap- dap tokoh-tokoh pejuang di daerah ten karena perjuangannya yang luar yang berkaliber nasional. Salah sebiasa, padahal sebelumnya ia bukan- orangnya adalah almarhum Chatib lah anggota tentara. Awaluddin men- Sulaiman, seorang tokoh pejuang dapat penghargaan mulai dari Presi- sejak zaman pergerakan kebangsaan den Soekarno sampai Presiden Soe- yang gugur dalam Peristiwa Situjuh harto, dari Menteri Pertahanan Djoe- pada bulan Januari 1949. anda sampai ke Pangab Try Sutrisno. Chatib Sulaiman adalah salah se

Adapun Achiruddin Latief sendiri orang pelopor pembaharuan pendisudah aktif sejak proklamasi kemerde- dikan pesantren di Padangpanjang, kaan dikumandangkan. la menjadi di mana sebagai guru antara lain memanggota Tentara Pelajar Sumatra Te- perkenalkan musik suling. Selain itu ngah dan ketika Aksi Militer Il dilan- ia adalah salah seorang tokoh PNI carkan Belanda, Achiruddin ikut da- Pendidikan yang didirikan oleh Hatta lam barisan gerilya. Setelah perang dan Sutan Syahrir. Pada zaman Jepang selesai ia terdaftar sebagai anggota ia ditangkap dan ditahan Jepang di demobilisan pelajar dan mendapat Kutacane, Aceh karena dituduh me


Page 13

alam banyak hal, ia mengaku Selatan, 23 September 1933. Setelah

sering mengalami kegagalan. menamatkan SR (sekarang SD) di Sebaliknya, dalam berbagai kesem- Solok, anak ketiga dari sembilan berpatan, dia justru bernasib mujur. Ada saudara pasangan seorang wedana, beberapa contoh, waktu ujian akhir H. Moch. Adin gelar Sutan Bagindo SMP di Bukittinggi dia sama sekali ti- dengan H. Marliah itu, tidak lagi dibedak lulus, tetapi bisa tamat di Padang. sarkan di tengah-tengah keluarganya. Ketika tes bahasa Inggris di Jakarta Dalam situasi negara yang kritis

untuk mengikuti program belajar ke setelah kemerdekaan diproklamasiBIODATA

Amerika tahun 1957 bagi pelajar de- kan, Adimir harus mengikuti penNama

: H. Adimir Adin, M.A. mobilisan (bekas Tentara Pelajar), ia didikan SMP-nya di banyak tempat, Panggilan akrab: Adimir

juga tidak lulus. Namun beruntung seperti di Pariaman, Painan, BukitGelar keluarga : Sutan Rajo Nan Kuniang

bisa mengikuti program ini karena tinggi, dan Padang. Selain harus meTempat/tgl.lahir : Muaro Labuh, Solok,

dua teman dan bekas gurunya di SMA 23 September 1933

nuntut ilmu, Adimir pun mesti ikut Negeri asal

: Kumango, Batusangkar yang dinyatakan lulus, ternyata ter- berjuang membela tanah airnya dari Suku : Piliang Sani

sekat di Padang karena peristiwa PRRI intimidasi pihak kolonial pada waktu Pekerjaan Sekarang :

sedang berkecamuk. Kesempatan Clash II. Akibatnya, meski telah tamat Anggota DPR-RI (FKP) asal Pemilihan

belajar ke Amerika ini pulalah yang Daerah Sunratra Barat

SR tahun 1945, SMP-nya justru baru Pendidikan

mengantarkannya untuk meraih gelar diselesaikan tahun 1951. Yang rada- SR, Solok, 1945

kesarjanaan Master of Arts in Eco- rada aman dan tepat waktu penye- SMP, Padang, 1951

nomics (MA) di University of Denver, lesaian pendidikannya adalah ketika - SMA, Padang, 1954

Colorado, meski sebelumnya dia be- FE - UI sampai tingkat doktoral, 1957

menempuh pendidikan SMA (B) di - MA, University of Denver, AS, 1959

lum pernah memiliki ijazah si. Padang. Sehabis sekolah SMA di Kursus

Kuliahnya di Fakultas Ekonomi Uni- Padang ini, Adimir meninggalkan - Top Management Training, Depperdam, versitas Indonesia, Jakarta, hanya kampung halamannya untuk melan

1969 - KRA IV, Lemhanas, Jakarta, 1970 sampai tingkat doktoral saja.

jutkan kuliah yang lebih tinggi di Fa- Suspi Migas, Angkatan 1, 1973

Kegagalan dan keberuntungan kultas Ekonomi Universitas Indone- SEP London Business School, 1988 yang ia alami sepanjang hidupnya ti- sia, di Jakarta. Karier

dak hanya sebatas itu. Waktu menjadi Meski dia anak seorang wedana, (1961-1964) Kabirol/Sesmenko Pembangunan,

Tentara Pelajar (TP) di Sumatra Barat kehidupan masa kecil Adimir ternyata
Kepala Kantor Cabang MPRS
Jakarta dan Kabiro Khusus

dan sering bergaul dengan tentara, ia tidak begitu menggembirakan. IdeaDepperdatam

bercita-cita kelak menjadi seorang jen- lismenya terhadap negara membuat (1966-1970)Kabag Umum Ditjen Migas deral namun apa daya, postur tubuh- Adimir harus ikut berjuang dalam Bamerangkap Ass. Sekjen Dep.

nya yang pendek menggagalkan hasrat risan Tentara Pelajar (TP) di Sumatra Pertambangan (1974-1978)Kabag Penyusunan Program

itu. Ia harus puas hanya sebagai Ko- Barat. dan Pelaporan Ditjen Migas

mandan Pleton V Tentara Pelajar un- Hidup bersama kedua orang(1975-1992)Anggota Delegasi Perminyakan tuk Painan dan Kerinci.

tuanya hanya dinikmati Adimir ketika Indonesia untuk sidang-sidang

Itulah sekelumit kisah yang dialami sekolah rakyat di Solok. Menjadi peOPEC, Sidang Kerja sama

oleh H.Adimir Adin, M.A. dengan geEkonomi Internasional dan KTT

lajar di Solok ternyata membuahkan Non Blok di Cuba dan India. lar keluarga Sutan Rajo Nan Kuniang kenangan manis buat Adimir. Di seKemudian Wakil Tetap RI dalam ini. Karena mulai besar pada masa kolahnya, ia termasuk salah seorang ECB OPEC di Wina, Austria perang merebut kemerdekaan dan re

anggota orkes gambus karena diam (1978-1989)Sesditjen Migas dan Staf Ahli Menteri Pertambangan dan Energi maja pada saat-saat mempertahankan mang suka bernyanyi.

kedaulatan negara, membuat Adimir Kemampuan dalam olah suara ini dan keluarga harus berpindah-pindah pulalah yang sering dimanfaatkannya tempat di Sumatra Barat. Ia sebenarnya mencari tambahan uang jajan. Ketika berasal dari Kumango, Batusangkar, ayahnya menjadi demang muda tetapi lahir di Muaro Labuh, Solok (sekarang camat) di Singkarak, Adimir


Page 14

menyelesaikan pendidikan teori se- baru datang dari Padang dan bertemu sehingga membuatnya jadi matang. lama satu setengah tahun lagi di FE-UI kakaknya yang menginap di hotel itu. Kematangan bekerja, tidak hanya supaya bisa meraih gelar sarjana. Adimir sendiri juga bertamu kepada didapat Adimir ketika sudah menjadi Karena itu, Adimir menemui profesor kakak sang gadis. Merasa sama-sama pegawai negeri. Ia sejak di TP dahulu pembimbing di Universitas Denver, tertarik, keduanya sepakat untuk me- memang sudah terlatih untuk mengColorado. la memohon untuk tidak nikah. Hingga kini sudah dikaruniai hadapi tugas-tugas berat yang penuh segera dipulangkan ke Indonesia lima orang anak. Empat orang di an- tantangan, ditambah pergaulannya dengan alasan di Sumatra Barat sedang taranya sudah menyelesaikan pen- yang cukup luwes dengan berbagai terjadi pergolakan PRRI. Karenanya, didikan dan malah sudah bekerja. kalangan dalam banyak organisasi. ia minta bisa menyelesaikan program Mengisahkan soal perjalanan karier- Karena itu, organisasi dilihat oleh kesarjanaan.

nya di pemerintahan sampai akhirnya Adimir sebagai penempaan diri seAkhirnya, permohonan Adimir dipercaya menjadi wakil rakyat di seorang. Kalau sejak dahulu hingga dikabulkan. Malah, setelah menyele- DPR dari organisasi politik Golongan dia pensiun dari Departemen Pertamsaikan program ini dengan gelar M.A Karya asal daerah pemilihan Sumatra bangan dan Energi tahun 1992, Adimir (Master of Arts in Economics), ia di- Barat, Adimir adalah penerima sejum- selalu berkecimpung dalam sejumlah tawari lagi oleh pembimbing untuk lah tanda jasa dari pemerintah : organisasi, baik organisasi pelajar, peprogram doktor. Giliran Adimir yang Satyalencana Perang Kemerdekaan I muda, ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi) menolak. "Saya kan dikirim oleh pe- dan Il dari Menteri Pertahanan, Bin- dan lain sebagainya, adalah untuk merintah, jadi rasa idealisme saya ke- tang Gerilya dari Presiden, Satyalen- lebih mematangkan diri. pada bangsa mengharuskan saya pu- cana Penegak dari Menhan, Veteran Adimir sendiri mulanya tak lang untuk segera mengabdi," kata- Pejuang Kemerdekaan RI, Satyalenca- menyangka kalau setelah pensiun, ia nya.

na Karya Satya Kelas II dari Presiden masih diberi tugas di lembaga legisSetelah melapor ke Departemen dan Satyalencana Dwidya Sistha dari latif. Pada Pemilu 1992 lalu, dari orVeteran yang sudah mengambil alih Panglima ABRI.

ganisasi politik Golkar, ia terpilih meurusan mahasiswa demobilisan (bekas Hampir seluruh jabatan dilaluinya wakili rakyat Sumatra Barat di DPR-RI. TP), Adimir diserahkan ke Menko di Departemen Pertambangan & Mengabdi di DPR bagi Adimir tentu Pembangunan yang waktu itu dijabat Energi, namun lika-liku kariernya se- bukan sesuatu pekerjaan asing. Selain oleh Chairul Saleh. Oleh Menko ia di- jalan dengan perubahan-perubahan

jalan dengan perubahan-perubahan pernah menjadi Kepala Kantor Cabang salurkan ke Departemen Perindustrian lembaga ini sejak dikenal sebagai MPRS di Jakarta, toh, di manapun peDasar dan Pertambangan. Di sinilah Departemen Perindustrian Dasar dan kerjaan dilakukan tujuannya adalah ia mulai meniti karier. Dan dalam Pertambangan. Adimir menyebut, untuk kepentingan rakyat juga. Dan tempo satu setengah tahun, berkat jabatan yang pernah ia pegang adalah di DPR, pada mulanya Adimir duduk pergaulannya dengan orang-orang berkat kepercayaan teman dan di Komisi APBN dan sejak 1994 akhir kepercayaan di departemen, Adimir atasannya.

pindah ke Komisi Vi membidangi bisa menduduki jabatan seorang ke- Ketika Sesmenko pindah jabatan, perindustrian, tenaga kerja, dan pala Birol merangkap Sekretaris Adimir diminta menggantikannya. pertambangan & energi. Menko Pembangunan. "Sama sekali Tidak hanya sampai di situ, ketika Meski tinggal di Jakarta, perhatian bukan karena saya dekat dengan Pak sekretaris pribadi Chairul Saleh mau Adimir terhadap kampung halaman Chairul, melainkan sering semobil melangsungkan pernikahan, ia juga juga tidak pernah ketinggalan untuk

, dengan sekretarisnya dari Pejom- diusulkan menggantikan kedudukan memberikan sumbang saran dan pepongan ke kantor menko. Karena sang itu. "Kedua-duanya ternyata diterima mikiran bagi kemajuan Ranah Misekretaris mau pindah jabatan, saya oleh Pak Chairul. Dan sejak itu, sebe- nang. Di matanya kini, peran elite diusulkan sebagai pengganti beliau lum ke kantor, saya harus mendam- Minang di tingkat nasional memang dan ternyata diterima," ujar Adimir pingi Pak Menteri di rumahnya," ujar perlu lebih digenjot dan itu harus dimenolak anggapan bahwa dia orang Adimir.

mulai dari bawah. "Sebelum awak dekat Chairul Saleh.

