Alat uji kedokteran yang digunakan untuk menilai kerja otak disebut

Electroencephalogram adalah sebuah alat yang mampu memvisualisasikan gelombang otak manusia ke dalam bentuk grafik. Gelombang otak ini diukur berdasarkan beda pontensial yang terjadi secara berulang-ulang di antara elektroda yang dihubungkan ke kepala manusia.

EEG merekam aktivitas elektrik spontan dari otak selama periode tertentu, biasanya 20-40 menit, yang direkam dari banyak elektroda yang dipasang di kulit kepala. Tes ini mampu menunjukkan tanda penyakit alzheimer dan epilepsy.

Selain untuk meneliti epilepsy dan penyakit Alzheimer, alat ini juga mengidentifikasi individu yang harus dirujuk untuk melayani pemeriksaan lebih lanjut jika penyakit otak adalah penyebab dari epilepsinya. Dokter dapat menentukan diagnosis dengan mengamati pola kejang pada EEG. Karena,  EEG biasa digunakan dalam menentukan diagnosis penyakit epilepsidengan mengidentifikasi setiap keabnormalan pada otak seperti lesi yang memicu serangan epilepsi.

Tes EEG tidak dapat membedakan EEG dari orang jenius dengan orang yang tidak pintar karena EEG tes yang relative sederhana tentang distribusi dan kuantitas aktivitas listrik dari otak. Meskipun EEG digunakan untuk meneliti penyakit epilepsy dan Alzheimer, EEG tidak dapat mendiagnosis penyakit mental Schizofrenia, alasannya EEG dari orang yang terganggu mentalnya biasanya normal.

Cara kerja EEG yaitu dengan merekam otak pasien dengan elektroda perak yang dipasang oleh teknisi yang terlatih pada kulit kepala. Elektroda ini dihubungkan secara berpasangan diatas bagian otak yang berdekatan sehingga arus terdeteksi oleh satu elektroda, akan berbeda yang terdeteksi oleh elektroda pasangannya, perbedaan voltase ini akan menggerakkan pena . Pemeriksaan ini berlangsung selama 45-47 menit dan menghasilkan gambar gelombang otak selama 5 menit. Jika seseorang tegang, EEG akan menunjukkan pola pengaktifan yang tidak sinkron dan bervoltase rendah. |sumber: id.wikipedia.org

Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. Gambar dari hasil MRI dapat membantu dokter mendiagnosis berbagai masalah seputar kesehatan Anda.

Pada tes MRI, bagian tubuh yang akan dipindai ditempatkan pada sebuah mesin yang memiliki kekuatan magnet yang sangat kuat.

Alat uji kedokteran yang digunakan untuk menilai kerja otak disebut

Gambar-gambar yang dihasilkan dari MRI adalah foto digital yang dapat disimpan di komputer dan dicetak untuk dipelajari lebih lanjut. Gambar dari hasil pemeriksaan MRI juga cenderung lebih detail jika dibandingkan dengan CT- Scan.

Ini Alasan Dilakukan MRI

Selain untuk membantu dokter mendiagnosis masalah kesehatan, pemeriksaan MRI juga dapat digunakan sebagai salah satu penentu langkah pengobatan dan mengevaluasi efektivitas terapi. MRI umumnya dilakukan pada:

1. Otak dan saraf tulang belakang

Beberapa penyakit pada otak dan saraf tulang belakang yang dapat didiagnosis dengan MRI, antara lain stroke, tumor, aneurisma, multiple sclerosis, cedera otak akibat kecelakaan, peradangan pada saraf tulang belakang, serta gangguan mata dan telinga bagian dalam.

Selain itu, MRI juga dapat dimanfaatkan untuk melihat apakah tindakan operasi pada otak diperlukan atau tidak.

2. Jantung dan pembuluh darah

MRI yang dilakukan pada jantung atau pembuluh darah bertujuan untuk melihat beberapa hal, seperti ukuran dan fungsi pada ruang jantung, ketebalan dan gerakan dinding jantung, serta tingkat kerusakan akibat serangan jantung atau penyakit jantung.

MRI juga dapat digunakan untuk mendeteksi masalah struktural pada urat nadi, seperti dinding pembuluh darah yang melemah atau sobek maupun radang dan penyumbatan pada pembuluh darah.

