Apa hubungan industri batik Kutawaru dengan kehidupan ekonomi masyarakatnya

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 17 are not shown in this preview.

Batik Kutawaru khas Cilacap (batik-kutawaru-cilacap.business.site)

Iyeng Veda Senin, 1 Maret 2021 | 16:10 WIB

Cilacap, Sonora.ID - Cilacap memang bukanlah kota yang identik dengan penghasil kain Batik yang indah seperti Pekalongan, Solo atau Cirebon. Namun, kabupaten yang berbatasan dengan Jawa Barat bagian selatan ini juga menghasilkan batik yang unik.

Batik Cilacap memang banyak menggunakan tema “Laut”. Sebagai kabupaten yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, tema laut dan pantai hampir selalu memengaruhi kabupaten terluas di Jawa Tengah ini.

Dengan warna dasar hitam, cokelat, atau abu-abu, biru dongker motif batik Cilacap biasanya menggambarkan kisah kejayaan prajurit Mataram di perairan Cilacap. Warna gelap tersebut menggambarkan peperangan.

Baca Juga: Serunya Berbelanja Sekaligus Membatik di Kampung Wisata Batik Solo

Pengrajin batik Cilacap juga melukis motif “Kapal Laut”. Hal ini terinspirasi dari profesi keseharian masyarakat Desa Kutawaru yang kebanyakan menjadi nelayan dan pembuat kapal.

Ada juga motif “Bunga Wijayakusuma”, bunga yang dipercaya berasal dari Nusakambangan, pulau yang menjadi bagian dari Cilacap. Dengan warna dasar hitam, bunga wijayakusuma dilukis dengan warna cerah.

Di Cilacap sendiri daerah penghasil batik kebanyakan berasal dari Desa Kutawaru. Desa Kutawaru atau yang dikenal dengan sebutan Jojok adalah sebuah kelurahan di kecamatan Cilacap Tengah, Kota Cilacap. Kelurahan Kutawaru secara geografis terletak di sebelah barat Kota Cilacap, dipisahkan oleh laut.

¹

²

(Riset Ekonomi Pembangunan)

//jurnal.untidar.ac.id/index.php/REP

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DAMPAK EKONOMI

PARIWISATA DI DESA WISATA KUTAWARU KABUPATEN CILACAP

EMPOWERMENT OF COMMUNITY AND IMPACT OF TOURISM ECONOMY IN THE VILLAGE

OF KUTAWARU TOURISM, CILACAP DISTRICT

Gentur Jalunggono¹ Rian Destiningsih²

¹´² Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan FE UNTIDAR

Abstract

This research is a research carried out in Kutawaru Tourism Village, as well as economic activities

of visitor tourism activities towards people who work as traders and innkeepers around the

Kutawaru Tourism Village. The time period of the study was conducted from April to October 2017.

In addition, from this (1) explain and know the potential form of Kutawaru Tourism Village, Cilacap

Tengah, Cilacap Regency; (2) explain the forms of community empowerment activities in Kutawaru

Tourism Village; (3) knowing and analyzing the conditions of development. In this study, the data

collected were forms of activities carried out by village managers from these results. Therefore, data

containing information in the form of a description is a very appropriate research if using a

qualitative approach. As the contents of the data are descriptive, this study uses qualitative methods.

This is according to consideration. The results of this study state that (1) the tourism potential of

Kutawaru Village is very good in terms of several aspects, social and economic aspects, market

aspects, and culture; (2) the form of empowerment activities in Kutawaru Village, among others,

processing eucalyptus oil, the Kutawaru batik industry or batik industry centers, and reference

marine tourism choices for tourists visiting through alternative tour packages; (3) development of

conditions that make it possible to start development in Kutawaru Village is feasible. This is caused

by tourism data which shows that tourist visits continue to increase from the population in Cilacap

Regency and Kutawaru Village. Besides that, Nusakambangan Island is well-known everywhere,

making it possible to become a magnet for tourists to visit this region.

