Tuliskan keteladanan yang dapat pembaca contoh dari legenda selat bali

Tahukah kamu legenda tentang asal mula Selat Bali? Kalau tidak tahu, langsung saja cek artikel ini. Selain kisahnya, di sini kamu juga bisa mendapatkan ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya!

Bagi kamu yang pernah menyeberang dari pulau Jawa ke pulau Bali, tentu sudah tak asing dengan selat yang memisahkan kedua pulau tersebut. Namun, tahukah kamu seperti apa legenda asal mula Selat Bali?

Asal mula Selat Bali ini masih berkaitan dengan seorang brahmana yang sakti dan berbudi luhur bernama Sidi Mantra. Ia memiliki seorang putra bernama Manik Angkeran yang memiliki tabiat buruk.

Lalu apa yang terjadi sampai bisa muncul selatnya, ya? Kalau penasaran, langsung saja simak kisahnya beserta ulasan menariknya di artikel ini, yuk!

Tuliskan keteladanan yang dapat pembaca contoh dari legenda selat bali
Sumber: Wikimedia Commons

Pada zaman dahulu kala di Kerajaan Daha di Kediri, Jawa Timur hiduplah seorang brahmana bernama Sidi Mantra. Sang brahmana dikenal memiliki kesaktian dan budi pekerti luhur. Tak hanya itu, ia juga dikenal memiliki pengetahuan agama yang sangat luat. Oleh karena itu, masyarakat sekitar sangat segan padanya.

Suatu hari, Batara Guru atau Sanghyang Widya menghadiahkan harta benda dan seorang istri yang cantik untuk Sidi Mantra. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Manik Angkeran. Sayangnya, sang istri meninggal dunia ketika melahirkan sang buah hati.

Seiring berjalannya waktu, Manik Angkeran tumbuh menjadi pemuda yang gagah, tampan, pemberani, dan pandai. Sayangnya, ia juga memiliki sifat yang jauh berbeda dari ayahnya. Selain manja, Manik Angkeran juga sangat suka berjudi dan mengadu ayam.

Yang membuat situasi lebih buruk, Manik sering kali kalah berjudi dan tak ragu mempertaruhkan harta kedua orang tuanya. Bahkan, sering kali ia sampai berhutang pada orang lain hingga hutangnya bertumpuk dan ia tak mampu membayarnya. Ia pun kemudian meminta bantuan pada ayahnya untuk membayarkan seluruh hutangnya itu.

Bukti Cinta Seorang Ayah

Demi buah hatinya tersayang, Sidi Mantra kemudian berpuasa dan berdoa meminta pertolongan pada Dewa. Mendadak, ia mendengar suara tanpa wujud.

“Sidi Mantra,” ucap suara itu. “Di kawah Gunung Agung ada harta yang dijaga oleh naga bernama Naga Besukih. Datanglah ke sana dan mintalah sang naga untuk memberikan sebagian hartanya padamu!”

Tanpa menunggu waktu lama, Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung. Dengan tabah, ia melewati berbagai macam rintangan yang menghadangnya di perjalanan. Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, ia duduk bersila dan membunyikan bel. Tak lupa ia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih.

Tak lama kemudian, sang naga pun keluar dan menanyakan apa tujuan Sidi Mantra memanggilnya. “Hai, Sidi Mantra! Ada apakah kau memanggilku?” tanya Naga Besukih.

“Naga Besukih, kekayaanku kini telah habis untuk berjudi anakku. Karena hutangnya menumpuk, ia sampai dikejar oleh orang-orang. Tolong bantulah aku agar bisa membayarkan hutangnya!” pinta Sida Mantra.

“Baiklah, aku akan membantumu, Sidi Mantra. Namun, kamu harus menasihati anakmu agar berhenti berjudi. Kamu sendiri tentu mengetahui kalau berjudi itu dilarang agama!”

“Aku berjanji, Naga Besukih!” jawab Sidi Mantra dengan yakin.

