Alam takambang jadi guru adalah pepatah yang berasal dari Minangkabau. Kalau dijadikan bahasa Indonesia, kira-kira menjadi ” alam terkembang (terbentang luas) dijadikan sebagai guru “. Dewasa ini, pepatah tersebut masuk dalam moto pembelajaran untuk guru. Entah kapan dimulai, yang jelas perangkat pembelajaran tersebut telah digandakan oleh banyak guru. Secara tidak langsung menyebarluaskan pepatah alam takambang jadikan guru. Nyata bagi banyak guru pepatah ini sudah familiar juga. Bahkan di Negeri Belanda juga sangat dikenal oleh pakar pendidikan di sana. Gerbang Universitas Negeri Padang- Sumatera Barat, Indonesia. Pepatah Alam Takambang jadikan guru ini sangat dipahami oleh setiap orang yang berasal dari Sumatra Barat. Pewarisannya secara oral. Pepatah ini diajarkan turun temurun. Dewasa ini penyebarannya selain secara lisan juga melalui berbagai karya tulis, termasuk di dalamnya karya sastra. Pepatah atau ungkapan ini bermakna ‘agar kita belajar pada alam yang menyajikan berbagai fenomena. Alam terbentang luas senantiasa mengabarkan sebuah kearifan’. Sejatinya pepatah atau ungkapan filosofi ini mengandung makna, pertama menunjukan sikap seseorang terhadap tanggung jawab yang seharusnya ia dilaksanakan dalam rangka pengembangan potensi diri. Keduaungkapan ini bermakna menunjukan kepada kita apa sesungguhnya sumber dari pengetahuan, teknologi dan keterampilan. AlamTakambang yakni menujukan “sumber belajar” sekaligus sebagai “sumber ilmu” yang sesungguhnya, yakni sumber belajar yang sungguh-sungguh dapat memenuhi “kebutuhan kita semua” yang sifatnya selalu ada sepanjang zaman. Alam diciptakan Allah untuk dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Dapat dirinci, di antaranya sangat banyak pelajaran yang bisa diambil darinya. Karena kearifan para pemikir masyarakat Minangkamabu itu muncul ungkapan “Alam Takambang jadikan Guru”. Banyak sudah teknologi canggih yang kita gunakan sekarang ini mengambil prinsip kerjanya dari alam ini. Untuk itu kita selalu bersahabat dengan alam (lingkungan dimana kita berada) agar kita selalu dapat memetik “pelajaran” darinya. Alam Takambang Sebagai Sumber Pengetahuan. AECT (Association for Education and Communication Technology) menyatakan bahwa sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan sekitar, dan sebagainya yang dapat meningkatkan kadar keaktifan dalam proses pembelajaran. Sumber pengetahuan adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar atau di lingkungan belajar yang berfungsi menyediakan aneka pengetahuan baik pengetahuan fiksika, sosial ataupun psikologis. Alm sekitar sebagai sumber pengetahuan juga berfunsi untuk membantu optimalisasi aktifitas belajar. Optimalisasi aktifitas belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar. Sumber belajar dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari. Kegiatan belajarnya dapat berlansung dimana saja dan kapan saja, dengan kata lain dengan sumber belajar yang bersifat sangat luas itu anak belajar tidak terikat oleh ruang dan waktu. Hal ini berarti bahwa bahwa alam sekitar yang dijadikan sumber belajar bermakna jauh lebih luas dan lebih bervariasi jika dibandingan “guru” dan perpustakaan di sekolah sebagai sumber belajar atau sumber pengetahuan. Dengan hal yang seperti itu semua orang akan mendapat peluang untuk belajar sepanjang hayat, karena didukung dengan ketersediaan sumber belajar sekaligus sumber ilmu dimana-mana. Hal ini juga mengandung makna bahwa seorang guru yang mengajar mengambil bahan pelajaran juga berasal dari alam takambang ini. Alam Takambang Jadikan Guru tantu saja merupakan sumber belajar yang maha lengkap, jauh lebih lengkap jika dibandingkan dengan sumber belajar pendidikan formal yang berupa pustaka, labortoriun dan work shop. Belajar dengan alam takambang akan selalu serasi dan selaras dengan perkembangan anak, perkembangan ilmu dan teknologi. Karena belajar dengan alam takambang tidak akan ada dirumitkan oleh apa-apa saja, yang disebut dengan keterikatan, keterbelakangan, keterbatasan , kadaluarsa dan lain sebagainya. Alam Takambang dijadikan guru tidak jadi masalah terkait dengan jauh atau dekat objek, karena dengan bantuan teknologi banyak hal menjadi sangat mudah. Pemerataan mendapatkan pendidikan dan pengajaran, pemerataan peningfkatan mutu atau memperluas peluang dan kesempatan mendapatkan pendidikan tidak ada masalah….yang penting penyesuaian penggunaan metodologi belajar atau pembelajaran. Dengan prinsip-prinsip belajar dengan alam takambang akan menumbuhkan jiwa kemerdekaan, seseorang hanya patuh dan ta’at kepada kebenaran dan patuh dan hormat kepada kebajikan, bukan patuh kepada siapa-siapa kecuali kepada yang jujur atau berakhlak mulia.
