Yang termasuk sikap dan perilaku adil terhadap diri sendiri kecuali

Allah SWT mengajarkan kepada manusia dua hal yakni keadilan dan melarang kekejian.

ANTARA FOTO/Jojon

Mengingat Allah Ilustrasi.

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mahmud Yunus


Dalam Alquran surah an-Nahl [16]: 90, Allah SWT mengajarkan kepada manusia dua hal. Pertama, Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat baik terhadap kerabat pada khususnya, terhadap sesama manusia pada umumnya. Kedua, Allah melarang kekejian, kemungkaran dan permusuhan dalam segala bentuknya.

Allah mengajarkan dua hal tersebut tidak lain agar manusia mengambil pelajaran untuk kepentingan dunia dan akhirat. Dalam ayat berikutnya: "Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu sesudah meneguhkannya, sedang kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi-saksi kalian. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat" (QS An-Nahl [16]: 91).

Sesungguhnya manusia telah bersumpah di hadapan Allah bahwa mereka akan meng-Esa-kan-Nya. Dalam konteks ini bersumpah akan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah mengingatkan: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak (keturunan) Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka".

Allah bertanya kepada mereka: "Bukankah Aku ini Tuhan kalian? Mereka menjawab: 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi"' (QS al-A'raf [7]: 172). Mengapa Allah bertanya begitu? Supaya manusia kelak di hari kiamat tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (keturunan Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap (perkara) ini (ke-Esa-an Tuhan)".

Dalam ayat lain Allah menyatakan adil itu lebih dekat kepada takwa. Dengan begitu, supaya kita tergolong orang-orang bertakwa: berlaku adillah dalam segala perkara terhadap kedua orang tua (ibu dan ayah) dan kerabat, bahkan terhadap diri sendiri.

Ada yang mempertanyakan, bagaimana bisa adil terhadap orang lain kalau terhadap diri sendiri saja belum bisa?

Allah menyatakan: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian sebenar-benarnya penegak-penegak keadilan, menjadi saksi-saksi karena Allah, walau pun terhadap diri kalian sendiri atau kedua orang tua kalian dan kerabat kalian" (QS an-Nisa [4]: 135).

Terhadap ketiga-tiganya, kita diperintahkan menegakkan keadilan dengan sebenar-benarnya: terhadap ibu dan ayah, terhadap kerabat, dan terhadap diri sendiri. Tidak adil, bila kita hanya adil terhadap ayah-ibu dan kerabat, namun tidak adil terhadap diri sendiri. Maka, lakukanlah terhadap ketiga-tiganya secara proporsional.

Adil terhadap diri sendiri antara lain adil dalam membagi waktu untuk tubuh kita. Tubuh kita sejatinya memiliki batas toleransi. Tubuh kita tidak boleh diforsir/dipaksa untuk beraktivitas. Tubuh kita memerlukan waktu untuk beristirahat. Maka, bagikanlah kedua-duanya secara proporsional.

Allah menjelaskan dalam beberapa ayat-Nya bahwa diciptakannya siang dan malam adalah untuk kebaikan/kemaslahatan manusia. Siang untuk mencari karunia Allah (mencari nafkah) sedang malam untuk beristirahat. Antara lain termaktub dalam QS ar-Rum [30]: 23, QS al-Qashash [28]: 73, QS an-Naml [27]: 86, QS al-Mu'min [40]: 61, dan QS al-An'am [6]: 60. Wallahu a'lam.n

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Yang termasuk sikap dan perilaku adil terhadap diri sendiri kecuali

Artikel () 15 Juli 2017 10:02:42 WIB

Keadilan dalam hidup selama ini seolah-olah sulit didapat. Berita di berbagai media, baik online mau online banyak memuat tendensi menguatnya ketidakadilan di masyarakat. Namun demikian sebenarnya yang terlihat dalam pandangan mata tersebut adalah keadilan yang sepertinya tidak dijalankan dengan baik oleh manusia dalam lingkup makro.

Namun jika kita melihat secara keseluruhan alam semesta, keadilan yang disediakan oleh Allah SWT, Dia Yang Maha Adil, tetap terus berjalan hingga kini. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan akibat terjadinya kebaikan atau kejahatan yang dilakukan oleh manusia.