3. Tulang dan sendi

Pada bagian tulang dan sendi, MRI dapat membantu mengevalusi kondisi seperti infeksi tulang, kelainan pada tulang belakang dan bantalan saraf tulang belakang, tumor pada tulang dan jaringan lunak, serta peradangan sendi.

MRI juga dapat dilakukan untuk mendeteksi kondisi abnormal pada sendi yang disebabkan oleh cedera.

4. Payudara

Pemeriksaan MRI dapat dilakukan pada wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara atau pada wanita yang memiliki jaringan payudara yang padat. MRI biasanya dijadikan sebagai pelengkap pemerikaan mamografi untuk mendeteksi sel kanker pada payudara.

5. Organ dalam lainnya

MRI juga dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi tumor atau gangguan lain di berbagai organ tubuh bagian dalam, termasuk hati, ginjal, limpa, pankreas, rahim, ovarium, prostat dan testis.

Memperhitungkan Risiko MRI

Tidak seperti foto Rontgen dan CT scan, MRI tidak menggunakan radiasi sinar-X dalam prosesnya. Ini berarti orang yang rentan terhadap risiko radiasi, seperti ibu hamil, bisa menjalani MRI.

MRI juga tidak menimbulkan rasa sakit dan hingga kini belum ada bukti bahwa medan magnet dan gelombang radio dari MRI menimbulkan efek samping. Meski demikian, sebagian pasien mungkin untuk mengalami sesak napas saat berbaring di dalam mesin MRI.

Misalnya pada penderita fobia ruang sempit atau claustrophobia, mereka mungkin untuk mengalami sesak napas saat menjalani MRI, sehingga ada baiknya untuk membicarakan keluhan ini kepada dokter atau petugas medis yang bertanggung jawab di ruang radiologi.

Kemungkinan petugas medis akan memberikan obat penenang sebelum pemeriksaan MRI dilakukan guna mengurangi rasa takut atau cemas.

Yang juga perlu diketahui adalah pemeriksaan MRI tidak dapat dilakukan pada semua orang, misalnya pada pasien yang tubuhnya dipasangi alat bantu berbahan logam. Selain karena masalah keamanan, logam yang ada di tubuh mungkin untuk mengganggu gambar yang dihasilkan MRI, sehingga hasIl dari MRI bisa tidak akurat.

Jadi, informasikanlah pada dokter atau petugas medis apabila pada tubuh Anda terpasang logam atau alat elektronik, seperti:

  • implan koklea pada telinga
  • defibrilator jantung yang ditanamkan
  • katup jantung buatan (artificial heart valves)
  • sendi buatan berbahan logam (metallic joint prostheses)
  • klip logam (metal clip) atau cincin logam pada pembuluh darah

Bagi yang memiliki gangguan fungsi ginjal atau hati, konsultasi lebih lanjut dengan tim medis diperlukan sebelum MRI. Pasalnya, ada proses pemindaian MRI yang memerlukan cairan kontras guna mendapatkan hasil yang lebih baik, yang dihawatirkan dapat memperburuk kondisi ginjal atau hati.

Bagi yang memiliki tato, Anda juga sebaiknya memberi tahu dokter sebelum pemeriksaan MRI dilakukan. Tinta pada tato mungkin untuk memengaruhi hasil pemeriksaan.

Langkah Persiapan MRI

Sebelum menjalani pemeriksaan MRI, Anda dapat makan dengan normal dan mengonsumsi obat-obatan seperti biasa, kecuali dokter menyarankan sebaliknya.

Sebelum pemeriksaan dilakukan, Anda akan diminta untuk mengenakan pakaian khusus yang disediakan oleh rumah sakit. Anda juga akan diminta untuk melepas perhiasan atau benda-benda yang menempel di tubuh, seperti cincin, anting, kalung, jam tangan, atau jepit rambut.

Petugas medis juga akan meminta Anda untuk melepaskan bra dengan penyangga logam, kacamata, alat bantu dengar, atau gigi palsu yang Anda kenakan.

Proses Pemindaian dengan MRI

Pada bagian tengah mesin MRI yang berbentuk tabung, terdapat tempat tidur yang dapat digerakkan keluar masuk selama Anda diperiksa. MRI akan dioperasikan melalui komputer yang berada di ruangan terpisah demi menghindari medan magnet dari mesin pemindai.

Selama pemeriksaan, Anda dapat berkomunikasi dengan petugas medis yang mengoperasikan alat MRI melalui interkom. Mereka juga akan memantau Anda melalui sebuah monitor televisi.

