Apa fungsi willingness to pay

kelebihan dari yang dibayarkan dan kelebihan ini berakar pada hukum utilitas marjinal yang semakin menurun. Sumber : Djijono, 2002 dalam Dyah Ayu, 2014 dimodifikasi Gambar 2.1 Surplus Konsumen Keterangan : 0Q EP adalah Willingness to Pay 0EP adalah manfaat sosial bersih P EP adalah surplus konsumen 0EP adalah surplus produsen Surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh produsen dikurangi biaya produksi. Surplus produsen terlibat dipasar dan supply pasar menggambarkan menggambarkan biaya marjinal untuk memproduksi barang dan jasa, sedangkan permintaan pasar menggambarkan marginal benefit dari mengkonsumsi barang dan jasa. P0 Surplus Konsumen Q0 E D P Q S

7. Metode Valuasi Kontingensi Contingent Valuation Methode CVM.

Pendekatan Contingent Valuation Method dalam Dyah Ayu 2014 merupakan suatu metodologi yang berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar penilaian masyarakat terhadap barang, jasa, serta kenyamanan. Metode CVM ini bertujuan mengetahui tingkat maksimum kerelaan membayar willingness to pay dari masyarakat dan keinginan menerima Willingness to Accept, dengan cara memberikan informasi yang jelas tentang barang atau jasa tersebut kepada penerima manfaat. Adapun tujuan dari metode CVM Amanda, 2009 yaitu untuk mengetahui keinginan membayar Willingness to pay dari masyarakat, serta mengetahui keinginan menerima Willingness to accept kerusakan suatu lingkungan.

B. Penelitian Terdahulu

Berikut adalah penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan: 1. Berdasarkan penelitian Bayu Windiharto 2014, dengan judul Analisis Willingness to Pay Pendaki terhadap Pelestarian Jalur Pendakian Cemoro Kandang” yang dilakukan di Jawa Tengah. Objek penelitian ini adalah di Wana Wisata Puncak Lawu, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode Contingent Valuation Method CVM, variabel pada penelitian ini yaitu variabel nilai penawaran, pendapatan, biaya kunjungan, dan persepsi. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan Willingness to Pay WTP pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak Lawu dengan regresi logistik binner menghasilkan nilai rataan WTP sebesar Rp 9.354,29 dan nilai total WTP sebesar Rp 66 686 733.41tahun, sedangkan perhitungan dengan metode Turnbull menghasilkan nilai rataan WTP sebesar Rp 9.125 dan nilai total WTP sebesar Rp 65.025.125tahun. Nilai WTP tersebut juga menunjukkan non- use value dari Wana Wisata Puncak Lawu yaitu nilai keberadaan existence value, nilai warisan bequest value, dan nilai kebahagiaan enjoyment value dari pendaki. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap Willingness to Pay WTP maksimum pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak Lawu adalah nilai penawaran, pendapatan, biaya kunjungan dan persepsi kualitas lingkungan. 2. Pada penelitian Cintami Rahmawati 2014, dengan judul “Analisis Willingness to Pay” Wisata Air Sungai Pleret” yang dilakukan di Kota Semarang. Objek penelitian ini adalah di Sungai Pleret Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode Contingent Valuation Method CVM, variabel pada penelitian ini variabel persepsi keindahan alam, variabel pendapatan, variabel pendidikan, variabel jarak, variabel frekuensi variabel pengetahuan lingkungan sungai. Hasil penelitian ini besarnya nilai rata-rata yang bersedia dibayarkan pengunjung adalah sebesar Rp 2.900,00. Nilai tersebut dapat digunakan acuan dalam penetapan retribusi masuk yang selanjutnya dapat