Setelah itu, Naga Besukih menggeliat hingga dari sisik-sisiknya keluar berlian dan emas. Ia pun kemudian menyuruh Sidi Mantra untuk mengambilnya. Dengan penuh syukur dan terima kasih, sang brahmana berpamitan.

Baca juga: Kisah Dongeng Putri Tidur dan Ulasan Lengkapnya yang Menarik

Bukti Cinta Sang Ayah yang Kedua Kalinya

Tuliskan keteladanan yang dapat pembaca contoh dari legenda selat bali

Sesampainya di rumah, Sidi Mantra memberikan harta tersebut kepada Manik Angkeran dan mengingatkan putranya untuk berhenti berjudi. Namun, bukannya menggunakan uang itu untuk membayar hutangnya, Manik Angkeran justru menghabiskannya untuk berjudi lagi.

Setelah harta itu kembali habis, Manik Angkeran kembali meminta ayahnya untuk membantu melunasi hutang. Meskipun kesal, rasa sayang Sidi Mantra pada sang putra yang begitu besar membuatnya kembali berangkat ke Gunung Agung untuk kedua kalinya.

Sesampainya di Gunung Agung, Sidi Mantra kembali melakukan ritualnya dengan membunyikan bel dan membaca mantra-mantra untuk memanggil Naga Besukih. Tak lama kemudian, sang naga keluar dari tempat persembunyiannya.

“Ada apa, Sidi Mantra?” tanya Naga Besukih, “Kenapa kau memanggilku lagi?”

“Maafkan aku, Naga Besukih!” jawab Sidi Mantra, “Sekali lagi aku ingin meminta bantuanmu untuk melunasi hutang anakku. Aku sudah menasihatinya untuk tidak berjudi, tapi ia tidak menghiraukanku.”

“Rupanya anakmu sudah tidak lagi menghormati orang tuanya, Sidi Mantra. Namun, aku akan tetap membantumu untuk yang terakhir kalinya. Ingat, ini adalah yang terakhir kalinya!” ucap Naga Besukih sembari menggeliat hingga emas dan intan keluar dari sisik tubuhnya.

Sidi Mantra kemudian memilih beberapa hartanya dan berpamitan. Ketika kembali ke rumah, ia langsung menggunakan harta tersebut untuk melunasi hutang-hutang putranya.

Harta yang Mudah Didapat

Melihat hal tersebut, Manik Angkeran merasa heran. Bagaimana bisa ayahnya mendapatkan harta dengan begitu mudahnya. Bukankah hal itu bisa membuatnya kaya raya dengan cepat?

Maka, ia pun bertanya pada sang ayah, “Darimana ayah mendapatkan semua kekayaan itu?”

“Sudahlah, Manik Angkeran. Tak perlulah kau tanyakan dari mana ayah mendapatkannya. Lebih baik kamu berhenti berjudi dan bertaruh. Dan ini adalah terakhir kalinya aku akan membantumu. Jika kamu berhutang lagi, aku tak akan membantumu!” ancam Sidi Mantra.

Meskipun begitu, tetap saja Menik Angkeran nekat berjudi dan bertaruh. Sekali lagi, hutangnya menumpuk banyak dan ia tak bisa membayarnya. Manik Angkeran pun lagi-lagi meminta bantuan ayahnya. Namun, rasa kecewa yang ada di dalam hati Sidi Mantra membuatnya menolak permintaan putranya itu.

Kemudian apakah yang akan dilakukan oleh Manik Angkeran? Akankah ia berpasrah dan tidak melakukan apa-apa? Tentu saja tidak.

Ia langsung mencari tahu dari manakah ayahnya mendapatkan harta. Ketika mengetahui bahwa sang ayah mendapatkannya dari kawah Gunung Agung, ia pun langsung membuat rencana sebaik mungkin untuk bisa menuju ke kawah tersebut.

Karena bagaimanapun juga, ia mengetahui kalau untuk bisa mencapai kawah itu, ia harus membaca sebuah mantra. Namun, sejak kecil ia tak pernah belajar tentang doa atau mantra sama sekali.