Keywords: structuring model, economic institutions

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang lebih menekankan pada masalah

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Desa Wisata Kutawaru, serta pengaruh ekonomi dari

kegiatan wisata pengunjung terhadap masyarakat yang berprofesi pedagang dan pemilik penginapan

(homestay) di sekitar Desa Wisata Kutawaru. Periode waktu penelitian dilaksanakan bulan April

sampai dengan bulan Oktober 2017. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain (1) menjelaskan

dan mengetahui segala bentuk potensi Desa Wisata Kutawaru, Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap;

(2) menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Kutawaru; (3)

mengetahui dan menganalisis kondisi pengembangannya. Dalam penelitian ini, data yang

dikumpulkan adalah bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pihak

pengelola desa wisata beserta hasil dari pemberdayaan tersebut dan dampak kegiatan ekonomi

pariwisata di desa wisata ini. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan tersebut berupa informasi

dalam bentuk deskripsi, sehingga penelitian ini sangat sesuai jika menggunakan pendekatan

kualitatif. Sebagai konsekuensi data yang bersifat deskriptif maka penelitian ini menggunakan

Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 3 Nomor 2

metode kualitatif. Hal ini berdasarkan pada suatu pertimbangan. Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa (1) potensi wisata Desa Kutawaru sangat baik ditinjau dari beberapa aspek misalnya aspek

lingkungan, sosial dan ekonomi, aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran; (2) bentuk kegiatan

pemberdayaan di Desa Kutawaru antara lain industri pengolahan minyak kayu putih, industri batik

Kutawaru atau sentra industri batik, dan referensi pilihan wisata bahari bagi wisatawan yang

berkunjung melalui beberapa alternatif paket wisata; (3) kondisi pengembangan melalui analisis

SWOT dapat diambil kesimpulkan bahwa pada aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan

wisata di Desa Kutawaru layak untuk dijalankan. Hal ini karena kondisi pasar menguntungkan bagi

wisata di Kutawaru yang dilihat berdasarkan data kunjungan wisata Nasional dan Jawa Tengah

menunjukkan bahwa kunjungan wisata terus meningkat sehingga potensi pasar bagi pengembangan

wisata bahari Kabupaten Cilacap dan Desa Kutawaru. Selain itu Pulau Nusakambangan sudah

terkenal di mana-mana sehingga diharapkan akan menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung

ke wilayah ini.

Kata kunci : model penataan, kelembagaan ekonomi

PENDAHULUAN

Kabupaten Cilacap memiliki potensi wisata yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Pembangunan pariwisata bertujuan untuk mengenalkan keindahan alam, budaya dan adat istiadat

yang luhur dan beraneka ragam kepada bangsa lain. Cilacap berpotensi sebagai kota tujuan wisata

atau daerah tujuan wisata, hal ini terbukti dari banyaknya aset-aset wisata yang dimiliki Kabupaten

Cilacap serta keanekaragaman budaya yang tidak kalah menarik dengan wilayah-wilayah lain di

propinsi Jawa Tengah.

Kutawaru atau yang biasa dikenal Desa Jojok, terletak di sebelah barat kota Cilacap, dapat

diakses melalui jalan darat dan menyeberang dengan menggunakan perahu motor via Bengawan

Donan. Akses melalui perahu motor dapat ditempuh dari penyeberangan Kali Panas - Kutawaru,

Prenca -Alas malang atau Seleko - Lemah Lutik dan Ciperet. Desa ini, tepatnya terletak di sebelah

barat kelurahan Donan Kecamatan Cilacap Tengah dan Tambak Reja Kecamatan Cilacap Tengah,

serta di sebelah utara Pulau Nusakambangan. Daerah ini menjadi sangat menarik sebab memiliki

potensi alam yang indah, dikelililingi oleh hutan bakau, pegunungan dan memiliki kekayaan alam

laut serta wilayah pertanian. Potensi desa yang sedang dikembangkan selain pertanian, peternakan

kambing, juga budi daya Kepiting Soka Lunak, Tambak Udang, Tambak Ikan Bandeng, Kakap

Putih, Mujahir dan masih banyak lagi. Selain itu, adanya wisata hutan bakau dan kolam pemancingan

ikan dan penyulingan minyak kayu putih juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dari

daerah setempat dan kota Cilacap. Di Desa Kutawaru terdapat industri pengolahan minyak kayu

putih yang dilakukan oleh warga setempat dengan binaan program CSR Holcim. Tanaman kayu

putih berasal dari lahan perhutani yang berada di Desa Kutawaru sendiri sehingga bahan baku untuk

industri pengolahan minyak kayu putih ini tidak ada masalah. Terdapat juga kolam pemancingan air

laut yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung di Desa Kutawaru untuk bersantai. Pengunjung juga

dapat melakukan aktivitas di industri batik Kutawaru.