Semua tugas kepercayaan yang taicia dari daerah lain, maka pembiPada awal karier kepegawaiannya diembankan kepadanya, dapat dise- naan sumber daya manusia Minang ini pulalah Adimir menemukan gadis lesaikan dengan baik. Itulah sebabnya yang dari dulu sangat menonjol, perlu pilihannya secara kebetulan, yaitu Adimir sering memperoleh jabatan- lebih digetarkan dan digerakkan," Yus'ah Basri. Adimir bertemu di se- jabatan lain di departemen, malah

ujarnya.*** buah hotel ketika saat itu sang nona ada yang harus dirangkap-rangkap,


Page 15

orang kawan sekelas saya ialah mantan Bupati Padang Pariaman, Kolonel Anas Malik (almarhum).

"Setelah Marah Adin pindah ke propinsi dan berkantor di Bukittinggi, saya pun ikut pindah. Saya merasa mendapat peluang untuk menggapai cita-cita saya. Saya masuk ke SMA Gajah Tongga yang belajarnya sore hari. Setelah Gajah Tongga dinegerikan, sekolahnya pagi hari. Karena saya harus bekerja pagi, saya terpaksa mundur dari sekolah itu, tetapi cita-cita saya tidak pernah padam."

Adjis mencoba mencari peluang lain.la memohon kepada Marah Adin agar membenarkannya pindah ke Departemen Pertanian di Jakarta, tetapi tidak diizinkan. Pada kesempatan lain Adjis mencoba meyakinkan Marah Adin. "Bapak," katanya memohon, "jika saya terus menjadi pegawai negeri dengan ijazah SMP, niscayalah sampai pensiun hanya paling tinggi menjadi komis. Padahal sebagai anak didik Bapak, saya juga ingin mempunyai kedudukan tinggi seperti Bapak". Waktu itu Marah Adin adalah Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah.

Setelah Belanda menyerbu dalam Agresi Militer Kedua, Adjis ikut ke pedalaman dengan Marah Adin. Menurut kesan Adjis, Marah Adin ialah seorang yang mempunyai naluri yang sangat tajam dan tepat perhitungannya. Ketika sebuah pesawat Belanda berhasil ditembak pejuang kita di daerah Pasaman, Marah Adin meramalkan bahwa Belanda pasti mengamuk dan akan menghujani daerah ini. Benar saja, besoknya Belanda menyerang Pasaman dengan pesawat udaranya.

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, Adjis berkobar lagi semangatnya untuk meneruskan sekolahnya. Kali ini ia menemukan kiat baru untuk melunakkan Marah Adin. Melalui Aminoeddin, wakil Marah Adin, Adjis mengemukakan keinginannya untuk pindah ke Jakarta.

Usahanya kali ini berhasil.

Di Jakarta Adjis ditempatkan di Bagian Urusan Pegawai Pusat Jawatan Pertanian. Sambil bekerja, ia berhasil menamatkan SMA. Ini terjadi pada tahun 1954. Begitu mengantongi ijazah SMA, Adjis hengkang dari kedudukannya sebagai pegawai negeri.

"Saya ingin mencari uang," katanya terus-terang. "Saya tidak melihat kemungkinan mendapatkan uang jika terus menjadi pegawai negeri. Setidak-tidaknya begitulah pendapat saya pada waktu itu."

Adjis melanjutkan pendidikannya ke Akademi Perniagaan Indonesia, melanjutkan ke Ekstension Fakultas Ekonomi Universita; Krisna Dwipayana, di mana ia menyelesaikan kuliahnya dengan baik tahun 1964.

Adjis mulai berkenalan dengan bisnis yang sesungguhnya ketika bekerja di NV Usindo. Perusahan ini adalah anak perusahaan Bank Industri Negara (sekarang Bapindo). Tugasnya adalah di bidang hasil bumi antara lain untuk diekspor. Ia belajar secara praktis mengenal perdagangan lokal dan antarpulau serta seluk

beluk ekspor. "Saya benar-benar berterima kasih kepada pimpinan saya waktu itu, karena membuka peluang untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan saya. Pengalaman ini sangat menolong saya dalam mengembangkan usaha saya kemudian hari," demikian diungkapkan Adjis.

Aminoeddin yang dahulu pernah menjadi wakil Marah Adin di Bukittinggi dan membantu kepindahan Adjis ke Jakarta, membuka jalur baru. la bertugas sebagai salah seorang anggota tim mengambilalihan perkebunan Belanda dan Inggris. Aminoedddin memperkenalkan Adjis dengan Drs. Idroes salah seorang stafnya di Perusahaan Negara Perkebunan. Perkenalan ini kemudian membuka kesempatan pula bagi Adjis untuk belajar lebih banyak.

NV Usindo berubah menjadi PN Djaya Bhakti, kemudian PN Tjipta Niaga. Tahun 1967, Adjis keluar dari Tjipta Niaga dan benar-benar mulai berusaha sendiri. Ia mulai dengan membeli karet di perkebunan, bahkan dari daerah yang waktu itu dikuasai oleh Darul Islam di Jawa Barat. lapun mulai mengekspor karet dan damar. Sampai kini kiprahnya di bidang ekspor terus berlanjut. Dua komoditas yang sangat ditekuninya ialah ekspor biang minuman keras dan perabotan bambu ke Belanda. Usahanya meluas ke bidang transportasi dengan kekuatan 17 bus dengan armada yang dinamakannya Domino. Pernah juga ikut dalam President Taxi.

Perdagangan dalam negeri yang masih ditekuninya ialah sebagai distributor gula Kota Surabaya.

"Sewaktu Sumbangan Dana Sosial Berhadiah atau yang dikenal dengan nama SDSB, saya mengalami kemerosotan dalam perdagangan gula. Mungkin merosotnya lebih dari 20 persen. Orang rupanya mengurangi minum gula dan menyisihkan uang untuk membeli SDSB. Kini keadaannya mulai membaik, tetapi kenaikannya tidak secepat merosotnya dulu," cerita Adjis.

Pada tahun 1984 datang menemuinya Wali Kodia Solok Drs. Saidani dan Ketua DPRD Solok Nurmadias Abbas. Kedua tokoh ini memintanya untuk ikut membangun Solok.

"Ibu saya pernah menganjurkan kepada saya untuk membangun rumah untuk keluarga saya di Solok. Ide ini muncul kembali setelah Saidani dan Nurmadias mengimbau saya. Baiklah, saya akan membangun rumah untuk keluarga saya di Solok, tetapi tidak rumah biasa. Rumah itu harus memenuhi imbauan ibu saya dan harus memenuhi imbauan Saidani. Maka saya putuskan untuk membangun sebuah hotel di Solok. Itulah asalmulanya saya membangun Hotel Caredek yang diresmikan oleh Bapak Soedharmono, S.H. Kini Solok sudah punya hotel yang lumayan baik dan keluarga saya dapat menginap di sana bila pulang sekali-sekali ke kampung."

Adjis membangun pula sebuah pabrik sumpit di Solok yang produknya di ekspor ke Taiwan dan Jepang. Sebuah kawasan real estate dibangunnya pula di kota kecil itu. Yang belakangan ini berpatungan dengan seorang sahabatnya. Perumahan ini akan dikembangkan terus walaupun mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.

Adjis pernah mencoba mengembangkan pembibitan kentang. Akan tetapi, usaha ini gagal di tengah jalan karena Departemen Kehutanan tidak mengizinkan penggunaan lahan yang dipakai oleh Adjis. Hal ini merupakan risiko yang harus ditanggung. Dr. Ir. Sjafri Sjafei (sekarang profesor) yang menangani pembibitan ini tidak kurang kecewanya. Seperti diketahui sampai saat ini bibit kentang masih didatangkan dari Belanda. Sekiranya bibit itu bisa diproduksi di dalam negeri, mungkin akan lebih menguntungkan.

Adjis Miin yang menikah dengan Yuniar tahun 1968 telah dikaruniai tiga orang anak. Dua putra kembar dan seorang putri.

Berbicara mengenai pengembangan Sumatra Barat. Adjis mengemukakan bahwa yang paling mungkin dikembangkan ialah pabrik semen. Boleh jadi pengalengan ikan juga bisa diusahakan di Sumatra Barat. Kalau mau meluas ke industri, sebaiknya menurut Adjis ialah mengembangkan Industri yang bahan bakunya ada di Sumatra Barat. Kalau bahan bakunya didatangkan dari daerah lain, tidak akan menguntungkan, akhirnya rugi. Barangkali gagalnya pabrik obat dan pabrik tekstil di Sumbar mungkin erat hubungannya dengan penyediaan bahan baku ini. Kerajinan yang berkualitas, sukar dikembangkan di Sumbar. "Urang awak maunya cepat mendapat duit. Kita kurang berpikir dalam jangka panjang. Saya pernah memesan tas

pandan yang harganya seribu rupiah. Saya katakan kepada perajin bahwa saya berani beli seribu lima ratus rupiah dan dalam jumlah banyak. Hanya saja saya minta agar sisi-sisinya benar-benar sembilan puluh derajat. Barang ini akan saya ekspor. Nah, mereka tidak berani karena kerjanya lama yang berarti uang pun masuknya akan terkendala oleh waktu."

Mengenai pariwisata, Adjis berpendapat bahwa alam kita sangat mendukung pariwisata. Akan tetapi, adat dan agama serta fasilitas kebersihan mungkin merupakan masalah lain. Inilah kendalanya.

"Saya memang rajin mencari uang," kata Adjis, "tetapi uang bukanlah segala-galanya. Saya juga membina rumah yatim piatu, mendirikan Yayasan Pendidikan Komputer di Yogyakarta yang asetnya mungkin sudah lebih setengah milyar. Yang lebih penting lagi, dan ini saya pesankan kepada keluarga saya, jangan lupa berterima kasih kepada Allah SWT. Jangan melupakan, apalagi meniadakan jasa orangorang yang telah membantu kita. Orang-orang seperti Bapak Marah Adin dan Aminoeddin akan selalu ada dalam kamus saya. Jika bekerja sama dengan orang, kiatnya ialah "pasan indak baturuiki,pitaruah indak baunian." Jika kedua belah pihak tidak memegang asas kerja sama ini, kerja sama itu akan bubar dengan sendirinya.

"Selain itu, dalam suatu kerja sama harus jelas batas-batasnya antara usaha pribadi dan usaha bersama. Umpamanya, jika yang diperpatungkan itu dagang mobil, maka masing-masing kita tidak boleh melakukan perdagangan mobil di luar usaha bersama. Tapi kalau yang diperdagangkan sepeda, boleh saja, karena tidak bersangkutan dengan mobil. Itu saja!".