Saat dilakukan pemeriksaan, alat MRI akan menghasilkan arus listrik dari kumparan pemindai dan akan mengeluarkan bunyi yang keras. Mengenakan penyumbat telinga atau headphone dapat membantu meredam suara dan ketidaknyamanan.

Selama pemidaian dilakukan, hindari bergerak dan upayakan untuk tetap diam selama 15−90 menit. Durasi tersebut tergantung area tubuh yang diperiksa dan seberapa banyak gambar yang dibutuhkan.

Pada pemeriksaan MRI yang khusus untuk menilai fungsi otak, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan hal tertentu, seperti menekan ibu jari ke arah jari-jari tangan lain, menggosok kertas amplas, atau menjawab pertanyaan sederhana. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada masalah pada bagian otak yang mengendalikan tindakan tersebut.

Apabila MRI tidak disertai dengan pemberian obat penenang, setelah selesai menjalani proses pemindaian, Anda dapat segera kembali beraktivitas. Sebaliknya bila Anda diberi obat penenang, Anda perlu menunggu terlebih dahulu hingga reaksinya hilang.

Meski pemindaian MRI tergolong aman dengan risiko yang kecil, sebagian orang sebaiknya mempertimbangkan kembali penggunaannya. Selalu konsultasikan kepada dokter mengenai perlu atau tidaknya Anda menjalani pemeriksaan MRI di rumah sakit.

Pemeriksaan electroencephalography umumnya berjalan selama 20-40 menit atau bahkan satu jam. Ini termasuk waktu untuk berkonsultasi dengan tim medis serta mempersiapkan peralatan pada awal dan akhir tes. Adapun elektroensefalografi yang dilakukan saat tidur, umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Selain itu, beberapa pemeriksaan elektroensefalografi juga bisa dilakukan berkelanjutan atau pemantauan EEG hingga 24 jam. Kondisi ini biasanya memungkinkan Anda untuk dirawat di rumah sakit atau melakukan pemeriksaan elektroensefalografi rawat jalan selama beberapa hari.

Langkah-langkah prosedur EEG

Selama tes EEG ini berjalan, Anda mungkin akan diminta untuk duduk santai di kursi atau berbaring di atas tempat tidur. Kemudian, seorang teknisi akan mengukur kepala Anda dan menandai kulit kepala Anda dengan pena khusus untuk menandai tempat di mana alat elektroda akan dipasang.

Setelah itu, sekitar 16-25 elektroda akan dipasang dengan lem atau pasta khusus ke titik yang sudah ditandai di kulit kepala Anda. Namun terkadang, Anda mungkin cukup menggunakan topi atau penutup kepala elastis khusus yang sudah dilengkapi dengan elektroda.

Elektroda ini dihubungkan dengan kabel ke mesin perekam elektroensefalografi. Cara kerja alat EEG ini adalah dengan mengirimkan gelombang otak Anda, yang hasilnya akan terekam ke peralatan komputer.

Begitu pemeriksaan dimulai, Anda harus berada dalam posisi yang rileks dan nyaman dengan mata tertutup. Namun, pada waktu tertentu, teknisi mungkin akan meminta Anda untuk membuka dan menutup mata, melakukan beberapa perhitungan sederhana, membaca kalimat tertentu, melihat gambar, menarik napas dalam-dalam, atau melihat lampu yang berkedip.

Setiap melakukan hal-hal tersebut, gerakan tubuh Anda akan direkam oleh kamera video dan alat EEG akan merekam gelombang otak Anda. Rekaman mungkin juga dihentikan secara berkala untuk membiarkan Anda beristirahat atau mengubah posisi.

Setelah pemeriksaan EEG

Alat uji kedokteran yang digunakan untuk menilai kerja otak disebut

Setelah tes selesai dan tim medis sudah mendapat hasil rekam otak, elektroda akan dilepas dari kepala Anda. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu mencuci rambut lagi begitu sampai di rumah karena sisa lem yang menempel, tetapi beberapa lainnya mungkin tidak.

Selain itu, di titik tempat elektroda dipasang, mungkin akan muncul kemerahan atau iritasi kulit. Namun jangan khawatir, ini adalah hal yang wajar dan biasanya akan hilang dalam beberapa jam. Konsultasikan dengan dokter atau tim medis bila kondisi tersebut cukup mengganggu.