Sumber daya air dikatagorikan sebagai barang publik mempunyai tiga fungsi yaitu: fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup dan fungsi ekonomi. Pengusahaan sumber daya air adalah cerminan dari fungsi ekonomi sumber daya air, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan fungsi sosial dan fungsi lingkungan hidup. Setiap badan usaha atau perorangan yang melakukan pengusahaan sumber daya air wajib melaksanakan konservasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Adanya pengusahaan air memunculkan nilai ekonomis air yang menyebabkan seseorang ingin mengorbankan barang atau jasa untuk memperoleh air (Willingness to Pay) dan kesedian menerima kompensasi atas hilangnya barang dan jasa sumber daya air dan lingkungan (Willingness to Accept). Penelitian ini mempunyai empat tujuan yaitu: menganalisis kesediaan membayar (Willingness to Pay) ketersediaan air, menganalisis kesediaan menerima (Willingness to Accept) dana kompensasi air, menganalisis paired comparison Willingness to Pay dan Willingness to Accept, dan mengidentifikasi usaha konservasi yang dilakukan oleh PDAM di Kabupaten Magelang. Data yang digunakan untuk tiga tujuan adalah data primer yang diperoleh dengan contingent valuation method dengan pertanyaan dischotomous choices ”Ya” dan ”Tidak” untuk menjawab kesediaan membayar maupun menerima sebagai variabel dependent. Jumlah uang yang bersedia dibayar (WTP) dan yang diterima (WTA), sikap, jenis kelamin, pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, luas lahan, kecukupan air, status lahan dan pendapatan sebagai variabel indepndent. Kemudian dianalisis dengan metode maximum likelihood estimation model logit. Untuk menganalisis paired comparison Willingness to Pay dan Willingness to Accept digunakan rank spearman correlation. Metode deskriptif digunakan untuk identifikasi usaha konservasi PDAM. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertama Willingness to Pay ketersediaan air sebagai akibat perubahan lingkungan secara signifikan dipengaruhi jumlah uang yang bersedia dibayar, sikap, pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, status lahan dan pendapatan. Kedua, Willingness to Accept dana kompensasi air secara signifikan dipengaruhi variabel sikap, jenis kelamin, pendidikan, jumlah anggota keluarga, kecukupan dan pendapatan. Ketiga, paired comparison Willingness to Pay dan Willingness to Accept mempunyai korelasi negatif, di mana besaran Willingness to Accept lebih besar dari Willingness to Pay, membuktikan dengan metode paired comparison dapat menurunkan gap WTA-WTP. Keempat, PDAM Temanggung belum melaksanakan konservasi sumber daya air dan konservasi yang dilaksanakan oleh PDAM Kota Magelang masih jauh dari ketentuan yang berlaku.

Water resource categorized as public goods have three function that i.e.: social function, economic function and environmental function. Water resource exertion is a reflection of economic function, what is in its execution have to pay attention to the social and environment function. Every entrepreneur or person conducting water resource exertion is obliged to execute the conservation action and improve the society prosperity. Existence of water resource exertion make rise the economic value of water that caused somebody wish to sacrifice goods or services to obtain the water ( Willingness to Pay) and willing to accept the compensation for losing goods and services of water resource and environment (Willingness to Accept). This research have four goals: analyze Willingness to Pay on the availibility of water, to analyze Willingness to Accept compensation of water fund, to analyze paired comparison of Willingness to Pay and Willingness to Accept, and to identify the conservation effort done by PDAM in Magelang Regency. Data used to first three goals is primary data obtained by contingent valuation method with dischotomous choices " Yes" or " No" to questions to Willingness to Pay and to Accept as the dependent variables, while the independent variables are the amount money that respondents willing to pay (WTP) and to accept (WTA), attitude, gender, education, age, family size, wide of farmland, water sufficiency, farmland status and income. The analysis is conducted model logit with maximum likelihood estimation method. A rank spearman correlation methods in used to analyze paired comparison of Willingness to Pay and Willingness to Accept. Then a descriptive method is used to identify the conservation effort of PDAM. The analysis result shown that, first, Willingness to Pay on the availibility of water as the result environmental change is significantly affected by the amount money willing to be paid, attitude, education, age, family size, farmland status and income. Second, Willingness to Accept is significantly affected by attitude, gender, education, family size, sufficiency and income. Third, paired comparison Willingness to Pay and Willingness to Accept have the negative correlation, where about level of Willingness to Accept is higher than Willingness to Pay, proved that by using the paired comparisons methods could degrade the gap of WTA-WTP. Fourth, PDAM of Temanggung Regency not yet execute the water resource conservation efforts, while the conservation efforts done by Magelang Municipality is still far away below the rule.