Nana

: Adnil Hasnan Habib Tempavigl. lahir : Maninjau,

3 Desember 1927 Pangkat

: Letnyi Jenderal TNI

(Purnawirawan) Jabatan

Penasihat Menteri Ristek/ketua Teknologi

Bidang Industri-industri Strategis Pendidikan

- HIS, Bukittinggi (1940) - MULO, Bukittingi (1940-1942) - Modern Islamic College, Bukittinggi (1942) - INS, Kayu Tanam (1943) - Tyugakko (SMP), Padang (1945) - SMA - C, Bandung (1955) - Univ. Katolik Parahyangan, Fak. Ekonomi,

Bandung (1955-1958) Militer - Pendidikan Calon Perwira Gyu Gun,

Padang (1945) - Pendidikan Perwira Sumatra, Akmul Yogya

(1945-46) - Voorbereidende Cursus Voor De Hogere

Krijgschool, Jakarta & Cimahi (1950) - Infantry Company Officer's Course

Fort Benning, AS (1952) - Kupalda li. Angk 2, Bandung (1962) - Visa Voyna Akademiya (Higher Militar Academy), Ratna Skola (War College), Beograd, Yugoslavia (1962-1966) -lemhanas Kra-II akuta(tidak selesail (1967) - Naval Post-Graduate School, DEICOS

ebagai seorang prajurit TNI yang

saptamargais, yang ada dalam pikiran Hasnan Habib hanyalah pengabdian. Oleh sebab itu baginya tak ada kata-kata "cuti". Bayangkan, sejak perjuangan fisik dulu, sampai berakhir masa dinas militer aktif, ia nyaris tak pernah cuti.

Ketika pada tahun 1973 diperintahkan cuti oleh Menhankam, ia tak betah. Hanya beberapa hari, ia sudah kembali di Jakarta, dan masuk kerja sebagai biasa, walaupun sebenarnya masih dalam status cuti.

Namun kadang-kadang, kecenderungannya yang seperti itu terbawabawa dalam menilai orang lain. Suatu ketika, ajudannya yang berpangkat kapten minta cuti, Hasnan Habib marah. “Kamu apa tugasnya, apa pengalaman kamu. Belum apa-apa sudah minta cuti," begitu ia mengulangi kalimatnya beberapa tahun yang silam. "Saya marah betul," katanya lagi.

Ketika hal itu ia ceritakan kepada istri sesampai di rumah tentang anakanak muda yang ingin cuti, sang isteri berkomentar : “Kalau kamu tak mau cuti, itu urusanmu. Tetapi kalau bawahanmu minta cuti, ada ketentuan yang mengaturnya. Zaman kini tak lagi sebagai dulu."

Ucapan begitu membuat Hasnan Habib merenung. Besoknya sang ajudan dipanggil lagi. Tentu saja ia datang dengan wajah takut-takut. Dikira akan dibentak lagi. "Mana surat permohonan cutimu kemarin. Biar saya tandatangani," ujar Hasnan Habib. Tentu dia heran.

"Pengalaman itu membuat saya merenung. Saya harus lebih manusiawi. Untuk saya pribadi saya tak perlu meminta cuti tahunan, namun terserah orang lain bila ingin memanfaatkan haknya. Saya menyadari, bahwa keadaan sudah berubah," kata Hasnan.

Jenderalberbintang tiga (kini sudah purnawirawan) kelahiran Ma

ninjau 3 Desember 1926 itu, masih mendapat tugas sebagai Penasihat Menteri Riset dan Teknologi/Ketua Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Bidang Industri Strategis. la juga ditunjuk sebagai Duta Besar Keliling GNB untuk wilayah Amerika, Karibia, dan Amerika Latin. Sebelumnya Hasnan adalah Duta Besar RI untuk Amerika Serikat di Washington.

Melihat posisi yang ditempatinya, baik dalam dinas TNI/AD, di lingkungan Hankam maupun di luar dinas kemiliteran, ia cenderung di tempatkan sebagai "pemikir". Itulah sebabnya barangkali, walaupun sebagai seorang militer selalu siap, ia selalu mengembangkan pemikiran, menganalisis dan mengajukan saran.

Bagi Hasnan Habib, bila ada seorang bawahan menyampaikan suatu informasi, lalu memohon petunjuk atau minta keputusan, sang bawahan akan dimarahi. "Saya atasanmu, dan saya bukan bekerja untuk kamu," begitu selalu ia katakan.

Bila bawahannya menghadapi suatu masalah yang tak bisa diatasi sendiri, ia wajib melapor. Namun tak hanya sekedar melapor, tetapi harus disertai saran-saran, alternatif-alternatif yang mungkin dijadikan bahan pertimbangan untuk menjadi penyelesaian.

Dan kalau namanya alternatif, jangan hanya satu. "Kalau satu, orang itu saya anggap bodoh. Sebab dengan satu alternatif, berarti dia memaksa atasannya menerima atau melaksanakan pikirannya saja," katanya.

Sebagai atasan, Hasnan juga membuka kesempatan kepada ba. wahan agar berani berargumentasi. Kalau tak berani, dianggap tak becus menghadapi tantangan. Untuk itu Hasnan Habib kadang-kadang memberikan kejutan atau memojokkan dia. Agar dia terangsang berani berdialog, tahan, dan kukuh pendirian.

Jabatan - Jabatan Teras Terakhir a. Wakil Asisten-/ Menteri/Panglima AD Jakarta

(1967-69) panghat Kolonel, kemudian

Briglen b. Asisten Perencanaan Umum Hankam

(Asrenum), Jakarta (1969-1973) pangkat

Brigjen-Mayjen c. Deputi Sckjen Wanhankannas (Analisis

Militer), jakarta (1971-1976) d. Kepala Staf Departemen Hankam - Kepala

Stat Administrasi Hankam, Jakarta

(1973-1982) e. Duta Besar LBBP untuk Thailand merangkap

Wakil Tetap RI pada ESCAP (Economic and
Social Commission for Asia and the Pacitic).

Bangkok (1978-1982)
1. Duta Besar LBBP untuk Amerika Serikat,

Washington DC (1982-1985) g. Executive Director, International Monetary

Fund (IMF) dengan negara-negara konsituensi Burma - Fiji - Indonesia - Laos - MalaysiaNepal - Singapore - Thailand - Vietnam,

Washington DC (1982-1983) Lain - lain :

- Anggota MPRS (1966-19680) - Anggota MPR (1973-1978) - Anggota Pengurus Yayasan Ilmu-ilmu Sosial

(1988-93) - Wk. Ketua Komisi Nasionallndonesia untuk kerja sama Ekonomi Pasitic (PECC), (1989-sekarang)

Wk. Ketua Yayasan LIA (1988-sekarang) - Anggota International Institute for Stategic

Studies (1972-sekarang) - Anggota Dewan Penasehat Yayasan

Paramadina (1990-sekarang! - Anggota Dewan Penasehat The Nature

Conservancy" (1992-sekarang) - Co-Chairman CSCAP (Council for Security Cooperation in Asia Pacific) (1993-sekarang) - Anggota Dewan Kehormatan Yayasan Indonesia Executive Service Corp (1993-sekarang) - Anggota Board of Trustees U.S - Indonesia

Society (1994-sekarang) - Widiaswara Lemhanas, Seskoabri, Seskoad

(1988-sekarang) - Aktif dalam Seminar/Simposium di dalam dan luar negeri (+170 karya tulis).

Ini demokratis. Bawahanpun dilibatkan dalam memecahkan setiap masalah yang timbul. Atau secara tak langsung, diajak ikut dalam proses pengambilan keputusan. Namun kalau suatu keputusan sudah diambil, harus diyakini sebagai yang terbaik.

Relevansi pemikiran Hasnan Habib, tak hanya menyangkut satu bidang masalah. Sebagai contoh, ia cepat menguasai isu-isu baru, membuat perkiraan-perkiraan yang jitu.

Setelah tak lagi aktif di bidang Hankamnas, ia lebih banyak menujukan pemikirannya kepada masalah ekonomi. Mengamati pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menurutnya menunjukkan ketahanan yang semakin meningkat.

“Mampu menghadapi segala akibat iklim ekonomi luar negeri, walaupun resesi dunia masih berlanjut," katanya dalam suatu kesempatan ketika menjadi Dubes RI di Washington.

Kata Hasnan Habib : "Pembangunan nasional di Indonesia meliputi aspek kebutuhan materiel dan spiritual, yang diarahkan untuk mencapai tujuan Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi, stabilisasi, dan pemerataan."

la memberikan beberapa contoh sejak awal Pelita 1 hingga Pelita III.

Antara lain inflasi yang 60% bisa ditekan hingga 6,5% dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari2 % menjadi 9,6%. Sedangkan produksi beras dari 10,5 juta ton naik menjadi 23 juta ton, dan produksi minyak mentah yang semula 151,3 juta barrel bisa menjadi 557,2 juta barrel.

Demikian pula penanaman modal dalam negeri yang semula hanya 9,6% menjadi 23,3%. Tetapi ia mengakui, resesi dunia yang berkepanjangan mempengaruhi neraca pembayaran Indonesia, walaupun ekspor dan cadangan devisa selama periode itu meningkat

Perkembangan yang demikian cepat, menurut Has (panggilan akrabnya) merupakan tantangan. "Perlu tenaga manusia yang berdaya guna," katanya. Ia juga memandang perlu memperluas kerja sama dengan negara-negara sahabat. Terutama di bidang perdagangan, penanaman modal, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Dan ternyata, pandangan dan pikiran ekonomi Hasnan Habib beberapa tahun yang lalu yang menjangkau jauh ke depan, sangat relevan dengan pertumbuhan ekonomi selanjutnya, baik di dalam negeri maupun hubungannya dengan perkembangan di luar negeri.

Begitu pulang dari Amerika Serikat, Hasnan ditugaskan sebagai Penasihat Menristek/ Ketua BPPT. Ia mengaku sangat dekat dengan Menristek Prof. Dr. B.J. Habibie. Begitu Konperensi Non Blok selesai, ia mendapat tambahan tugas di bidang diplomasi lagi, sebagai Dubes Keliling GNB untuk kawasan Amerika, Karilia, dan Amerika Latin.

Pada zaman Jepang, Hasnan Habib bersama teman-temannya 12 orang berinisiatif minta dilatih militer oleh Jepang. Disetujui, lalu mereka dipersiapkan untuk Indonesia merdeka. Tetapi ketika Jepangkalah sebelum proklamasi, mereka dibubarkan. Namun setelah proklamasi, bergabung ke dalam kesatuan yang diprakarsai Ismael Lengah. Maka bermulalah karier Hasnan Habib di dalam TNI.

Tentang keberhasilan yang ia capai, menurutnya disebabkan tak pernah berhenti belajar. Tak ada waktu kosong yang tak dimanfaatkan. Ia banyak membaca. "Yang penting, saya tak pernah bersikap menanti, malah sering tugas yang menunggu."

Tanggapannya tentang Sumatra Barat? "Saya merasa bangga dengan pembangunan di Ranah Minang," katanya. "Jalan-jalan sudah bagus hampir mencapai seluruh pelosok. Listrik sudah masuk desa. Ini prestasi. Wajar Parasamya dua kali ke Sumbar."