Adaik Basandi Syara’,Syara’ Basandi Kitabullah,Syara’ Mangato Adaik Mamakai,Alam Takambang Jadi Guru…itulah falsafah masyarakat Minangkabau yang sangat istimewa.Selama ini banyak pembahasan mengenai ABS SBK,SM AM,namun sangat jarang orang memaparkan makna dari Alam Takambang Jadi Guru,padahal ini sangat erat kaitannya dengan ABS SBK,SM AM,bahkan selalu berhubungan.
Minangkabau bukan hanya sebagai tempat hidup dan mati, bukan hanya tempat hidup dan berkembang, tetapi minangkabau juga memiliki makna filosofis. Seperti yang ada dalam ungkapan pepatah minangkabau “alam takambang jadi guru”.Alam memiliki makna yang mendalam dengan segala bentuk, sifat, serta segala yang terjadi di dalamnya, merupakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pedoman, ajaran, dan guru. Adat Minangkabau yang dinamis, menempatkan raso (hati, kearifan, intuitif) dan pareso (akal, rasio, logika), sebagai hasil dari falsafah, “alam takambang jadi guru.”Artinya, adat Minangkabau mengandung unsur adat dan ilmu. Belajar kepada alam berarti mengambil pelajaran dari perjalanan hidup. Dalam pengertian hukum, adat adalah pedoman atau patokan dalam bertingkah laku, bersikap, berbicara, bergaul, dan berpakaian. Adat atau norma telah berjalan lama sekali dan turun temurun disebut tradisi, adalah tata cara memelihara hubungan baik antar sesama. Alam sebagai ajaran dan pandangan hidup kata-kata yang menjadi pedoman hidup bagi manusia dalam berbuat, bertindak, dan berprilaku. Dalam minangkabau pun begitu, mereka membuat segala bentuk pepatah-petitih dan mamang berdasarkan kehidupan yang ada di alam semesta ini. Hal tersebut lalu dijadikan sebagai aturan, hukum, dan ketentuan adat. Mereka menerapkan semua itu dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang dinamakan ajaran minangkabau.Dalam kata pusaka minangkabau telah diungkapkan, bahwa.
Pada dasarnya, alam memiliki dua sifat yang paling mendasar. Pertama, bersifat tetap, artinya alam tidak pernah berubah sejak dulu sampai kini. Semua hal yang tidak berubah itu dijadikan masyarakat minangkabau sebagai dasar atau landasan hukum dan rumusan adat. Landasan itu disebut “adat babuhua mati”. Kedua, bersifat tidak tetap artinya alam dapat berubah-berubah sesuai dengan kodratnya. Semua itu disebabkan oleh keadaan, situasi dan cuaca. Sifat ini juga dijadikan oleh orang minangkabau sebagai rumusan membuat adat, yang disebut dengan “adat babuhua sintak”.
Informasi apa yang didapatkan dari kata pusaka tersebut? Ternyata orang minangkabau terdahulu tidak hanya mengenal dunia agraris saja, tetapi juga telah mengenal pertambangan. Alam mereka jadikan sebagai landasan untuk merumuskan dan menyusun ajaran adat. Kemudian mereka menjadikan alam sebagai sumber hidup dan kehidupan mereka. Apapun yang diberikan alam, mereka jadikan sebagai sumber kesejahteraan sumber daya alam. Memanfaat pemberian alam untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. |