Kata Kunci : Willingness to Pay, Willingness to Accept, sumber daya air, logit, konservasi, paired comparison, water resource, conservation

Pernahkah Anda merasa bingung dan gelisah terkait penentuan harga produk? Dilihat dari bahannya, suatu produk bisa bernilai lebih mahal dibanding pengemasannya. Atau bisa juga ada produk yang terlihat mewah namun jika diberi harga fantastis, calon pelanggan justru lari ke kompetitor. Banyak sekali faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan harga. Maka dari itu, Anda harus paham dengan konsep Willingness to Pay agar pelanggan mau membeli produk dengan harga tertentu. Kenal lebih jauh mengenai Willingness to Pay (WTP) dan cara menghitungnya berikut ini.

Willingness to Pay (WTP) merupakan istilah bahasa Inggris yang apabila diartikan menjadi kesediaan untuk membayar. Dalam dunia bisnis, WTP adalah harga dengan angka tertinggi yang ditentukan perusahaan dan pembeli mau atau bersedia membeli dan membayarnya. Setiap pelanggan atau konsumen yang akan membeli suatu produk atau layanan, pasti memperhatikan 2 hal. Pertama, harga produk yang sesuai dengan kemampuan mereka. Kedua, apakah kualitas produk tersebut sesuai dengan harga yang dikeluarkan.

Baca Juga: Tips Marketing Jitu [Bagian 2]: Cara Perancangan Produk

Beberapa pelaku bisnis mungkin bingung dalam hal ini karena keinginan meningkatkan keuntungan bisnis yang tinggi. Namun pelaku bisnis atau penjual juga harus mengetahui angka WTP setiap produk agar mereka tidak rugi. Untuk itu, ketahui faktor yang memengaruhi WTP dan cara menghitungnya.

Apa fungsi willingness to pay
Sumber: freepik.com/gpointstudio

Faktor yang Memengaruhi Willingness to Pay

1. Kualitas Produk

Tentu Anda setuju, semakin baik dan berkualitas suatu produk, maka pelanggan akan semakin bersedia membayar mahal untuk produk tersebut. Hal ini terjadi karena kebanyakan pelanggan tidak mampu membedakan kualitas produk jika bukan dari harganya. Sehingga pelanggan yang awam cenderung melihat harga untuk menentukan kualitas produk. Jika produk Anda memang memiliki kualitas premium, maka jangan ragu untuk mengaitkan WTP dengan biaya produksi yang dibutuhkan.

Baca Juga: 7 Strategi Penetapan Harga Produk atau Layanan agar Bisnis Tidak Merugi

2. Situasi Ekonomi

Situasi dan kondisi ekonomi pada waktu tertentu akan memengaruhi kesediaan pelanggan membayar lebih untuk suatu produk. Anda dapat melihat contoh kasus saat pandemi covid-19 sedang merebak beberapa tahun lalu. Kegiatan ekonomi dalam segala bidang menurun drastis. Semua pembelanjaan fokus pada produk-produk kebutuhan pokok. Harga produk yang sudah diberi diskon pun akan tetap membuat pelanggan berpikir beberapa kali sebelum membelinya. Berbeda lagi dengan ketika situasi ekonomi sudah mulai pulih.

3. Kelangkaan Produk

Selain ekonomi, faktor kelangkaan produk juga berperan dalam menentukan WTP. Semakin langka suatu produk, maka semakin tinggi pula WTP yang bisa ditetapkan. Karena pelanggan memiliki kecenderungan berani membayar lebih untuk produk yang terbukti asli dan langka.