Peranan Gebu Minang dalam meningkatkan taraf ekonomi Sumatra Barat ia nilai amat positif. Sayang, keberadaan para perantau belum merata untuk aktif di dalam Gebu Minang. Tujuannya sudah baik. Seperti mendirikan BPR, buat mengangkat pedagang kecil agar meningkatkan kemampuan dan kemandirian.

Cuma belum semua rencana terealisasikan. Tentu memakan waktu dan proses. Namun ide ini harus didukung semua pihak. Ini perlu diprioritaskan.

Hasnan Habib yang kini telah pensiun dari dinas militer, terakhir memegang jabatan di Hankam sebagai Kepala Staf Administrasi Hankam, Kaskopkamtib III, dan mewakili ABRI di MPR hingga tahun 1978. Lalu ke bidang diplomasi, Dubes RI di Muangthai, merangkap Wakil Tetap RI pada Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP), sebelum ke Washington.

Hasnan menikah dengan Naida Zastia yang berasal dari Kota Padang, pasangan ini dikaruniai empat orang anak. Senang menikmati musik klasik, gemar membaca, dan juga rajin bermain tenis. Ia juga rajin menulis terutama untuk lembaga pendidikan ABRI. la juga menyandang 19 bintang dan lencana, antara lain Bintang Mahaputra Pratama. ***


Page 16

katan yang dilakukan Nazri Adlani Ketua Yayasan Mukmin Sumut, Ketua tanggung jawabnya tak hanya medengan pihak-pihak yang berwenang Panitia Pembangunan Mesjid Per- nyangkut finansial. Ia pun memikirdi pusat. Berkenaan dengan urutan juangan Medan, Pembina Yayasan kan banyak segi tentang wadah penkelima Panca Upaya nya, di samping Nahlah Club, Pembina ICMI Sumut, didikan yang dirintis oleh almarhum program KKN ke desa terpencil, maka dan penasihat Badan Musyawarah ayahandanya. Berkat kegigihan Nazri, lima fakultas yang ada dalam IAIN Masyarakat Minang di Medan. wadah tersebut tetap berjalan hingga SU, masing-masing punya desa Memang, Nazri Adlani dalam me- kini. binaan.

mimpin IAIN Sumatra Utara di Medan, Kehidupan keluarganya? Ia ber"Masyarakat desa terpencil butuh mengupayakan agar Perguruan Tinggi bahagia dengan sang istri, Ny. Hajjah pertolongan," tukas Nazri Adlani Islam Negeri ini, selalu berorientasi Aniarti, putri Airbangis asal Pariaman, menyimpulkan. Rakyat di desa butuh ke depan. Dengan demikian, para yang membuahkan tiga orang anak, uluran tangan masyarakat kota. Inilah alumni yang dihasilkannya merupa- dua putri dan seorang putra. hakekat IDT dalam mengubahnya kan sarjana yang dapat mengikuti per- Pertemuan mereka unik. Tanpa menjadi desa tak tertinggal.

kembangan zaman, yang mampu me- pacaran, tanpa perkenalan. Bertemu Untuk itu, putra Minang kelahiran nyesuaikan diri dengan laju pem- pertama kali setelah mereka dinyataUjung Gading ini, yang berkiprah di bangunan bangsa.

kan sebagai suami istri pada tahun propinsi tetangga berkunjung ke ber- Putra Minang kelahiran Ujung 1972. Keasyikan dengan tugas sebagai bagai desa bukan hanya sebagai pim- Gading, sebuah kota kecamatan dekat perwira Pembina Mental Rohani Islam pinan pergururan tinggi, tetapi juga perbatasan Pasaman dengan Tapanu TNI/AD, Nazri terlambat kawin. menjadi utusan pemda membawa ber- li Selatan, walaupun sejak masuk dinas Sampai usia 33 tahun ia masih perjaka. bagai pesan gubernur Sumut, Marsi- ketentaraan selaku pembina rohani Sementara ibundanya sudah resah. pature Hutana Be, yaitu tentang pem

Islam ABRI tak lagi pernah menetap Maka akhirnya ia menerima jodoh bangunan desa yang harus diprakarsai di kampung, namun di mana pun be- yang dicarikan oleh orang-tuanya. Ia langsung masyarakat masing-masing. rada ia tetap merasa dirinya sebagai adalah seorang dara tamatan MualliTak hanya itu, untuk kepentingan putra Minang

min Muhammadiyah calon mahasiswi perguruan tinggi Islam yang kini di- Kecintaannya pada kampung IAIN Imam Bonjol Padang, bernama pimpinnya, Achmad Nazri Adlani juga halaman tak pernah pudar. Ia selalu Aniarti, berasal dari Airbangis. melakukan berbagai perjalanan ke memantau perkembangan Ranah Mi- Ketika calon istri yang tak dikenalluar negeri, menghadiri berbagai kon- nang, dan tetap membina pesantren nya itu didatangkan ke Jakarta, terferensi internasional, menandatangani Adlaniyah peninggalan ayahandanya. nyata Nazri langsung jatuh cinta pada berbagai kerja sama, dan menghadiri Untuk itulah ia berinisiatif membuka pandangan pertama. berbagai seminar. Malah, kunjungan 100 hektare lahan sebagai kebun kela- "Saya yakin, pasangan pilihan ke Universitas Ibnu Saud di Riyadh pa sawit, yang dikelola kelompok pe- bunda itu pasti yang terbaik. Tak ada tahun lalu, ia lakukan bersama Rektor- tani Adlaniyah.

orang-tua yang memilihkan yang tak rektor IAIN Bandung dan Semarang Insya Allah tahun ini mulai meng- baik untuk putranya," begitu keyakinmewakili IAIN-IAIN se Indonesia. hasilkan, untuk mendukung dana pe- an Nazri. Dan.... ternyata mereka ru

Kegiatannya di luar kampus juga santren itu, yang setiap tahun jumlah kun hingga kini, dan sampai kapantak kurang. Ia adalah ketua PITI Sumut, santrinya semakin meningkat. Namun

pun. Insya Allah.***


Page 17

Nama

: H. Ali Akbar Navis Tempat/tgl.lahir : Padangpanjang,

17 November 1924 Negeri asal

: Padangpanjang Pendidikan - Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

(1932 - 1943) Pekerjaan 1. Buruh Pabrik Porselen Shiroki Kaisya,

Padangpanjang (1943 - 1945) 2. Kepala Bagian Produksi Pabrik Porselen

Papeberi, Padangpanjang (1945 - 1957) 3. Ketua Sanggar Seniman Arca, Bukittinggi,

(1947-1948) 4. Penasihat Ahli RRI Studio Bukittinggi

(1950-1958) 5. Kepala Bagian Kesenian Jawatan

Kebudayaan Propinsi Sumatra Tengah

(1952 - 1955) 6. Guru gambar dan pekerjaan tangan,

Sekolah Kepandaian Putri Bukittinggi

(1955-1958) 7. Dosen Luar Biasa ASKI Padangpanjang

(1968 - 1972) 8. Anggota DPRD Tk. / Sumbar (1972-1982) 9. Pemimpin Redaksi Harian Semangat,

Padang, (1972-1973) 10. Manajer Umum Percetakan/Penerbitan

Singgalang, Padang, (1982-1984) 11.Dosen Luar Biasa Fakultas Sastra Unand

(1983) 12.Ketua Badan Wakaf RP INS Kayu Tanam

(1969 - 1983) dan (1992 - sekarang) 13.Ketua Lembaga Gebu Minang Perwakilan

Sunibar (1990 - sckarang) 14.Ketua Dewan Kesenian Sumbar

(1993 - sekarang! 15. Anggota Dewan Pertimbangan DPD

Golkar Sumbar (periode 1994 - 1999) Alamat : Jalan Benghuang No. 29, Padang,

Telp. (0751) 32405

astrawan Haji Ali Akbar Navis Dalam ketuaannya kini, penga

rang prosa terkenal Robohnya Surau tahan melihat orang susah, sengsara, Kami ini, ternyata tetap rajin. Ia masih atau teraniaya. Dan itu bukan karena kuat bolak-balik dengan mobil meia dermawan dan suka menolong. nempuh jarak 51 km Padang-kayu"Saya tidak tahan karena saya tidak tanam, untuk mengurus INS. Sekolah bisa menolong," sambungnya. yang didirikan Engku M. Syafei tahun

Ada pengalaman menariknya 1926 itu, kini menerapkan program pada zaman Jepang. Saat itu banyak SMA-Plus. orang sakit dan teraniaya. Tentang “Dalam usia sekarang, tak ada ini, ada satu pengalaman yang paling rasa haru saya. Yang saya cemas, berbekas baginya. Sekali waktu pada justru, bisakah kerja saya selesai. zaman pendudukan Jepang, Navis dan Sebab, banyak kerja saya yang belum teman-teman sekerjanya pernah selesai," katanya. Menurut A.A. Navis, beriur membelikan baju untuk seorang

ada dua hal, sekurangnya, yang memteman wanita yang sangat miskin, buat dia masih bergairah dalam usia karena baju yang dimilikinya sudah 70 tahun. Pertama, untuk bisa compang-camping. Setelah dibelikan

menyelesaikan karangan yang belum baju, wanita tersebut tak pernah rampung. Kedua, mengurus INS, masuk kerja lagi. Dua bulan kemudi- meski yang satu ini dirasakannya an, wanita itu datang dengan berpa- sangat susah. Tetapi, "karangan mesti kaian bagus dan mahal. “Ternyata dia saya yang mengerjakan dan menyesudah menjadi selir Jepang. Luko hati lesaikan," kata A.A. Navis. Karena kami dibuatnya," ceritanya.

itulah, salah satu doanya di Mekah, A.A. Navis yang kini dikenal ketika ia menunaikan ibadah haji atas sebagai sastrawan dan budayawan undangan Menteri Agama, tahun ternama adalah salah seorang otodi- 1994, adalah agar diberi kesempatan dak besar. Pendidikan hanya di- oleh Allah untuk menyelesaikan kerja dapatnya di ruang pendidik INS yang terbengkalai. (Indonesisch Nederlansche School - "Kalau tidak ada lagi pekerjaan, kemudian menjadi Institut Nasional saya bisa muno, pikun. MenyelesaiSjafei), di Kayutanam. "Tidak pernah kan yang susah-susah, itu menggairahdilanjutkan lagi. Kalau dilanjutkan, kan saya," kata penerima SEA Write tentu saya tidak seperti sekarang," Award, penghargaan sastra ASEAN katanya. Maksudnya, sudah jadi pro- dari Kerajaan Thailand, 1992. fesor? Navis tertawa. "Profesor yang A.A. Navis lahir di Kampung bodohnya. Soalnya, sekarang banyak Jawa, Padang panjang, 17 November yang jadi profesor karena sudah lama 1924. Nama pemberian orang-tuanya berdinas, bukan karena prestasi," Ali Akbar. Kawan sama besar, termakatanya.

suk gurunya, memanggilnya Ali atau Tanggal 17 November 1994, Haji Akbar. A.A. Navis mempunyai sauA.A. Navis genap berusia 70 tahun. dara sebapak 16 orang. Sejak kecil ia Usia monumental ini dirayakan terbiasa berpikir dan membaca. "Saya dengan peluncuran dua buku se- tidak suka, tidak pernah punya hobi, kaligus: Otobiografi A.A. Navis dan duduk di lepau kopi," katanya. Surat dan Catatan Haji, pengalaman Kesukaan A.A. Navis pada kesenian A.A. Navis naik haji. Kedua buku itu sudah ada sedari kecil. Orang-tuanya diterbitkan PT Gramedia, diluncurkan yang bekerja di Perusahaan Kereta 30 November 1994, di Padang. Api, juga suka kesenian. Mamaknya