Baca juga: Kisah Hikayat Bayan Budiman yang Sarat dengan Nilai-Nilai Luhur beserta Ulasan Lengkapnya

Tuliskan keteladanan yang dapat pembaca contoh dari legenda selat bali
Sumber: YouTube – Umraity

Untuk mengatasinya, ia pun mencuri bel milik sang ayah yang tengah tidur. Tanpa menunggu waktu lama, ia langsung melakukan perjalanan ke kawah Gunung Agung. Sesampainya di tempat yang dituju, Manik Angkeran membunyikan bel yang dibawanya.

Naga Besukih yang mendengar suara bel milik Sidi Mantra itu langsung merasa terpanggil. Namun, ia sempat merasa heran mengapa tak mendengar mantra-mantra yang biasanya diucapkan oleh Sidi Mantra. Ketika Naga Besukih keluar dari persembunyiannya, ia baru mengetahui kalau yang memanggilnya adalah Manik Angkeran. Naga Besukih pun tak dapat menahan amarahnya dan langsung membuat pemuda itu ketakutan.

“Mengapa engkau memanggilku menggunakan bel yang kau curi dari ayahmu itu, Manik Angkeran?” tanyanya dengan bentakan penuh amarah.

Meskipun ketakutan, tapi Manik Angkeran tetap menunjukkan wajah memelas dan meminta tolong agar hutang-hutangnya dilunasi. Melihat sikap memelas Manik Angeran, Naga Besukih pun merasa kasihan dan menyetujuinya.

“Baiklah aku akan memberimu harta yang kamu minta. Namun, berjanjilah untuk mengubah perilakumu dan berhentilah bertaruh. Ingatlah hukum karma!”

Ketamakan Manik Angkeran

Sesudahnya, Naga Besukih menggeliat hingga emas dan permata keluar dari sisiknya. Melihat hal itu, Manik Angkeran langsung merasa takjub. Niat jahat mulai keluar di dalam hatinya dan ia semakin menginginkan lebih banyak harta lagi.

Ketamakan Manik Angkeran membuatnya mengeluarkan keris dan menebas ekor Naga Besukih ketika sang naga tengah membalikkan tubuh untuk kembali ke sarangnya. Sesudahnya, Manik Angkeran segera melarikan diri dari pinggir kawah itu dengan ketakutan.

Naga Besukih pun mencari Manik Angkeran ke segala penjuru, tapi tidak bisa menemukannya. Dengan kesal, sang naga menggunakan kesaktiannya dan membakar bekas telapak kaki Manik Angkeran. Meskipun langkah Manik Angkeran sudah jauh, tetap saja putra Sidi Mantra itu terjatuh dan terbakar hingga menjadi abu.

Kesedihan Sidi Mantra

Tuliskan keteladanan yang dapat pembaca contoh dari legenda selat bali
Sumber: Wikimedia Commons

Di rumahnya, Sidi Mantra merasa gelisah karena putranya belum juga pulang. Apalagi ia juga kehilangan bel yang biasanya digunakan untuk pemujaan. Sidi Mantra pun yakin putranyalah yang mengambil bel tersebut.

Sidi Mantra yang merasa kalau anaknya meminta bantuan Naga Besukih langsung berangkat ke Gunung Agung. Sesampainya di sana, ia mendapati sang naga tengah berada di luar persembunyiannya. Bertanyalah ia pada sang naga di mana Manik Angkeran.

Mengetahui kalau putranya meninggal dunia, Sidi Mantra menjadi sedih. Ia segera meminta Naga Besukih menghidupkan kembali putranya. Dengan kebaikan hatinya, Naga Besukih menyetujui permintaan tersebut. Namun, ia juga memberikan syarat agar Sidi Mantra mengembalikan ekor sang naga hingga kembali normal.

Sidi Mantra pun menyetujui permintaan tersebut dan menggunakan kesaktiannya untuk mengembalikan ekor Naga Besukih. Tak lama, Manik Angkeran pun dihidupkan kembali. Setelah kembali hidup, Sidi Mantra meminta putranya untuk meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi tindakannya.