4. Popularitas Produk

Semakin populer suatu produk dalam suatu musim, semakin tinggi pula harga yang ditawarkan. Ketika produk sudah melewati musim populernya, pelanggan akan malas membayar lebih mahal. Sebagai contoh, produk fashion baju kotak-kotak ala Pak Jokowi melambung naik harganya pada saat tren baju tersebut sedang naik. Kemudian akan turun dan stabil ketika tren tersebut sudah selesai. Jadi, memperhatikan perkembangan pasar sangat penting bagi pelaku bisnis.

5. Karakteristik Konsumen

Ketika suatu bisnis mengenal baik karakteristik konsumennya, maka banyak sekali manfaat yang didapatkan. Salah satunya adalah dalam menentukan WTP mereka terhadap produk. Bayangkan saja, jika target konsumen yang dituju adalah pasar menengah ke atas tentu akan berbeda harganya dengan produk yang target pasarnya menengah ke bawah. Jadi, usahakan Anda telah menganalisis dan mengklasifikasikan konsumen sebelum menentukan WTP.

6. Keberlanjutan Produk

Produk yang memiliki manfaat dalam jangka panjang cenderung berani menetapkan WTP yang lebih tinggi. Untuk memahami hal ini, simak kondisi produk berikut. Produk yang menggunakan bahan ramah lingkungan akan cenderung lebih mahal. Namun pelanggan bersedia membayar lebih mahal karena ada nilai keberlanjutan yang baik bagi bumi.

Apa fungsi willingness to pay
Sumber: freepik.com

Cara Menghitung Willingness to Pay

Setelah mengetahui faktor-faktor di atas, mari mempelajari cara menghitung WTP untuk produk Anda. Namun sebelumnya, Anda sudah harus memiliki data dan penelitian yang cukup terlebih dahulu. Diantaranya adalah survei pelanggan dan riset kompetitor.

Sebagai contoh, Anda memiliki produk baru dengan biaya produksi untuk satu produk adalah Rp. 8.000. Kemudian Anda mengumpulkan 50 konsumen yang berpotensi terhadap produk tersebut. Tanpa memberitahukan harga produksinya, Anda meminta mereka mengisi survei tentang berapa harga yang bersedia mereka bayarkan untuk produk tersebut.

Dari jawaban mereka, didapatkan hasil harga tertinggi adalah Rp. 12.000 dan harga terendah adalah Rp. 10.000. Misalnya, 40 responden bersedia membayar Rp. 11.000, maka Anda harus mempertimbangkan suara terbanyak. Kemudian Anda kalikan saja nilai tersebut dan lihat berapa keuntungan yang didapatkan. Tentu hasil penjualan dengan harga Rp. 11.000 dikali 40 akan lebih sedikit daripada Rp. 10.000 dikali 50.

Baca Juga: Strategi Menggunakan Potongan Harga Guna Tingkatkan Penjualan

Dapat disimpulkan bahwa harga lebih tinggi tidak selalu mendatangkan keuntungan lebih banyak. Dengan mengetahui angka pasti WTP setiap produk, Anda sudah mencegah pelanggan melirik kompetitor secara tidak langsung. Jadi, tentukan WTP Anda sekarang juga dengan cara-cara di atas. Hal yang juga tidak boleh ketinggalan untuk mempertahankan pelanggan adalah pelayanan pelanggan. Harga produk dan kualitasnya tidak akan sampai kepada pelanggan jika pelayanan yang diberikan tidak maksimal. Tingkatkan pelayanan pelanggan Anda, khususnya dalam percakapan, dengan teknologi dari Qiscus. Platform multichannel chat Qiscus akan membantu mengelola percakapan pelanggan Anda lebih efektif dan efisien. Temukan lebih banyak manfaat Qiscus dengan mengikuti tautan ini.