Page 18

ukan karena ia mengaku seba- kasi. Ia justru lebih sering menolak

gai lambang kemakmuran In- mempublikasikan apa yang telah didonesia, makanya H. Aminuzal Amin dermakannya. Bahkan juga tentang Dt. Rajo Batuah, DSNS, banyak dirinya, usaha dan bisnisnya. "Sebut menjadi buah bibir. Juga bukan karena sajalah sebagai pengusaha. Saya hakekayaan dan bisnisnya. Apa yang nya seorang trader, seorang pedagang dibicarakan tentang dirinya khusus- biasa," katanya merendah, ketika dinya di Sumatra Barat dan di kalangan wawancara beberapa tahun silam orang Minang adalah kedermawanan (lihat Singgalang, minggu III, 1987). dirinya dan penampilannya yang low Belakangan Aminuzal Amin sudah profile, dan tak suka menonjolkan tak begitu tertutup lagi. Ketika diwadiri.

wancarai di Regent Hotel of Kuala "Saya memang lambang kemak

Lumpur seusai ia menerima darjah muran Indonesia," katanya. Tapi per- Dato' Setia Negeri Negeri Sembilan nyataannya itu tak berkaitan dengan (DSNS) 19 Juli 1991, ia sudah mau harta atau sejumlah perusahaan yang menyebut sejumlah perusahaan yang ia miliki, melainkan karena postur tu- dikelolanya dan di mana ia menjadi buhnya yang terbilang subur.

share holder (pemegang saham). Dengan tinggi 174 cm, berat badan Ketika ditanya tentang aset perrata-rata 94 kg, sosoknya memang di usahaan dan jumlah share yang ia atas rata-rata orang

Indonesia. miliki di masing-masing perusahaan, Bagi kebanyakan orang Minang, ia langsung berkilah, "itu yang tak sebagian diri Aminuzal adalah misteri boleh saya sebutkan." sekaligus fenomena yang senantiasa Namun, seperti diketahui, bisnis mengundang perbincangan. Ia banyak utama Aminuzal Amin adalah di sekmembantu pembangunan di Sumatra tor minyak bumi. Ia dikenal sebagai Barat, memberikan sumbangan untuk Executive Vice President PT Permindo pembangunan mesjid, menyumbang Oil Trading, perusahaan patungan peralatan dan fasilitas untuk pergu- dengan Pertamina yang bergerak di ruan linggi, ikut membiayai berbagai bidang perdagangan minyak mentah. event kebudayaan dan olahraga, dan Selain itu, ia dikenal sebagai salah sebanyak lagi. Setiap kali menyumbang orang share holder PT Nusa Bank jumlahnya puluhan bahkan ratusan Internasional, dan duduk sebagai juta rupiah.

komisaris Nusa Bank, bank swasta Mesjid Raya Tanah Datar di Paga- devisa dari kelompok usaha Bakrie ruyung di samping kantor Bupati Ta- itu. Bersama Nirwan Darmawan nah Datar yang menghabiskan biaya Bakrie, Aminuzal Amin juga menguapembangunan sekitar Rp.300 juta, sai 90 persen saham PT Bank Nasional, salah satu sumbangannya untuk kam- bank swasta tertua di Indonesia yang pung halaman. Namun, lebih sering berdiri di Bukittinggi (1930) dan kini ia mau disebut "hamba Allah" saja. mempunyai kantor pusat di Jakarta. Tetapi banyak orang tahu, dalam Di samping sektor bisnis, Aminuberbagai kesempatan pengiriman mi- zal Amin Dt. Rajo Batuah juga aktif di si kesenian Minang ke luar negeri, bidang politik sebagai salah seorang Aminuzal-lah yang membiayai. wakil rakyat Sumatra Barat di Lembaga

Memang, putra Minang yang Tertinggi Negara, MPR-RI. Sejak tahun Penghulu Suku Gudam Balaijanggo, 1992, ia tercatat sebagai anggota Pagaruyung, ini berbeda dengan se- Fraksi Karya Pembangunan MPR, mementara dermawan yang haus publi- wakili daerah pemilihan Sumbar.


Page 19

tetapi lebih-lebih di ibukota, namun Lalu tidur di surau. Amir Syarifuddin tetap dikenal sebagai

Didikan seperti tokoh yang hidup sederhana. Walau- itu, tidak hanya pun kini masih memangku berbagai mengajarkan kemanjabatan penting selain Ketua MUI dan dirian, tetapi juga ada BAZIS Sumbar ia juga Wakil Korwil hasilnya secara ekoICMI daerah ini namun penampilan- nomis. "Waktu masih nya tak mengesan ia sebagai orang SD saya sudah menyang lama menduduki eselon I.

coba membeli jam Hidup yang bersahaja dan tidak

tangan dengan hasil ambisius, inilah pula kelebihan tokoh usaha sendiri. Dengan yang seorang ini. Dalam kesederha- mandiri, di situ dinaannya, ia adalah ulama dan cende- rasakan kehidupan kiawan Islam yang teguh dengan

yang menarik dan prinsip, dan suka bicara apa adanya nikmat. Tapi kalau sekalipun dengan nada yang lembut pengalaman masa tidak meledak-ledak. Itu pulalah yang kecil yang sulit itu membuat ia disukai dan diterima oleh sekarang diceritakan semua kalangan, sekalipun sering me- pada anak-anak, kanampilkan kritik-kritik yang tajam. dang dianggap terlalu

Mensyukuri nikmat, betapapun ke- mengada-ada," ujarcilnya, adalah prinsip dan pandangan nya. hidup yang dianut Amir Syarifuddin Namun, pengalasejak kecil. Betapa ia tidak bersyukur, man masa kecil inilah dalam perjalanan hidupnya, ia sudah yang diakuinya bisa meraih berbagai nikmat dan berkah membuatnya senandari-Nya. "Teman-teman saya di masa tiasa menjalani pola kecil ada yang tak tamat SD. Saya bisa hidup hemat dan semelanjutkan pendidikan, karena mau derhana. Tahun 1967, ketika baru bersusah payah, mau bekerja keras berusia 30 tahun, ia sudah dipercaya dan menekuninya dengan segala suka sebagai Pembantu Dekan Fakultas dan duka. Apa yang dicapai ini, tentu Tarbiyah IAIN, Ciputat, yang dijasangat saya syukuri," ujarnya.

batnya selama empat tahun. Selama Menurut Amir, masa kecilnya sa- tahun 1974 sampai tahun 1979, ia ma dengan anak-anak lain sezaman- dipercaya pula sebagai Dekan nya. Pada masa penjajahan, hidup Fakultas Syariah di IAIN yang sama. agak menderita dan sering kekurang- Sebagai ilmuwan agama dan cenan. Namun, orang-tuanya mengajar

dekiawan muslim, perannya tidak kan hidup agar tidak boros dan tidak hanya sebatas dinding kampus. Nama cengeng. Kehidupan waktu kecil itu Dr. Amir Syarifuddin juga tercatat cukup sederhana. Bahkan, sejak kecil sebagai salah seorang yang ikut memia sudah berusaha mandiri, misalnya bidani kelahiran BAZIS (Badan Amil dengan menjajakan kue.

Zakat, Infaq dan Sadaqah) DKI Jakarta, Hidup di kampung, orang-tuanya

tahun 1975. Lembaga itu pulalah yang sudah mendidik Amir bekerja keras ia pelopori pendiriannya di Sumbar dan mandiri. Selesai shalat subuh, delapan belas tahun kemudian, dan Amir mencari rumput untuk makanan ia dipercaya sebagai ketuanya yang kerbau. Sesudah itu mengeluarkan pertama. kerbau dari kandang, lalu bersiap pergi Selain itu, karena keahliannya disekolah. Sepulang sekolah, kembali bidang hukum Islam, sejak tahun 1979 memasukkan kerbau ke kandang. ia diangkat menjadi anggota Badan Malamnya mengikuti kursus-kursus. Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)

yang beranggotakan para pakar hukum dari berbagai bidang. Dan sejak 1979 pula ia tercatat sebagai salah seorang Manggala di BP-7 Pusat. Tahun 1983 Prof. Dr. Amir Syarifuddin terpilih dan diangkat menjadi Rektor IAIN Imam Bonjol di Padang. Jabatan eselon I di kampung halaman sendiri itu dipercayakan kepadanya dua kali periode (1983 - 1992). Di tangannya, IAIN Imam Bonjol cukup maju, dan mampu berkiprah secara menonjol sehingga merupakan salah satu institut sejenis yang terkemuka di Sumatra bahkan Indonesia.

Selesai degan jabatan Rektor IAIN-IB, Prof. Dr. Amir tak hendak kembali ke almamaternya IAIN Ciputat. "Sudah pulang ke kampung masa merantau lagi," ujarnya. Makanya, ia kini tetap aktif sebagai guru besar hukum Islam di perguruan tinggi tersebut.

Di samping itu, sejak beberapa ta


Page 20

penting untuk menempa kemandirian pemimpin yang lemah dan gampang 12 halaman kembali. kaum wanita, yaitu ketika masih gadis menyerah. Di luar dugaan, "Waspada" Melalui peristiwa itu, Ani anak waktu menikah, mengurus suami, keesokan paginya tetap terbit, walau- bungsu dari dua bersaudara ini, bermengurus anak-anak sebagai ibu, dan pun dengan jumlah halaman yang hasil membuktikan bahwa wanita juga kelima yang dinamakannya "Panca mnyusut menjadi empat halaman da- mempunyai kemampuan dan ketangDharma Wanita", yaitu wanita yang ri 12 halaman pada hari-hari biasanya. guhan untuk mengatasi kesulitan sebekerja di kantor ataupun menambah Edisi itu khusus memuat foto-foto pengetahuan di bidang yang disukai- dan menceritakan musibah yang me- Pengalaman jurnalistik yang nya apabila terpaksa hidup sendiri nimpa "Waspada". Pembaca berebut

menghantarnya mengunjungi negaraseandainya ditinggal suami.

negara di dunia, seperti : Di samping itu juga untuk

Amerika Serikat, Belanda, mengabdi pada bangsa dan

Republik Rakyat Cina, negara.

