Markus 9:38-40 Kata Yohanes kepada Yesus: “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi kata Yesus: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” *** Yohanes melaporkan kepada Yesus bahwa mereka mencegah orang yang mengusir setan demi nama Yesus. Alasannya, orang itu bukan bagian dari mereka. Yohanes agaknya merasa bahwa yang berhak berbuat sesuatu demi nama Yesus hanyalah murid-murid-Nya. Orang di luar kelompok mereka tidak diperkenankan melakukan hal itu. Alih-alih memberi dukungan, Yesus malah mengkritik tindakan Yohanes. Dalam kehidupan sehari-hari, ada begitu banyak sekat yang mengotak-kotakkan masyarakat kita. Berbagai macam kelompok mudah kita temui: kelompok berdasarkan agama, berdasarkan pilihan politik, berdasarkan hobi, profesi, dan lain sebagainya. Sering kali kelompok-kelompok itu berselisih pendapat, sehingga sekarang ini kita merasa lelah mendengar berita yang isinya kegaduhan akibat gesekan-gesekan di antara mereka. Keberadaan berbagai macam kelompok sebenarnya bukan masalah, sejauh kelompok-kelompok itu bertujuan baik, yakni mengusahakan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Sayangnya, banyak kelompok justru bersikap tertutup dan merasa diri eksklusif. Mereka merasa diri sebagai kelompok yang paling hebat dan paling benar. Orang di luar kelompoknya adalah orang tidak benar yang harus dibasmi. Sikap seperti inilah yang menjadi sumber perpecahan di kalangan masyarakat. Hari ini Yesus mengajarkan kepada kita bahwa menjadi pengikut-Nya berarti menjadi orang yang terbuka. Alasan Yohanes bahwa “ia bukan pengikut kita” sangat ditentang oleh Yesus. Itu adalah alasan yang biasa dikemukakan oleh orang yang mementingkan diri sendiri dan tidak mau terbuka menerima orang lain. Bagi Yesus, yang penting bukan soal kelompok atau soal nama besar. Yang penting adalah bagaimana caranya agar Kabar Baik menyebar kepada sebanyak mungkin orang dan bagaimana caranya agar Kabar Baik itu semakin dihayati dan dihidupi. Ia mengajarkan dan melakukan perbuatan-perbuatan baik: menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, mencelikkan mata orang buta, membuka telinga orang tuli, dan lain sebagainya. Siapa saja boleh menggunakan nama Yesus dalam usaha yang sungguh-sungguh untuk berbuat baik, serta untuk menolong dan melayani orang lain. Demikianlah Yesus mengajarkan agar kita mempunyai semangat terbuka sebagai ciri khas para pengikut-Nya. Jadikan hal ini sebagai perhatian utama: Kabar Baik yang diwartakan Yesus harus semakin menyebar dan dihidupi oleh semakin banyak orang.
Pendahuluan Setiap orang bisa membangun persahabatan entah itu antara dua pribadi maupun lebih dari satu pribadi. Persahabatan itu muncul karena berbagai alasan, antara lain: adanya kesamaan ide, hobi, sifat atau karakter dan juga sikap saling membutuhkan dan cocok dalam pergaulan. Tentu masih banyak alasan lain yang bisa dijumpai dalam kehidupan konkret. Persahabatan itu membutuhkan suatu proses. Ia tidak terjadi begitu saja, karena itu persahabatan itu bisa saja berlangsung hanya sebentar saja atau bisa juga berlangsung dalam rentang waktu yang lama. Semuanya tergantung kesanggupan masing-masing pribadi untuk membangun dan mempertahankan hubungan persahabatan tersebut. Membangun Persahabatan pada Umumnya Ada beberapa pokok pikiran penting tentang hal-hal yang mesti dilakukan dan hal-hal yang wajib dihindari dalam membangun persahabatan pada umumnya, antara lain:
Untuk memahami paham Yesus Kristus tentang persahabatan sejati baiklah membaca terlebih dahulu Injil Yohanes 15: 12-16 berikut ini:
Setelah membaca perikop Injil di atas, dapat ditarik beberapa pokok pikiran berikut ini yang berkaitan dengan paham Yesus tentang persahabatan sejati, antara lain:
Sikap dan tindakan Yesus dalam persahabatan dengan para muridNya sungguh mengagumkan. Dengan demikian pantaslah Yesus kita jadikan sebagai idola dan model kita dalam mengembangkan diri dan dalam membangun persahabatan. Setelah kita mendalami dan memahami paham Yesus tentang persahabatan sejati,secara jelas bisa dilihat bahwa Yesus adalah tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi kaum remaja dan juga para orangtua dari semua lapisan dan golongan. Semua yang telah dilakukan dan dibuat Yesus seperti kepribadianNya, ajaranNya, dan tindakanNya dapat dijadikan sebagai contoh yang harus diikuti untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Mari kita melihat bersama sikap dan kepribadian Yesus berikut ini yang membuatNya pantas untuk menjadi idola kita: Yesus menerima semua orang terutama mereka yang tersingkir Orang Yahudi terutama para pemimpin agama pada zaman Yesus melihat orang miskin, sakit dan berdosa serta kaum perempuan sebagai masyarakat kelas dua. Mereka dikucilkan dalam pergaulan luas karena dianggap najis. Sebaliknya Yesus bergaul dan makan bersama dengan mereka. Yesus berani mengkritik sikap para penguasa Yesus berani menyebut raja Herodes sebagai serigala (Luk 13: 32). Yesus juga berani mengkritik ahli-ahli taurat dan orang Farisi sebagai kaum munafik (Mat 23: 27-28). Yesus memperjuangkan tatanan masyarakat yang adil dan beradab (Mrk 10: 43-44). Keberanian Yesus untuk mengkriti para penguasa bukan berarti Yesus anti penguasa. Yesus justru mendorong orang-orang untuk tetap melaksanakan kewajibannya sebagai penguasa. Namun pelaksanaan tugas sebagai penguasa jangan sampai melalaikan dan mengalahkan kewajiban kepada Allah (Mat 22:21). Hal yang dikritik Yesus adalah bukan soal kekuasaannya melainkan cara atau sikap orang dalam menjalankan kekuasaan. Kekuasaan seharusnya menyejahterakan masyarakat dan semakin mendekatkan manusia kepada Allah. Yesus mengutamakan kasih dalam menjalankan aturan agama Para pemimpin agama Yahudi terutama orang Farisi dan ahli taurat terjebak dalam fanatisme yang sempit dalam arti mereka merasa diri yang paling benar dan yang paling baik, karena merasa sudah menjalankan kewajiban keagamaan secara benar. Sikap ini ditantang oleh Yesus. Bagi Yesus aturan keagamaan penting sejauh membantu manusia untuk mencapai keselamatan seutuhnya. Yesus sangat menghormati hukum taurat terlebih menerapkannya secara benar (Mat 5: 17). Hal ini tampak jelas dalam sikap kritisnya terhadap ajaran-ajaran dalam Taurat, misalnya tentang soal membunuh (Mat 5: 21-22), soal mempersembahkan persembahan (Mat 5: 23-24), soal zinah (Mat 5: 27-30), soal perceraian (May 5: 31-32), soal balas dendam (Mat 5: 38-42), soal kasih kepada musuh (Mat 5: 43-48). Yesus adalah pribadi yang beriman Orang yang beriman adalah orang yang mau melakukan apa saja yang dikehendaki Allah sekalipun seringkali kehendak Allah itu tidak sama dengan kehendak dirinya sebagai manusia. Pengertian beriman seperti ini tampak dalam diri Yesus. Yesus mempunyai relasi yang erat dengan Allah Bapa dan relasi itu diupayakan antara lain dengan doa. Berikut ini adalah contoh tindakan Yesus yang berdoa:
Yesus juga melupakan keinginan diri sendiri demi kehendak Bapa:
Yesus juga menyerahkan seluruh jiwa raga kepada Bapa. Pada saat wafatNya Ia berseru dengan suara nyaring:
Penutup Pribadi Yesus Kristus sangat mengagumkan. Karena itu sebagai orang yang beriman akan Yesus Kristus, hendaknya kita mengikuti teladanNya, menjadikanNya sebagai tokoh idola sekaligus sahabat sejati kita. Demikianlah pembahasan tentang Yesus sahabat sejati dan tokoh idola. Semua materi pembahasan ini merupakan hasil penyesuaian dengan materi ajar pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk kelas Sepuluh semester genap. Besar harapan agar materi ajar ini memudahkan para guru dan peserta didik untuk menambah wawasan dan memperteguh iman Katolik, iman akan Yesus Kristus. |