Orang yang melakukan kebaikan, seperti bersedekah akan mendapatkan balasan kebaikan. Sebaliknya orang yang melakukan keburukan, kejahatan akan mendapatkan balasan setimpal. Masalahnya, balasan terhadap kebaikan dan kejahatan ini tidak mesti setelah dilakukannya perbuatan. Balasan akan terjadi kapan waktunya adalah hak Allah SWT. Bisa esok hari, minggu depan, bulan depan, tahun depan, beberapa bulan lagi, beberapa tahun lagi, atau ketika usia tua.

Seorang muslim dituntut berbuat adil. Karena orang berbuat adil sesungguhnya salah satu ciri orang yang bertakwa. Allah SWT berfirman dalam Alquran yang artinya “Dan janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum membuat kamu tidak mampu berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al Maidah: 8).  

Sebelum seseorang berlaku adil kepada orang lain, ia arus terlebih dahulu berlaku adil kepada dirinya sendiri. Selama ia tidak mampu berlaku adil kepada dirinya, maka ia tidak bisa mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat: 13)

Penggunaan kata takwa ditujukan hanya kepada umat Islam. Namun kita bisa juga melihat bahwa tidak sedikit orang-orang yang bukan Islam ternyata mampu berlaku adil kepada dirinya sendiri dan juga kepada orang lain. Sikap sportif dalam olahraga adalah contohnya.

Negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim justru mampu menerapkan keadilan kepada penduduknya sehingga dengan keadilan yang diterapkan menjadikan negara dan mayarakatnya mencapai level kemakmuran yang baik.

Berlaku adil kepada diri sendiri adalah dengan siap meminta maaf kepada manusia maupun hewan jika berbuat salah dan juga siap memohon ampunan kepada Allah SWT jika hati nurani sudah memberitahu kesalahan diri yang diperbuat.

Jika kita tidak mampu berbuat demikian, maka kehidupan kita juga akan mengalami ketidakadilan. Sebabnya karena ternyata kita sendiri yang melakukan kezaliman kepada orang lain dan juga diri sendiri. Oleh karena kita tidak berbuat adil kepada diri sendiri akibat kezaliman yang kita lakukan maka akhirnya kita yang akan mendapat balasan dari perbuatan tersebut.

Jika seperti demikian halnya maka kita pun akan sulit untuk berperilaku adil kepada orang lain. Karena tidak mampu berperilaku adil kepada orang lain, hidup yang kita jalani pun akan mengalami ketidakadilan. Dan yang akan memberikan hukumannya adalah Allah SWT.

Kenapa seseorang tidak bisa bersikap adil kepada dirinya sendiri? Karena ego pribadi yang terlalu tinggi. Sehingga hatinuraninya dikalahkan oleh ego tersebut. Fitrah sebagai manusia yang memiliki hatinurani pun juga tertutupi.  

Jika diri sendiri mampu berlaku adil kepada diri sendiri maka kenyamanan hidup insya Allah akan didapat. Apalagi jika mampu berlaku adil kepada orang lain ataupun makhluk hidup lainnya. Meskipun terjadi ketidakadilan di tengah masyarakat.

Maka berlaku adil kepada diri sendiri adalah modal hidup yang utama dan sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sebelum menjadi Nabi, Rasulullah SAW sudah ikut berdagang dengan pamannya dan meraih untung. Cara beliau berdagang menunjukkan bahwa beliau telah berlaku adil kepada diri sendiri dan juga orang lain. Maka keuntunganpun datang.

Rasulullah SAW sebelum menjadi Nabi sudah dikenal sebagai orang yang dipercaya. Hingga setelah beliau menjadi Nabi dan menjelang hijrah, harta yang dititipkan oleh mayarakat Mekah beliau kembalikan. Meskipun ketika menjadi Nabi dan masih dipercaya memegang barang amanah masyarakat, ejekan dan cemoohan terhadap beliau karena menyampaikan ajaran Islam tidak mengurangi kepercayaan orang kepada beliau.

Kepercayaan orang bisa didapat karena beliau berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Inilah salah satu ajaran Nabi SAW yang perlu kita tiru dalam hidup sehingga hidup kita semakin berkualitas dan kebahagiaan lahir batin bisa didapat. (efs)  

Ilustrasi: freefoto.com

Apa itu adil?, adil secara bahasa: berasal dari bahasa arab yang yaitu ‘aadilun yang berarti tidak berat sebelah, atau menempatkan sesuatu pada tempatnya. Lawan dari kata adil adalah dzalim yaitu menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Adil secara istilah berarti memberikan hak kepada orang yang berhak untuk menerimanya tanpa dikurangi sedikitpun serta meletakkan segala urusan pada tempat yang seharusnya bukan mengikuti hawa nafsu pribadi sehingga berbuat dzalim.