Belgia, Perancis, Turki, JeKata Ani: "Wanita harus

pang, Filipina, Jerman Barat, tabah menghadapi segala

Hongkong, Srilanka, dan Macobaan dan rintangan." Ani

laysia, merupakan bukti lain memegang kalimat ini se

kemampuan Ani Idrus sebabagai falsafah hidup dan ia

gai wartawati tangguh. Dan membuktikan ketabahannya

wanita mandiri ini tetap meketika gedung harian "Was

rupakan wartawati terkemupada" yang terbit di Kota

ka hingga kini. Undangan Medan terbakar pada tahun

untuk mengunjungi manca1983. Ia menderita kerugian

negara datang tiap tahun. yang cukup besar. Akibat

Semua kehormatan musibah itu, hingga saat ini

itu diperoleh Ani di luar Saharian "Waspada" masih da

wahlunto, tanah kelahiranlam kesulitan.

nya, yang telah memberi ia Sebagian besar orang

ide untuk menunjukkan kemenduga riwayat harian

mampuan, ketangguhan, se"Waspada" telah berakhir.

kaligus ketabahan seorang Akan sangat sulit bagi harian

wanita. Ia sendiri tidak henini bisa terbit kembali, demi

dak melupakan itu, apalagi kian pandangan banyak

Sumatra Barat juga telah orang. Ketika Ani mengatami

mengalami banyak perkemmusibah itu, koran-koran di

bangan. "Wanita Sumatra seluruh Indonesia menurun

Barat sekarang sudah maju," kan berita dan memuat ko

tutur Ani. mentar yang meragukan ke

Ditegaskan oleh wamampuan surat kabar yang

nita yang akrab dipanggil besar dari kancah perjuangan

Bunda ini, bahwa kemajuan ini untuk bangkit lagi. Bahkan

itu harus terus dikejar untuk ada diantaranya yang menyarankan membeli, bahkan mereka mau mem- menghadapi tahun 2000. Menurutagar pemerintah turun tangan untuk beli dengan harga Rp 1000,- (seribu nya, arus globalisasi yang akan semamembantu. Akan tetapi, bantuan itu rupiah), padahal harga ecerannya Rp kin intens akan sangat menentukan jauh panggang dari api. Minimal, kata 250,- (dua ratus lima puluh rupiah) keberhasilan pembangunan Indonekoran-koran itu, membutuhkan waktu pereksemplar. Seluruh edisi hari itu sia. Untuk itu, wanita harus turut metiga bulan untuk bisa terbit lagi. habis terjual. Kenyataan ini merupa- megang peranan dalam setiap derar Wartawan dan karyawan pun seperti kan bukti bahwa para pembaca sangat langkah pembangunan nasional. kehilangan semangat.

mencintai "Waspada". Hari-hari be- "Dalam berbagai hal wanita tidak lebih Akan tetapi, Ani Idrus mampu rikutnya "Waspada"terbit dengan me- rendah dari pria," sambung Bunda menunjukkan bahwa dia bukanlah nambah halamannya sampai menjadi dengan semangat ***


Page 21

orang, 80% di antaranya bersenjata- pada daerah yang penting dan akibat- memimpin pasukan sebanyak satu kan semiotomatis," cerita Anwar. nya tentu mengarah ke politik yang kompi.

Selama berhadapan dengan akan menguntungkan pemerintah kita Setelah kejadian itu, menurut tentara Sekutu yang memboncengkan pada waktu itu.

Anwarbey pikiran dan tenaganya ditentara NICA, pertempuran kecilham- "Sebagai komandan pasukan pusatkan pada pasukan yang dipepir tiap hari terjadi di Jakarta, teruta- saya tidak begitu diacuhkan oleh mu- rintah dari satu daerah ke daerah lain, ma di sepanjang Jalan Kramat dan suh karena mereka menganggap pe

guna melancarkan perang gerilya dan Kwitang. Senjata-senjata didapat rang frontal tidak terlalu sulit untuk sekali-sekali secara frontal, sampai dengan cara merampas, membeli, dan menghadapinya. Tetapi sebagai ko- saat menjelang pensiun sebagai kosebagian dari pertempuran dengan mandan pasukan bawah tanah, me

mandan kompi. pasukan-pasukan kecil yang dengan mang nama saya yang dicari Nefis Sebagai insan yang pernah hidup gampang dapat direbut senjata (Belanda). Dengan segala cara mere- dalam tiga zaman, jelas sangat banyak mereka. ka berusaha menangkap saya, tetapi

yang dialami pria yang banyak memPasukan yang terkoordinasi rapi agak lama baru terlaksana keinginan peroleh Satyalencana kemerdekaan yang dinamakan Badan Keamanan mereka, itu pun karena kolaborator ini. Namun yang paling berkesan meRakyat (BKR), yang kemudian menjadi pengkhianat) yang kebetulan juga (

nurutnya adalah penghidupan dan Tentara keamanan Rakyat (TKR), adalah anak buah saya. Saya terpe- kehidupan selama di tanah leluhurselanjutnya Tentara Republik Indo- rangkap setelah selesai pertemuan

nya, Sumatra Barat. "Zaman dahulu," nesia (TRI), dar.

katanya, "hampir seakhirnya menjadi

mua orang-tua memTentara Nasional

punyai prinsip hidup Indonesia (TNI).

yang seragam, bah"Saya yang waktu

wa anak laki-lakiusia itu sebagai koman

6-7 tahun, sudah hadan ditugaskan

rus diajar mandiri di memimpin pasu

surau-surau, dan sukan yang selalu

dah mulai ditempa ada di lapangan.

baik agama maupun Pada saat tertentu

ragam kehidupan lasebagai anggota

in untuk para santri pasukan bawah

kecil itu. Mereka ditanah, secara ber

pimpin oleh para kala harus mema

'guru' yang tanpa suki kota-kota

pamrih. Tanpa disayang diduduki mu

dari akan terlihat casuh antara lain

lon-calon pemimpin kota Bandung dan

masa mendatang." Jakarta, karena pa-sukan saya berada dengan para komandan bawah tanah Dari sinilah menurutnya urang awak di bawah Panglima Divisi Siliwangi," di Sawah Besar (gang Budding)." dahulu mencetak ratusan pemimpin pengagum dua proklamator Indone- Penangkapan terhadap Anwar- dalam berbagai bidang kehidupan. sia ini bercerita tentang pengalaman bey sampai ke Sutan Syahrir.

Jika dahulu surau memegang juangnya.

Anwarbey diperlakukan tidak seperti peranan yang penting dalam memSelanjutnya dia menjelaskan, perlakuan 'extremist karena memo- bentuk akhlak yang baik termasuk "Keberadaan saya di Jakarta hanya randum dari Sutan Syahrir. Melalui

kemandirian, menurut pandangan diketahui oleh Ketua Misi Indonesia, cara diplomasi oleh misi yang dipim- pemegang falsafah hidup : hidup waktu itu Sutan Syahrir. Keberadaan pin oleh Sutan Syahrir akhirnya damai berawal dari silaturahmi, lawan beliau di Jakarta memang resmi dike- Anwarbey yang baru-baru ini mem- satu amatlah berat, kawan sejuta tahui oleh Amacab dan NICA. Misi peroleh anugerah Gelar Kehormatan masih sedikit, teguhkan iman sejak di bawah tanah yang ditugaskan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI ini awal ini belumlah terlambat untuk kepada saya selain kampanye bisik- dibebaskan. Pimpinan gerakan bawah memulai lagi pada zaman sekarang. bisik dan adu domba (fluister cam- tanah kemudian diserahkan kepada Ninik mamak, alim-ulama, cerdikpange) juga sabotase yang ditujukan pimpinan lain dan Anwarbey kembali pandai masih cukup punya wibawa


Page 22

Nama

: Kolonel Inf. Armedi Agus Tempat/tgl.lahir: Bukittinggi, 18 Oktober 1942 Jabatan : Wali Kota Madia Kdh. Tk. Il

Bukittinggi Pendidikan - Sekolah Dasar di Maninjau, Agam (1954) - SMP di Maninjau (1960) - SMA-B di Jakarta (1963) - Akademi Militer Nasional di Magelang (1967) Pekerjaan - Dan Ton, Salatiga (1968-1969) - Wakil Komandan Kompi, Salatiga

(1969-1970) - Pa Ops, Kasi I, Kasi II Korem Salatiga

(1972-1977) - Wadan Yonif 403/5 Yogyakarta (1978 - 1980) - Dan Yonif 403/4 Cilacap (1980-1982) - Komandan Kodim 0718 Pati (1982-1983) - Kadep Olah Yudha Dam III, Padang (1983) - Damdim 0305 Pasaman (1984-1985) - Dandim 0304 Agam di Bukittinggi

(1986 - 1987) - Wakil Asisten Sospol Dam I/Bukit Barisan,

Medan (1988-1989) - Wali Kota Bukittinggi (1989-1994) dan

(1994-1999) Alamat

Kantor : Balai Kota Bukittinggi


Jalan Sudirman 27 - 29
Bukittinggi

Telp. (0752) 21879
Rumah : Jalan Perwira No. 28

Bukittinggi
Telp. (0752) 21128

ang Pembuat Sejarah, itulah ju- merusak kehidupannya. Lebih baik lukan yang tepat diberikan untuk

saya panggil, saya marahi, kalau perlu Kolonel Inf. Armedi Agus. Dari 19 saya maki, agar dia tak mengulangi orang Wali Kota Bukittinggi hingga kesalahannya. Nah, setelah itu ia akan saat ini, barulah ia yang tercatat me

berubah dan menjadi lebih baik," ujarmangku jabatan dua periode. Dan di nya tentang bagaimana ia memimpin bawah kepemimpinannya pula Bukit- dan membina staf. tinggi diakui oleh negara sebagai Meski mengaku sebagai 'wali kota Daerah Tk Il yang mampu meraih pemberang', namun ia termasuk peprestasi pembangunan tertinggi di- jabat yang pintar mengendalikan emoantara 14 Dati II di Sumbar dan berhak si dan perasaannya. Armedi bukanlah meraih Pataka Parasamya Purnakarya orang yang suka meledak-ledak. Nugraha Pelita V.

Bahkan, ketika pertama kali diberi Prestasi tertinggi dan terhormat informasi bahwa Bukittinggi meraih Bukittinggi ini, melengkapi dua pres- Parasamya Purnakarya Nugraha, ia tasi nasional sebelumnya: yakni dua tetap biasa-biasa saja. "Ucapan saya kali meraih Adipura Kencana sebagai pertama hanya alhamdulillah," ujarKota Terbersih dan dua kali pula me- nya datar. "Setelah itu, tentu ada rasa raih Wahana Tata Nugraha untuk bi- bangga, lalu rasa percaya diri bahwa dang ketertiban lalulintas

yang kita lakukan selama ini sudah Reputasi dan berbagai prestasinya tepat dan diakui secara nasional." kadang membuat orang penasaran Tentang kiatnya memimpin Bukituntuk lebih mengenal pria berwatak tinggi, Armedi Agus mengatakan bahtenang dan cenderung pendiam ini. wa hal pertama yang dilakukan ketika Memang, pria yang kelihatan awet pertama menjadi wali kota adalah muda ini dikenal low profile, dan tak membaca situasi. "Dimiliter ada yang suka banyak bicara.

diistilahkan Cumemu (Cuaca, Medan, Meski begitu penampilannya, na- Musuh). Tapi dalam memimpin mamun Armedi sendiri justru mengaku syarakat yang dibaca tentu situasi, sering memarahi stafnya. "Sampai- kondisi, dan tantangannya. Itulah sampai saya dikatakan wali kota pem- yang pertama saya lakukan di sini," berang," ujarnya mengaku terus ujar perwira bermelati tiga yang lama terang. Namun, katanya, itu dilakukan bertugas di Korp Intelijen tersebut. untuk kebaikan bersama dan untuk Setelah membaca situasi, mengememajukan Kota Bukittinggi yang di

tahui medan dan tantangannya, ia pimpinnya. "Meskipun suka marah- membuat konsep-konsep dalam benmarah, tetapi Pak Armedi adalah tuk kebijaksanaan dengan harapan orang yang tak pernah tega member- tepat guna bagi kepentingan pemhentikan orang," ujar seorang staf yang bangunan daerah Bukittinggi. "Ibarat dekat dengannya.

berjalan, kita lalui jalan yang sesuai Bagi Armedi sendiri, marah untuk dengan kondisi daerah," katanya. tujuan positif dan mendidik, adalah Kemudian ia bersandar kepada simbol dari keterbukaan. "Kalau ada tiga fungsi kepala daerah yang diempejabat yang tidak saya suka perilaku bannya, yakni sebagai administrator atau tindakannya, lalu saya ganti pemerintahan, pembangunan, dan kediam-diam, berarti saya pendendam. masyarakatan. "Nah, yang saya prioriDengan saya berhentikan, dia belum taskan adalah kemasyarakatan ini," tentu akan jadi baik, bahkan mungkin katanya sembari mengulas ketiga


Page 23

buku tersebut sebesar Rp 1.450.000,Uang itu sangat berarti, tetapi belum cukup untuk menerbitkan sebuah buku yang memadai.