Sosialisasi tentang pariwisata bagi masyarakat di Desa Wisata Kutawaru sangat penting,

sebab akan mendorong masyarakat untuk berperan serta membantu pengembangan pariwisata.

Masyarakat akan tertarik untuk ikut menunjang pembangunan pariwisata apabila masyarakat telah

Pemberdayaan Masyarakat dan Dampak (Gentur Jalunggono, Rian Destiningsih)

memahami bahwa akan memperoleh manfaat yang positif. Jika masyarakat sudah beranggapan serta

memiliki pemikiran bahwa pariwisata akan bermanfaat baginya, maka dengan sendirinya akan

berpartisipasi mengembangkan pariwisata di Desa Wisata Kutawaru yang sesuai dengan kondisi dan

kultur masyarakat setempat. Untuk menjamin supaya pariwisata dapat berkembang secara baik dan

berkelanjutan, mendatangkan manfaat bagi masyarakat, serta meningkatkan peran serta masyarakat

dan meminimalisasi dampak negative yang mungkin timbul maka pengembangan pariwisata di Desa

Wisata Kutawaru melalui pendekatan dengan model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Didalam kamus besar indonesia pariwisata adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan

perjalanan rekreasi. Sedangkan pengertian secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang

dilakukan seseorang untuk sementara waktuyang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain

dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud mencari

nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata mata untuk menikmati kegiataan pertamasyaan

atau reakreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Pemberdayaan (empowerment) berasal dari bahasa Inggris, power diartikan sebagai

kekuasaan atau kekuatan. Menurut Korten (1992) pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian

rakyat berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun non

material melalui redistribusi modal. Sedangkan Pranarka dan Vidhyandika (1996) menjelaskan

pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi

semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional,

internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

Sulistiyani (2004) menyatakan bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan

masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut meliputi tahap

penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa

membutuhkan peningkatan kapasitas diri, tahap transformasi kemampuan berupa wawasan

pengetahuan, kecakapan ketrampilan agar terbuka wawasan dan pemberian ketrampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan, tahap peningkatan kemampuan intelektual,

kecakapan-ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan untuk mengantarkan pada

kemandirian.

Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan, memiliki perspektif yang lebih luas.

Pearse dan Stieffel (dalam Prijono, 1996) mengatakan bahwa menghormati kebhinnekaan, kekhasan

lokal, dekonsentrasi kekuatan, dan peningkatan kemandirian merupakan bentuk-bentuk

pemberdayaan partisipatif. Hasil Konferensi Habitat Agenda tingkat dunia yang diadakan di Istambul

Turki tahun 1996 menekankan perlunya pemberdayaan masyarakat yang secara tegas menyatakan

ada keabsahan dan penting bagi berbagai bentuk keterlibatan masyarakat dalam mencapai

pembangunan pemukiman yang berkelanjutan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Objek Penelitian

Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 3 Nomor 2

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten

Cilacap.

Jenis dan Sumber Data

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain data primer dan data sekunder

dengan periode penelitian April sampai Oktober 2017.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, polulasi terdiri dari (1) Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Cilacap,

(2) Tokoh Pemerintah Desa Kutawaru (Kepala Desa Kutawaru, Ketua RT), (3) Tokoh masyarakat

dan pemuda Desa Kutawaru, (4) Pengelola program sekaligus pelaku pemberdayaan masyarakat di