Manik Angkeran pun meminta maaf dengan penuh ketulusan dan ketakutan. Kali ini, Sidi Mantra mengetahui dengan pasti bahwa putranya itu tengah bersungguh-sungguh. Meskipun begitu, ia tetap memutuskan bahwa ia tak akan bisa hidup bersama lagi dengan Manik Angkeran.

“Kamu harus memulai hidup baru, anakku!” ujar Sidi Mantra. Ia pun menyuruh putranya untuk tetap tinggal di sekitar Gunung Agung, sementara ia kembali ke rumahnya di Kerajaan Daha. Sesampainya di Tanah Benteng, ia menorehkan tongkatnya ke tanah untuk membuat garis yang memisahkannya dari sang putra.

Saat itu juga garis tersebut menjadi lebih lebar dan luas. Lama kelamaan, air laut menggenanginya dan semakin melebar menjadi selat. Selat itulah yang kini diberi nama Selat Bali dan memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Baca juga: Kisah Asli Pangeran Kodok dan Putri Versi Grimm Brothers Beserta Ulasan Menariknya

Unsur Intrinsik Legenda Asal Mula Selat Bali

Tuliskan keteladanan yang dapat pembaca contoh dari legenda selat bali
Sumber: Wikimedia Commons

Setelah mengetahui cerita rakyat terjadinya Selat Bali di atas, jangan lewatkan unsur intrinsik seputar kisahnya. Berikut ini adalah uraiannya:

1. Tema

Tema atau inti cerita dari legenda asal mula Selat Bali ini adalah tentang anak yang durhaka. Hal tersebut dijelaskan dari sikap Manik Angkeran yang tidak pernah bertanggung jawab dan seenaknya sendiri pada ayahnya.

2. Tokoh dan Perwatakan

Setelah membaca cerita legenda asal mula Selat Bali di atas, tentu kamu sudah bisa mengetahui siapa saja tokoh yang terdapat pada kisahnya. Di antaranya adalah Sidi Mantra, Manik Angkeran, dan Naga Besuki.

Sidi Mantra memiliki sifat sabar, pengampun, dan pengasih, khususnya pada putranya tersayang. Naga Besuki pun memiliki sifat pengasih, meskipun Manik Angkeran beberapa kali mengingkari janjinya, tapi tetap saja ia bersedia membantu.

Sementara itu, Manik Angkeran bersifat keras kepala, tamak, ingkar janji, dan pembohong. Hal tersebut dapat terlihat ketika ia diperingatkan tentang keburukan berjudi, tapi tak berusaha menghentikan tindakannya itu. Tak hanya mengulangi perbuatan buruknya, ia juga berbohong pada sang ayah dan Naga Besukih.

3. Latar

Ada tiga tempat kejadian peristiwa yang disebutkan dalam legenda asal mula Selat Bali ini. Yaitu pinggir kawah Gunung Agung tempat Sidi Mantra memanggil Naga Besukih, rumah Sidi Mantra yang terletak di Kerajaan Daha, dan Tanah Benteng tempat Sidi Mantra membuat garis pemisah yang menjadi cikal bakal munculnya Selat Bali.

4. Alur

Alur legenda cerita asal usul Selat Bali ini termasuk dalam jenis alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dengan Manik Angkeran yang sering berjudi dan berhutang. Ia pun sampai menjual seluruh harta orang tuanya kemudian meminta tolong pada sang ayah untuk melunasi hutangnya.

Sidi Mantra pun akhirnya membantu putranya itu menggunakan harta yang didapatkan dari Naga Besukih. Konfliknya dimulai katika Manik Angkeran tetap saja berjudi dan berhutang. Tak hanya itu, ia juga sampai membohongi dan melukai Naga Besukih demi mendapatkan harta yang banyak. Kisahnya berakhir ketika Sidi Mantra meninggalkan Manik Angkeran di Gunung Agung dan membuat garis pemisah yang menjadi Selat Bali.