Beberapa tahun yang lalu Asbon pernah mendapat sumbangan uang untuk menerbitkan buku yang dicitacitakannya. Uang itu dipercayakan kepada salah seorang teman seraya menyiapkan buku. Uang itu segera saja hilang dan yang mendapat kepercayaan pergi entah ke mana. Asbon yang lugu dan percaya kepada teman, akhirnya sangat kecewa. Kini, dengan bantuan Gubernur Hasan Basri Durin dan mengharapkan bantuan dari pihak lainnya, Asbon tengah menyiapkan selesainya buku kenang-kenangan Gumarang. "Bagaimanapun juga," kata Asbon, "saya sangat menghargai sumbangan Pak Hasan Basri Durin. Kepedulian beliau terhadap seni membuat saya takjub. Uang dari beliau saya titipkan di bank seraya menunggu tambahan dari dermawan yang mencintai seni."

Tugas mereka ialah menyelidiki be- diskotik. rapa jumlah anggota pasukan Sekutu

Kemampuan Asbon dalam bidan apakah ada tentara Belanda yang dang musik ini memang dapat diliikut. Di antara "kuli-kuli" pilihan ini hat dari keandalan Gumarang. Itulah terdapat pula Awaluddin Djamin yang pula yang membawanya ke New York kemudian menjadi Kapolri, Amura World Fair tahun 1964 di Amerika (kemudian Prof. Drs. Amura),

Serikat. Asbon tergabung dalam Misi Setelah pasukan Republik ter- Kesenian Indonesia dan berada di bentuk, Asbon resmi menjadi ang

Amerika Serikat selama sebelas bugota Divisi Banteng dengan pangkat lan. Dari Amerika Serikat, Asbon dan sersan mayor. Ia mengundurkan diri rombongan meneruskan perjalanan dari ketentaraan pada akhir tahun ke Perancis, Belanda, Belgia, Mesir, 1954 karena kesehatannya tidak dan India. Ia juga mengunjungi mengizinkan.

Honolulu dan Filipina. Pada akhir tahun 1948 Belanda Tahun 1970, Asbon sekali lagi di melancarkan serangan yang dikenal tunjuk untuk ikut dengan misi kesenisebagai Agresi II. Kota Bukittinggi di an Indonesia ke Expo 1970 di Osaka, duduki musuh dan Asbon tertang- Jepang. Misi tersebut berkunjung pula kap. Dia dimasukkan ke dalam pen- ke Tokyo, Hiroshima, dan Nagasaki. jara, kemudian diperiksa. Karena tidak Kesan lain yang membekas di terdapat bukti-bukti bahwa ia anggota hati Asbon ialah kegiatannya pada tentara, Asbon dibebaskan kembali. saat meletusnya pengkhianatan

Setelah mengundurkan diri seba- G-30-S/PKI. Selama berlakunya jam gai tentara Asbon meninggalkan malam, Asbon dan kawan-kawan berPadang menuju Jakarta. Pada waktu

tugas menyelenggarakan hiburan itu (1954) Orkes Gumarang sudah untuk prajurit, bahkan hampir setiap terbentuk di bawah pimpinan Alidar. malam. Atas beberapa pertimbangan, Guma- Dewasa ini Orkes Gumarang rang diserahkan kepada Asbon untuk sudah tinggal sebagai sejarah. Para memimpinnya. Sejak itu Asbon me- pendukungnya sudah berangkat tua, mulai pergulatan yang tidak ringan sedangkan penerusnya boleh dikatauntuk mengangkat Gumarang dan kan tidak ada. Memang ada beberapa memperkenalkan lagu-lagu modern orkes yang mencoba mengikuti jejak yang berakar dari lagu Minang. Gumarang, tetapi keandalan Guma

Karier musik Asbon di Gumarang rang belum tersaingi. Sungguhpun benar-benar dimulai setelah pimpin

demikian masih banyak orang yang an Gumarang berada di tangannya ingat kepada Gumarang, si Kuda Putih sejak bulan Mei 1955. Ia tidak pernah yang gagah itu! Baru-baru ini terbit lagi berpisah dengan Gumarang sam- sebuah buku kecil yang khusus mepai Gumarang kelelahan karena usia

muat lagu-lagu yang dibawakan Gutua. Kuda putih yang gagah dengan marang. Akan tetapi, buku itu tidak suara melengking itu yang berlari sece- memuaskan karena tidak ditata secara pat kilat, akhirnya kehabisan tenaga. rapi. Kini ia menjadi nostalgia yang kadang

Asbon sendiri sudah pensiun kadang membuat Asbon tersenyum (sejak tahun 1980). Kecintaannya kebahagia atau menitikkan air mata pada lagu-lagu Minang tidak pernah kerinduan.

surut. Keinginannya kini ialah menerPada saat Gumarang berada di bitkan buku yang memuat lagu-lagu tangannya, Asbon sekaligus menjadi Gumarang. Masalahnya terbentur pegawai negeri RRI pusat. Di sinilah kepada biaya. Dari Gubernur Sumatra ia berkiprah sampai pensiun. Di RRI Barat, Drs.Hasan Basri Durin, ia menia ditugaskan di bidang musik dan dapat sumbangan untuk penerbitan


Page 24

Nama

:Prof. Dr. H.Asri Rasad M.Sc.,Ph.D. Tempat tgl. lahir : Pariaman,

30 Oktober 1926 Pekerjaan : Rektor Universitas Yarsi Pendidikan

- Holland Inlandsche School (1939)
- Meer Uitgbreid Lagere School (1942)
- Koto Chiu Sakko (SMT, Jepang), Jakarta

(1943-1945)
- SMT Republik Indonesia, Jakarta (1948)
- Perguruan Tinggi Republik Indonesia,

Fakultas Kedokteran (1948-1949) - Fakultas Kedokteran UI (1950-1957) - Univ. of California Berkeley & School of

Biological Sciences, Univ. of Tennessee,

Memphis, AS (M.Sc., 1958-1959) - Oak Ridge Institute of Nuclear Studies

Medical Division, Preclinical Laboratory,

Oak Ridge, Tennessee, AS (1959-1960) - WHO International Training in Labora

tory and Field Methods of Human Population Genetics, Atomic Energy Establishment, Biology and Medical Biology and Medical Division, India

(1963) - School of Basic Medical Science, Medical

Units, University of Tennessee, AS

(Ph.D.,1968-1971) - Post Doctoral Fellow Departement of

Biochemistry, University of Tennessce, AS

(1971-1973) Pekerjaan dan Jabatan : 1945-1948 Anggota Tentara Nasional Indonesia

(TNI) Bagian Penghubung (Liason) 1948-1956 Guru pada beberapa sekolah :

1. SMP dan SMA API (Angkatan

Pemuda Indonesia), Jakarta
2. SMA Budi Utomo, Negeri, Jakarta

3. Sekolah Analis, Negeri, Jakarta 1951 Asisten Mahasiswa, Bagian

Biokimia Fak. Kedokteran Univ.

Indonesia, Jakarta 1952 Lektor Muda, Bagian Biokimia Fak.

Kedokteran, Univ. Indonesia,

Jakarta 1955 Lektor, Bagian Biokimia Fak.

aktu masih duduk di HIS, ia Ternyata hasilnya tidak menge

sudah tidak tidur di rumah cewakan. Tentu saja sambil jalan beorang-tuanya, akan tetapi disuruh me- lajar juga. Saya baca berbagai buku nemani nenek (ibu dari ayahnya) tentang pengajaran bahasa Indonesia, setiap malam. Di samping itu, ibunya sehingga saya pun punya modal. Itusudah mempersiapkan Asri untuk me- lah untuk pertama kali putra Pariaman rantau, guna melanjutkan pelajaran ini berkenalan dengan profesi guru. ke Pulau Jawa. Asri kecil sudah di Lalu berkembang. Ia pun mengajar di ajarkan memasak, menjahit pakaian SMA Budi Utomo dan Sekolah Analis dan menyetrika. Begitu selesai HIS ia Kimia Negeri di Jakarta, hingga tahun dikirim ke Jawa untuk masuk MULO. 1956.

Selama perang kemerdekaan, Sejak itu, dunia pendidikan sudah Asri Rasad bergabung dengan BKR, merupakan bagian hidupnya. Masih yang kemudian menjadi TKR dan ke- dalam status mahasiswa Fakultas mudian menjadi TRI, sebagai tentara Kedokteran UI, ia dipercaya menjadi penghubung Markas Besar TRI di Asisten Dosen Bagian Biokimia FaYogyakarta (komandannya M.T. Har- kultas Kedokteran UI (1951), lalu lekyono) dengan Allied Force Head Qu- tor muda (1952) dan menjadi lektor arter (Mabes Tentara Sekutu) di Jakarta. tiga tahun kemudian.

Ketika perjuangan sedang me- Tahun 1959 mendalami bidang muncak,muncul dua sikap terhadap kedokteran nuklir sebagai Visiting SciBelanda. Kooperasi (mau bekerja sa- entist pada Oak Ridge Institute of ma) dan nonkooperasi (sama sekali Nuclear Studies Preclinical tidak mau bekerja sama). Keadaan ini Laboratory,AS. Pulang ke Indonesia berakibat kepada pendidikan bagi ge- diangkat menjadi lektor kepala di FK nerasi muda kita. Sebab bagi mereka UI, dan tahun 1965 menjadi Kepala yang bersikap nonkooperasi, masuk Poliklinik Pusat Pendidikan dan sekolah Belanda "haram". Mau mem- Latihan Pertahanan Sipil Jakarta. buat sekolah sendiri, siapa yang akan Antara tahun 1966 hingga tahun mengajar ? Sementara sekolah- 1979, Asri Rasad menggeluti berbasekolah berada di bawah kekuasaan

gai kegiatan ilmiah di bidang kedokBelanda.

teran. Malah tahun 1977 untuk pertaWaktu itulah pemuda Asri Rasad ma kali dipercaya menjadi Pembantu yang lahir di Pariaman 30 Oktober Dekan I (akademik) FK-UI, dan untuk 1926 tampil menyediakan diri. Pada kedua kali menjabat jabatan yang tahun 1948 mengajar SMP API (Ang- sama pada tahun 1980. katan Pemuda Indonesia) di Jakarta, Tahun 1984 menjadi Dekan Fakemudian berlanjut di SMA API. Ia kultas Kedokteran, dan untuk kedua mengajar benar-benar dengan bakat kali menjabat jabatan yang sama paalamiah, sebab sebelumnya tidak per- da tahun 1987. Barulah setelah pennah belajar teori mengajar, sebagai- siun dari jabatan resmi di UI, Prof. Dr. mana dikembangkan di IKIP sekarang. H. Asri Rasad, M.Sc., Ph.D., selaku

Uniknya, karena putra Minang, ia salah seorang pendiri Universitas dipercaya memegang bidang studi Yarsi, dipercaya menjadi rektor unibahasa Indonesia, hanya karena orang versitas ini. Minang dianggap mampu berbahasa Di samping jabatan-jabatan di atas, Indonesia dengan baik. "Ya, diterima Asri Rasad juga menjadi promotor saja," tukas Asri Rasad. "Bagi saya sepuluh orang yang tengah meramyang penting, bagaimana menyam- pungkan program doktor (S3) dan kopaikan sesuatu dengan baik, dan dapat promotor enam orang untuk program diterima pihak sana dengan baik juga," yang sama dan pembimbing tujuh kata pria yang pada masa pergolakan orang yang menyelesaikan program Dewan Banteng menjadi Ketua Persa- pasca sarjana (S2). tuan Mahasiswa Sumatra Tengah yang Sehubungan dengan karier yang berdiri di Jakarta.