Desa Kutawaru. Data kualitatif pada penelitian ini dianalisis menggunakan analisis data secara

induktif. Analisis data secara induktif berarti bahwa pengumpulan data bukan dimaksudkan untuk

membuktikan hipotesis akan tetapi lebih merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-

bagian yang telah dikumpulkan. Data yang telah diperoleh kemudian dipahami dan dirangkai secara

sistematis. Sehingga akan diperoleh kesimpulan untuk menjawab permasalahan penelitian. Alasan

mengapa digunakan analisis secara induktif adalah sebagai berikut (1) Proses induktif lebih dapat

menemukan kenyataan-kenyataan jamak yang terdapat dalam data, (2) Analisis induktif lebih dapat

membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel, (3) Lebih

dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat

tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya, (4) Lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang

mempertajam hubungan-hubungan. Dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai

bagian dari struktur analitik (Moleong,2007).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini merupakan sebagian masyarakat Desa Balesari Kutawaru

yang bersentuhan langsung dengan kegiatan usaha mikro. Total responden adalah sebanyak 160.

Perangkat Desa Kutawaru serta masyarakat yang dianggap sebagai tokoh masyarakat yang mengerti

tentang program usaha mikro di Desa Kutawaru.

Potensi Desa Kutawaru

1. Pelabuhan Sleko

Pelabuhan Sleko terletak di pusat kota Cilacap. Jarak pelabuhan Sleko hanya sekitar 1

Km dari pelabuhan Wijayapura sehingga akses untuk mencapai Pelabuhan Sleko relatif

mudah. Untuk dapat mencapai Pelabuhan Sleko dapat ditempuh melalui jalan darat

menggunakan kendaraan umum yang tersedia sampai sore atau kendaraan pribadi. Terdapat

beberapa dermaga di Pelabuhan Sleko, pelabuhan merupakan salah satu pusat transportasi

jalur air di Kabupaten Cilacap. Daerah-daerah seperti kampung laut, Kutawaru dan beberapa

wilayah yang dapat ditempuh melalui jalur perairan dapat dituju melalui pelabuhan ini.

Fasilitasyang terdapat di Pelabuhan Sleko cukup memadai walaupun masih ada yang perlu

dibenahi. Fasilitas-fasilitas umum seperti kamar mandi, ruang tunggu yang sudah dilengkapi

Pemberdayaan Masyarakat dan Dampak (Gentur Jalunggono, Rian Destiningsih)

dengan kursi dan televisi, parkir area dan kantin atau tempat makan yang dapat dimanfaatkan

oleh pengunjung.

Gambar 1 Dermaga Pelabuhan Sleko

Sumber : Dokumentasi Penulis (2018)

Gambar 2 Pemandangan Aktivitas Industri

Sumber : Dokumentasi Penulis (2018)

2. Perairan Keadaan perairan di sekitar Pelabuhan Sleko yang biasa disebut dengan Kali Donan

memilik arus yang cukup tenang dalam kondisi normal sehingga perairan ini cukup aman

untuk ditempuh dengan kapal sedang maupun kecil.

Dalam melewati perairan ini, pengunjung akan disuguhi pemandangan yang tidak

dapat ditemukan di lokasi lain. Sebelah barat perairan terdapat hutan bakau yang

membentang luas sepanjang Pelabuhan sleko sampai Kutawaru, sebelah timur perairan

terdapat aktivitas tambang Pertamina dengan pemandangan alat-alat berat, kapal-kapal besar

pengangkut minyak. Selain aktivitas tambang, terdapat juga lalu lintas kapal-kapal

Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 3 Nomor 2

pengangkut penumpang yang membawa peunumpang dari Cilacap menuju Kutawaru.

Sebelah selatan perairan arah Nusakambangan yang dikenal dengan nama Kali Sapuregel

yang merupakan perairan payau, pengunjung dapat melihat keindahan pulau Nusakambangan

yang terkenal serta aktivitas pertambangan PT Holcim.

3. Alas Malang

Alas malang adalah sebuah kawasan hutan bakau yang berada di peraiaran Kali

Donan, Alas Malang berada di pertengahan antara Pelabuhan Sleko dan Kutawaru. Untuk

mencapai Alas malang dapat ditempuh menggunakan perahu dari Pelabuhan Sleko selama 10

menit. Di Alas Malang terdapat pemandangan hutan bakau khas wilayah pantai serta

pengunjung dapat menyaksikan aktivitas tambang yang terpampang di seberang perairan.

Pada lokasi ini akan dibangun tempat-tempat peristirahatan serta pembangunan sarana dan

prasarana lain.