Perlu diperhatikan untuk pasien yang mengonsumsi obat penenang selama pemeriksaan EEG

Sementara itu, pada kondisi tertentu, pasien mungkin perlu mengonsumsi obat penenang selama pemeriksaan EEG dijalankan. Bila Anda salah satunya, Anda mungkin diminta untuk beristirahat setelah tes dilakukan hingga efek obat penenang tersebut hilang.

Pada kondisi ini, Anda mungkin membutuhkan seseorang untuk mengantar Anda pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, beristirahatlah dan jangan mengemudi selama sisa hari itu.

Namun, bila Anda tidak mengonsumsi obat penenang, seharusnya Anda tidak merasakan efek samping apapun setelah prosedur dijalankan. Anda pun dapat kembali ke rutinitas normal Anda.

Sebelum pulang dari tempat pemeriksaan, pastikan tim medis atau dokter telah memberitahu kapan Anda dapat melanjutkan konsumsi obat yang dihentikan sementara sebelum tes. Selain itu, dokter dan tim medis pun mungkin akan memberi instruksi tambahan sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.

Cara membaca hasil EEG

Umumnya, Anda tidak akan mendapat hasil rekam otak pada hari yang sama saat tes dilakukan. Pasalnya, rekaman perlu dianalisis terlebih dahulu oleh neurofisiologis klinis dan akan dikirim ke dokter yang meminta tes elektroensefalogram dilakukan. Anda baru dapat mendiskusikan hasilnya dengan dokter dalam beberapa hari atau minggu kemudian.

Hasil EEG Normal

Saat diskusi atau janji temu, dokter akan menginterpretasikan hasil electroencephalography yang Anda jalani. Hasil EEG yang normal umumnya menunjukkan pola garis gelombang yang normal pula.

Dilansir dari MedlinePlus, aktivitas listrik otak memiliki sejumlah gelombang per detik (frekuensi) yang normal untuk berbagai situasi. Sebagai contoh, gelombang otak lebih cepat saat Anda bangun dan lebih lambat pada tahap tidur tertentu.

Hasil EEG Abnormal

Di sisi lain, hasil EEG dengan pola yang abnormal biasanya menunjukkan adanya kelainan atau kondisi medis tertentu, seperti gangguan kejang (epilepsi), gangguan tidur, cedera otak, migrain, pembengkakan otak (edema), perdarahan abnormal (hemorrhage), struktur abnormal di otak (tumor), atau kematian jaringan akibat penyumbatan aliran darah di otak (infark serebral/stroke infark).

Kondisi medis lainnya mungkin bisa saja menggambarkan hasil elektroensefalogram. Konsultasikan dengan dokter mengenai hasil tes yang Anda jalani tersebut.

Efek samping EEG

Alat uji kedokteran yang digunakan untuk menilai kerja otak disebut

Electroencephalography telah digunakan bertahun-tahun dalam dunia medis dan dinilai sebagai prosedur yang aman. Tes ini tidak menimbulkan rasa sakit atau sensasi apapun pada pasiennya. Elektroda yang merekam aktivitas listrik di otak pun tidak menimbulkan risiko tersengat listrik.

Umumnya, Anda hanya akan merasa lelah dan memiliki rambut yang berantakan setelah tes selesai. Pada beberapa kasus, Anda mungkin merasa pusing dan kesemutan di area bibir dan jari tangan saat tes dilakukan.

Selain itu, beberapa orang mungkin mengalami ruam, kemerahan, atau iritasi kulit di mana elektroda dipasang. Meski demikian, ini umumnya hanya terjadi sementara dan dapat hilang dalam beberapa jam.

Dalam kasus tertentu, seseorang bisa saja mengalami kejang saat prosedur EEG dijalankan. Kondisi ini biasanya terjadi pada seseorang dengan gangguan kejang yang mungkin sengaja dipicu oleh tim medis untuk mencatat aktivitas otak Anda selama kejang tersebut terjadi.

Namun, kejang ini juga bisa disebabkan oleh lampu berkedip atau perubahan pola pernapasan yang mungkin terjadi selama tes. Bila ini terjadi pada Anda, tim medis akan segera memberi perawatan yang sesuai jika diperlukan.

Risiko atau efek samping lain mungkin saja terjadi pada seseorang dengan kondisi medis tertentu. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum tes dijalankan, termasuk bila Anda memiliki kondisi medis tertentu yang perlu menjadi perhatian.