5. Pesan Moral

Jadi setelah membaca cerita asal mula Selat Bali ini, kira-kira apakah pesan yang terkandung dalam kisahnya? Salah satunya tentu adalah jangan pernah menjadi serakah dan tamak. Karena sifat tersebut nantinya akan merugikan dirimu sendiri & orang-orang di sekitarmu.

Selain itu, patuhilah perintah kedua orang tuamu, khususnya mereka yang telah menyayangi dan merawatmu dari kecil. Mereka pasti akan berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik untukmu. Tak lupa, selalu tepatilah setiap janji yang telah kamu buat pada orang lain.

Bagi kedua orang tua, kisah ini juga bisa memberikan pesan agar tidak terlalu memanjakan buah hati. Sayangilah ia secukupnya dan sebaik mungkin, tapi jangan lupa mengajarkannya bertanggung jawab. Sehingga ia tak akan berlaku seenaknya sendiri.

Tak hanya unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang terkandung dalam legenda asal usul Selat Bali ini. Di antaranya adalah nilai budaya, agama, dan moral yang sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku.

Baca juga: Cerita tentang Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha yang Dijamin Bikin Siapa Saja Terharu

Fakta Menarik tentang Legenda Asal Usul Selat Bali

Tuliskan keteladanan yang dapat pembaca contoh dari legenda selat bali
Sumber: Wikimedia Commons

Setelah menyimak asal usul Selat Bali beserta ulasan mengenai unsur-unsur intrinsiknya, kini kamu bisa mengetahui fakta menariknya. Berikut ini ulasannya:

1. Keturunan Manik Angkeran

Bagi beberapa orang, legenda asal mula Selat Bali ini hanya dianggap sebagai dongeng dan takhayul semata. Namun, di Desa Besakih sendiri dipercaya ada beberapa orang yang merupakan keturunan dari Manik Angkeran. Mereka disebut juga dengan Ngurah Sidemen.

Hingga sekarang, para Ngurah Sidemen itu memiliki kewajiban dan tugas sebagai seorang Pemangku di Pura Besakih. Mereka bertugas untuk menjaga kesucian pura dan melayani masyarakat yang ingin beribadah di sana.

2. Versi Lain tentang Desa Besakih

Meskipun di atas disebutkan kalau beberapa orang di Desa Besakih merupakan keturunan dari Manik Angkeran, ada juga yang menyebutkan kalau Desa Besakih dahulunya adalah hutan belantara tak berpenghunui yang dibuka oleh Sang Yogi Markandya beserta para pengiringnya yang berjumlah ratusan orang. Rombongan yang berasal dari Gunung Raung, Jawa Timur itu berulang kali mencoba untuk mendatangi wilayah tersebut, tapi selalu gagal karena adanya beberapa gangguan.

Setelah percobaan beberapa kali, mereka sampai di hutan belantara itu, kemudian melakukan upacara penanaman Panca Datu agar dilindungi dan dapat membangun desanya. Kabarnya, nama Besakih sendiri berasal dari kata Basuki yang memiliki makna selamat.

3. Disebut Juga Segara Rupek

Sebelum dikenal dengan nama Selat Bali, kabarnya perairan yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali itu lebih dikenal dengan nama Segara Rupek. Segara memiliki arti laut, sementara rupek bermakna sempit atau tidak luas. Sehingga Segara Rupek berarti laut yang sempit.

Baca juga: Kisah Menarik tentang Belalang dan Semut beserta Ulasan Lengkapnya

Legenda Asal Usul Selat Bali sebagai Dongeng Pengantar Tidur

Jadi bagaimana? Menarik sekali kan legenda asal mula terjadi Selat Bali? Cocok kan dibacakan sebagai dongeng pengantar tidur untuk buah hati?

Sudah puas membacanya belum? Kalau belum, coba cek dongeng-dongeng lain di PosKata. Di antaranya ada cerita Rawa Pening, kisah Joko Kendil, atau asal usul Kota Semarang.