A. Bentuk Kegiatan Pemberdayaan di Desa Kutawaru

1. Pengolahan Minyak Kayu Putih

Di Desa Kutawaru terdapat industri pengolahan minyak kayu putih yang dilakukan

oleh warga setempat dengan binaan program CSR Holcim. Tanaman kayu putih berasal dari

lahan perhutani yang berada di Desa Kutawaru sendiri sehingga bahan baku untuk industri

pengolahan minyak kayu putih ini tidak ada masalah. Terdapat juga kolam pemancingan air

laut yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung di Desa Kutawaru untuk bersantai.

Gambar 3 Pabrik Pengolahan Minyak Kayu Putih

Sumber : Dokumentasi Penulis (2018)

2. Industri Batik

Pengunjung juga dapat melakukan aktivitas di industri batik Kutawaru. Desa

Kutawaru memiliki sentra industri batik binaan CSR Holcim dengan jenis batik yang khas

yakni pola tumbuhan bakau serta binatang laut. Di sini pengunjung dapat melihat proses

Pemberdayaan Masyarakat dan Dampak (Gentur Jalunggono, Rian Destiningsih)

pembuatan batik, mengikuti proses pembuatan batik, dan dapat membeli batik yang sudah

jadi. Gambar 4 Aktivitas di Sentra Batik Desa Kutawaru

Sumber : Dokumentasi Penulis (2018)

3. Paket Perjalanan Wisata Bahari Kabupaten Cilacap

Untuk memfasilitasi dan memberi referensi pilihan wisata bahari bagi wisatawan

yang berkunjung maka dibuatkan beberapa alternatif paket wisata. Paket-aket tersebut dibuat

sesuai dengan destinasi dan waktu tempuh, sehingga diharapkan pengunjung dapat memilih

lokasi yang sesuai. Berikut adalah gambar peta destinasi wisata bahari :

Gambar 5 Rute Perjalanan Paket 1 dan 2

Sumber : Data diolah (2018)

Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 3 Nomor 2

Kondisi Pengembangan Desa Kutawaru

Untuk memahami kondisi pengembangan wisata bahari, diperlukan analisis lingkungan

internal yang meliputi berbagai hal yang dianggap sebagai sebuah kekuatan dan bisa dimanfaatkan

untuk mengembangkan usaha, dan juga berbagai hal yang menjadi kelemahan yang bisa berdampak

negatif terhadap usaha. Selain itu juga dilakukan analisis lingkungan eksternal untuk melihat

berbagai peluang yang ada untuk dimanfaatkan dan meminimalisir pengaruh halhal yang berpotensi

menjadi sebuah ancaman.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, pada aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan

wisata di Desa Kutawaru layak untuk dijalankan. Hal ini karena Kondisi pasar menguntungkan bagi

wisata di Kutawaru yang dilihat berdasarkan data kunjungan wisata Nasional dan Jawa Tengah

menunjukkan bahwa kunjungan wisata terus meningkat sehingga potensi pasar bagi pengembangan

wisata bahari Kabupaten Cilacap dan Desa Kutawaru. Selain itu Pulau Nusakambangan sudah

terkenal di mana-mana sehingga diharapkan akan menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung

ke wilayah ini.

KESIMPULAN & IMPLIKASI

KESIMPULAN

1. Potensi Wisata desa Kutawaru sangat baik ditinjau dari beberapa aspek, antara lain :

a. Aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Usaha pengembangan wisata bahari di Desa

Kutawaru Kabupaten Cilacap berdasarkan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi layak

untuk dijalankan, hal ini karena kondisi alam dan lingkungan Desa Kutawaru Kabupaten

Cilacap sangat cocok untuk pengembangan wisata bahari. Secara sosial juga didukung

oleh masyarakat dan secara ekonomi akan memberikan dampak positif yang jauh lebih

besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan dampak

negatifnya.

b. Aspek teknis. Usaha wisata bahari di Desa Kutawaru Kabupaten Cilacap berdasarkan

aspek teknis layak untuk dijalankan, hal ini karena kondisi kekinian dari destinasi wisata

yang ada masih memungkinkan untuk disusun menjadi sebuah paket wisata. Kepemilikan

kabupaten Cilacap atas kawasan perairan, aktivitas industri, bangunan bersejarah menjadi

daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

c. Aspek pasar dan pemasaran. Pengembangan usaha wisata bahari masih dimungkinkan

untuk dijalankan mengingat aktivitas melancong atau berpariwisata masyarakat Indonesia

secara umum maupun masyarakat di kawasan Barlingmascakeb menunjukkan tren yang

selalu meningkat.