digelutinya, Asri Rasad juga aktif


Page 25

Nama Lengkap : H. Asril Djon
Gelar

Datuk Dirajo
Suku

: Pitopang Tempat/tgl.lahir : Desa Anding, Payakumbuh,

9 September 1946 Jabatan

: Dirut PT Asto Saranatama

Indah, Jakarta Pendidikan

- SD di Anding, 1961
- SMP di Payakumbuh, 1963
- STM di Serang, Banten, Jabar, 1967

- Universitas Jayabaya, 2 tahun kuliah Pekerjaan

- PT Farma Sari, 1970-1972
- PT Wismo Husodo Pharmatical Industry,

1972-1976
- PT Jalur Rezeki Farmasi, 1976-1979
- PT Dos Ni Roha, 1977-1980
- PT Forum Utama, 1980-1982
- PT Asto Saranatama Indah, sampai

sekarang (usaha sendiri) Keluarga Ayah

: Jamadin Dt. Bandaro Lepai Ibu

: Hj. Nurani Isteri

: Hefniwarti Bahus Nikah

: 1971 Negeri Asal

: Suliki Payakumbuh Anak-anak

1. Muharmen, 1972, Mhs. Jayabaya
2. Muhardi, 1974, Mhs. Likmi, Bandung

3. Zularfan, 1975, Akademi Maritim Alamat Rumah : Jl. Bungur Raya No. 12,

Beji Kukusan, Depok Utara
Telp : 777 4627

da beberapa cara untuk memper- Tersirat ada kecintaan yang dalam

kecil kebiasaan merantau orang dari dirinya terhadap kampung hala- Sumatra Barat, agar mereka dapat mannya. "Wajar setiap orang akan menjadi pionir pembangunan di nege- pasti mencintai tanah kelahirannya,

rinya. Caranya?"Dengan menciptakan seperti saya yang begitu menyukai


lapangan dan kesempatan kerja buat setiap yang berbau minang, terutama mereka," kata Asril Djon sambil me- masakannya,"dia berseloroh.

nyebut usaha yang di lakukan oleh Siapa Asril Djon ? Dia salah se-


salah seorang pengusaha nasional orang profil pengusaha yang menapak
yang berasal dari Ranah Minang,

di dunia usaha mulai dari anak tangga Nasroel Chas. Bisa diperkirakan be- paling bawah. Dan untuk sampai di rapa banyak generasi muda Sumatra tempatnya sekarang, bukanlah se-

Barat yang tertahan di kampung, bila suatu yang mudah bagi dirinya. Jatuh


pengusaha-pengusaha Minang yang bangun dalam berusaha sudah sangat
lain mengikuti jejak Nasroel Chas. sering dialami. "Cobaan dan rintangan
"Itu yang pertama," katanya.

yang saya alami bukan menjadikan "Yang kedua," lanjutnya, "seperti saya putus asa tapi justru saya lebih yang dilakukan Gebu Minang dengan giat lagi berusaha," tuturnya mengenai mendirikan BPR-BPR di wilayah perjuangannya dalam berusaha. wilayah yang mudah dijangkau." Dia Jika banyak pengusaha memilih menegaskan bahwa hal ini akan men- bisnis properti, perdagangan, konciptakan kesempatan kerja bagi pen- struksi, angkutan, dan sebagainya, duduk di pedesaan.

Asril Djon, setelah merambah berDia juga menyatakan kepriha- bagai jenis usaha, sekarang memilih tinannya karena mulai hilangnya be- bisnis yang dahulu tidak banyak dimiberapa kesenian Minang yang dahulu nati pengusaha lain, kitchen set, yaitu sangat akrab di telinga orang Minang suatu bisnis bagaimana memfungsitermasuk perantaunya. Dia menyebut kan ruangan dapur seindah mungkin. saluang, rabab, salawat dulang, dan "Pengalaman saya dulu,"ceritarandai, kesenian khas Minangkabau Asril tentang bidang yang dipilihnya yang sudah sangat jarang dipentaskan untuk ajang usaha, "bila ada tamu, lagi di tanah tempatnya lahir. Dia me- maka tuan rumah akan buru-buru menyebut alternatif dengan mendirikan nutup ruang dapur. Tujuannya, agar sekolah-sekolah kesenian Minang se- ruangan yang sering diabaikan kebagai jalan keluar dari langkanya pe- indahannya ini tidak terlihat oleh mentasan kesenian yang pernah di- tamu."Sekarang tidak lagi. Asril Djon akrabinya itu.

akan mengubah ruangan yang mungBila ini terwujud, dia optimistis kin awalnya merupakan ruangan kelas wisatawan yang datang ke Sumatra tiga, "sekarang menjadi kelas satu," Barat tidak hanya disuguhi panorama ujarnya mantap. Yang menjadi langyang indah oleh alam Sumatra Barat. ganan Asril adalah hotel-hotel, resto

"Mereka juga akan terpesona ran, apartemen, dan rumah-rumah dengan beragam kebudayaan dan ke- kediaman kalangan menengah ke atas. seniannya," Asril berkata mantap. "Hai Gentong," begitulah dulu Disamping itu juga, Medan Nan biasa ia dipanggil. "Julukan itu melekat Bapaneh yang telah dibenahi bangu- karena saya dulu berdagang rokok nannya di beberapa tempat di Suma- Gentong. Langganan saya adalah tra Barat, tidak akan rubuh dimakan guru-guru di sekolah. Meski rumah rayap.

mereka jauh dari tempat saya ber


Page 26

Nama

: Letnan Kolonel Atwir

Maaleh
Nama kecil : Atwir/ Mak Etek
Tanggal lahir :15 Desember 1941
Tempat lahir

: Ampang Kuranji, Koto
Baru, Sawahlunto,

Sijunjung Pendidikan

- SD, Koto Baru dan Buo Lintau, 1954


- SMP, Batusangkar, 1957
- SMA, Padangpanjang, 1963 Keluarga

Ayah : Maaleh


Ibu

: Nurani Isteri : Emma Menikah

: 1970
Anak-anak : - Cylke, Karyawan Jakarta

Convention Centre
- Jahairhil, STEKPI
- Aldino, SMP (kelas II)

Adesapto, SD (kelas VI) Penghargaan :

1. Wira Dharma (Dwikora), 1965-1966
2. Penegak (Penumpasan sisa G30S/PKI),

1966-1967
3. Dharma Pala, (Penumpasan PGRS,

Kalimantan) 1967-1981
4. Satyalencana Kesetiaan VIII, 1982
5. Satyalencana XVI, 1983
6. Satyalencana XXIV, 1988
7. Bintang Kartika Ekapakci Nararya, 1933
Alamat Rumah : Jl. Taman Radio Dalam

No. 29 B RT 001/011
Kebayoran Lama Selatan

Jakarta Selatan
Alamat Kantor :Jl. K.H Wahid Hasyim No.1

Jakarta Pusat

twir Maaleh dilahirkan di Am- lukkan perjalanan yang berat itu. Kami

pang, Kuranji, Sungai Dareh sampai di Ampang Kuranji dengan tanggal 15 Desember 1941. Ketika selamat. Dalam perjalanan, baik siang pemberontakan PRRI (Pemerintah maupun malam, kami berusaha menRevolusioner Republik Indonesia) jauhi pos-pos APRI. Jika tidak, pecah bulan Februari 1958 Atwir mungkin kami akan kena sergap dan berusia 17 tahun. Dalam usia yang habislah riwayat kami. demikian, ia tidak memahami secara "Orang-tua saya sangat heran, kemantap apa arti pemberontakan itu, napa dalam suasana yang demikian tetapi keadaan membawanya ikut. berbahaya saya sampai ke tempat beAda suatu pengalaman pribadi yang

liau. Tentu saja seluruh keluarga cetidak bisa dilupakannya dalam kaitan mas dan harus berhati-hati. Saya hadengan pemberontakan tersebut. nya tinggal dua hari saja di tempat Begini kisahnya.:

orang-tua saya, kemudian beliau me"Pada tahun 1960 pemberon- nyuruh saya kembali ke Buo. Dua hatakan sedang berada di puncaknya. ri cukuplah untuk melepaskan rindu Pertempuran terjadi di mana-mana. dengan orang-tua, dengan harapan Angkatan Perang Republik Indonesia mudah-mudahan keadaan cepat (APRI), begitu istilahnya waktu itu, aman kembali. sudah masuk ke pelosok-pelosok Su- "Patut diketahui bahwa daerah matra Barat. Akan tetapi, Buo yang Ampang Kuranji sudah diduduki oleh terletak di Kabupaten Tanah Datar APRI. Syukur bahwa agaknya tidak belum diduduki. Ketika itu, entah ka- ada yang melihat kedatangan saya, rena apa, saya sangat rindu kepada sehingga rumah orang-tua saya tidak kedua orang tua saya yang tinggal di dikepung.

Ampang Kuranji, Sungai Dareh. "Setelah dua hari, saya dan Zul Dengan kendaraan bus, jarak ini me- Azhar teman saya, pulang kembali ke liputi sekitar 150 km. Tidak ada kenda- Buo. Perjalanan kali ini tidak menemraan di daerah PRRI, tetapi saya harus puh rute seperti dari Buo ke Ampang berangkat ke Ampang Kuranji. Maka Kuranji. Kami melewati Kabupaten dengan seorang teman yang enam Sawahlunto/Sijunjung yang bertahun lebih tua daripada saya, kami batasan dengan Jambi. Perjalanan ini berangkat melalui jalan setapak, me- sama beratnya dengan perjalanan senuruni lembah dan mendaki gunung, mula, tetapi waktu yang digunakan menempuh hutan rimba yang lebat lebih pendek, yaitu tujuh hari. tanpa rasa takut. Anehnya, selama "Di Desa Koto Panjang dekat Guperjalanan yang memakan waktu 15 nung Medan, Kabupaten Sawahlunto/ hari itu, kami tidak pernah bertemu Sijunjung, kami menyeberangi jalan. harimau, gajah, ular, atau binatang Di daerah itu sudah ada pos tentara buas lainnya. Mungkin binatang yang berasal dari kesatuan Sriwijaya. binatang ini sudah mengungsi jauh ke Barangkali ada yang melaporkan ketempat yang aman, mendengar tem- pada APRI tersebut bahwa ada dua bakan meriam dan senjata lainnya. orang "tentara" PRRIbaru saja menye

"Barangkali dalam keadaan seka- berangi jalan. Sementara itu kami rang, jangankan 150 km berjalan kaki, sudah menyeberangi sungai dengan 50 km saja saya tidak akan sanggup. perahu atas bantuan penduduk seBoleh jadi karena dorongan rindu dan tempat. Ketika kami baru saja sampai cinta yang amat sangat kepada kedua di seberang sungai, sepasukan tentara orang-tua saya, saya mampu menak- dengan menaikijip datang ke tempat itu. Kami ditembaki dari seberang sungai, tetapi kami selamat. Teman saya, Zul Azhar memang membawa sepucuk senjata, sedangkan saya sama sekali tidak bersenjata. Begitulah ceritanya kami sampai lagi di Buo."