Yang termasuk sikap dan perilaku adil terhadap diri sendiri kecuali

Contoh Perilaku Adil Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain dalam Kehidupan Sehari-hari

Berbuat adil pada diri sendiri berarti menempatkan diri sendiri pada tempat yang baik dan benar serta tidak menuruti hawa nafsu yang dapat mencelakakan diri sendiri. Jika seseorang mampu berbuat adil terhadap dirinya, maka ia akan meraih keberhasilan dalam hidupnya, bahagia secara batiniah, menjadi pribadi yang menyenangkan sehingga disukai banyak orang, dapat meningkatkan kualitas dirinya dan nantinya memperoleh kesejahteraan lahir batin baik di dunia maupun di akhirat. Berikut adalah beberapa sikap yang menunjukkan bahwa seseorang mampu bersikap adil kepada diri sendiri:

1. Melakukan aktivitas pada waktunya

  • Pada saat masuk waktu beribadah, kita ibadah dan tidak sampai melalaikannya.
  • Pada saat  masuk waktu makan, kita makan dan tidak sampai makan sambil main handphone.
  • Pada saat masuk waktu tidur, kita tidur secukupnya.

2. Menjaga kesehatan kondisi tubuh

  • Tidak begadang karena main game atau nonton film
  • Tidak sampai melalaikan waktu makan sampai terkena penyakit magh
  • Tidak kecanduan dengan gadjet sehingga tidur sambil main gajet dan merusak mata.

B. Adil kepada orang lain

Berbuat adil kepada orang lain berarti memperlakukan orang lain dengan layak, memberikan hak orang lain dengan jujur dan benar serta tidak menyakiti atau pun merugikan orang lain. Jika seseorang mampu berbuat adil kepada orang lain, maka ia akan mampu membangun relasi/hubungan yang baik sehingga disukai banyak orang, peka terhadap masalah lingkungan, serta menjadikan lingkungan damai dan tentram. Berikut adalah beberapa sikap yang menunjukkan bahwa seseorang mampu bersikap adil kepada orang lain:

1. Berkata dengan santun

Lidah itu tajam dan akibat ucapan yang salah dapat menyakiti hati orang lain. Oleh karena itu hendaknya kita harus berhati-hati terhadap apa yang kita bicarakan yang sekiranya tidak menyinggung orang lain. Kita memposisikan diri kita sebagai lawan bicara tentu tidak ingin disakiti sebab apa yang diucapkan.

2. Berpikir sebelum bertindak

Segala tindakan yang kita lakukan hendaknya tidak merugikan orang lain. Jangan sampai terpengaruh emosi sehingga tindakan yang dilakukan sembrono dan penyesalan yang didapat. Misalnya: Anda sedang dalam kondisi marah dengan seseorang. Teman anda datang dan menanyakan tugas, lantas anda memarahinya. Suatu saat, ketika anda anda sudah dalam kondisi tenang anda akan merenungkan hal tersebut dan penyesalan yang di dapatkan. Hubungan pertemanan menjadi rusak karena emosi anda.

3. Berprasangka baik kepada orang lain

Berprasangka baik kepada orang lain dapat menciptakan energi positif dan menjadikan orang lain senang untuk bergaul dengan anda. Anda pun akan memiliki banyak relasi karena perlakuan baik kepada orang lain berefek baik pula kepada diri kita.

4. Ikut Membantu saat melihat yang lain kesusahan

Saat melihat orang lain kesusahan, maka bantulah mereka karena tidak menutup kemungkinan suatu saat anda akan mengalami kesusahan dan membutuhkan orang lain.

Nah itu tadi beberapa contoh perilaku bersikap adil. Perilaku adil ini tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga pada orang lain. Semua yang kita kerjakan akan berimbas kepada kita. Semua yang menjadi harapan kita juga menjadi harapan bagi orang lain. Karena itu perlakukan orang lain dengan layak agar kita juga diperlakukan dengan layak. Semoga bermanfaat.