2. Bentuk kegiatan pemberdayaan di Desa Kutawaru antara lain (a) industri pengolahan

minyak kayu putih yang dilakukan oleh warga setempat dengan binaan program CSR

Holcim, (b) industri batik Kutawaru atau sentra industri batik binaan CSR Holcim dengan

jenis batik yang khas yakni pola tumbuhan bakau serta binatang laut, (c) referensi pilihan

wisata bahari bagi wisatawan yang berkunjung melalui beberapa alternatif paket wisata.

Pemberdayaan Masyarakat dan Dampak (Gentur Jalunggono, Rian Destiningsih)

3. Kondisi pengembangan melalui analisis SWOT dapat diambil keismpulan bahwa pada

aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan wisata di Desa Kutawaru layak untuk

dijalankan. Hal ini karena kondisi pasar menguntungkan bagi wisata di Kutawaru yang dilihat

berdasarkan data kunjungan wisata Nasional dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa

kunjungan wisata terus meningkat sehingga potensi pasar bagi pengembangan wisata bahari

Kabupaten Cilacap dan Desa Kutawaru. Selain itu Pulau Nusakambangan sudah terkenal di

mana-mana sehingga diharapkan akan menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung ke

wilayah ini.

IMPLIKASI

1. Pengembangan wisata bahari di Desa Kutawaru sebaiknya dikembangkan dan dimulai pada

skala yang kecil terlebih dahulu, yaitu dengan dua armada kapal dan melibatkan jumlah

karyawan yang terbatas.

2. Pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana dari objek wisata yang termasuk di dalam paket

wisata bahari harus segera dilaksanakan secara bertahap. Hal tersebut bisa menjadi daya tarik

tersendiri bagi wisatawan dan sekaligus merasa nyaman dengan fasilitas yang ditawarkan.

3. Target pasar dikelompokkan ke dalam segmen-segmen tertentu dan diikuti dengan penawaran

produk yang dikembangkan secara berkelanjutan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. //www.bps.go.id. Jakarta. Diakses pada tanggal

4 April 2012.

BPS Kabupaten Cilacap. (2013). Kabupaten Cilacap Angka Tahun 2013. Cilacap : BPS Kabupaten

Cilacap.

Damanik, M. M. B, B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum., 2011. Kesuburan Tanah dan

Pemupukkan. USU Press, Medan

Hulme, David & M. Turner. 1990. Sociology of Development: Theories, Policies and Practices.

Hertfordshire: Harvester Whearsheaf.

I Gde Pitana., & Putu G, Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata Yogyakarta : CV Andi Offset

Korten. 1992. David. People Centered Development. West Harford: Kumarian Press.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset,

Bandung

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Nhantumbo, Isilda, Simon Norfolk, Joao Pereira. 2003.Community-based natural resource

management in Mozambique: A theoretical or practical strategy for local sustainable

development? The case study of Derre Forest Reserve. Sustainable livelihoods in Southern

Africa Research paper 10, Institute of Development studies, Brighton.

Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 3 Nomor 2

Oakley,P dan Marsden,D. 1984.Approaches to Participation in Rural Development. Geneva: ILO

Pranarka, A.M.W., dan Moelyarto, Vidhyandika. 1996. “Pemberdayaan (Empowerment).“Dalam

Onny S. Prijonodan A.M.W. Pranarka (ed) Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan

Implementasi, CSIS, Jakarta.

Sedarmayanti. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PR.Refika Aditama, Bandung.

Smith, Stephen L.S. , Tourism Analysis: A Handbook, Harlow, 1988. England: Longman Group.

Spillane J.J,, Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prospeknya , 1998. Yogyakarta, Kanisius

Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. 2011 Alfabeta. Bandung

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. 2006. PT.Refika Pratama. Bandung

Todaro M.P. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. 2006. Penerbit Erlangga,Jakarta.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA