Apa yang terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi protein

Protein merupakan salah satu nutrisi penting untuk tubuh. Banyak manfaat yang kita dapat jika mengonsumsi protein dalam jumlah yang wajar. Namun, kalau kelebihan protein apalagi dijadikan gaya hidup jangka panjang, akan ada risiko yang menghampiri.

Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang apa saja risiko tubuh mengalami kelebihan asupan protein berikut ini, Moms!

Baca Juga: Pentingnya Sumber Protein Nabati untuk Tumbuh Kembang Anak

Dampak Kelebihan Protein pada Tubuh

Moms dan Dads mungkin familiar dengan diet tinggi protein yang baru-baru ini tren kembali, seperti diet ketogenik atau yang biasa dipersingkat sebagai diet keto.

Diet keto merupakan diet yang dilakukan dengan cara melakukan pola makan rendah karbohidrat serta rendah lemak.

Diet tinggi protein telah terbukti membantu mengurangi lemak, menurunkan berat badan, mempercepat, dan mempertahankan rasa kenyang, serta menjaga otot.

Namun, kelebihan protein dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan risiko komplikasi kesehatan tertentu.

Lalu, apa saja risiko kelebihan protein terutama jika dikonsumsi jangka panjang?

1. Kenaikan Berat Badan

Apa yang terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi protein

Foto: Kelebihan protein dapat menyebabkan kenaikan berat badan (Freepik.com)

Foto: freepik.com

Risiko kelebihan protein yang pertama yaitu menyebabkan kenaikan berat badan. Lho kok, berat badan naik bukannya turun?

Diet tinggi protein memang akan membuat berat badan turun dalam waktu yang relatif singkat, tetapi juga diikuti risiko kenaikan berat badan yang juga cepat.

Kelebihan protein yang dikonsumsi biasanya akan disimpan sebagai lemak, sedangkan kelebihan asam amino akan dikeluarkan melalui kotoran.

Seiring berjalannya waktu, hal ini justru akan menyebabkan penambahan berat badan, terutama jika mengonsumsi terlalu banyak kalori saat mencoba meningkatkan asupan protein.

Sebuah penelitian pada tahun 2016 yang dipublikasikan oleh Clinical Nutrition menemukan bahwa mengganti karbohidrat dengan protein berhubungan erat dengan kenaikan berat badan secara signifikan, tetapi tidak saat protein menggantikan lemak.

2. Bau Mulut

Risiko kelebihan protein juga dapat menyebabkan bau mulut, terutama saat tubuh membatasi asupan karbohidrat.

Menyikat dan membersihkan gigi tidak akan menghilangkan bau mulut ini.

Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi bau mulut akibat kelebihan protein, seperti minum banyak air putih, menyikat gigi lebih sering, atau mengunyah permen karet.

3. Sembelit atau Susah BAB

Apa yang terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi protein

Foto: Kelebihan protein menyebabkan sembelit (Freepik.com)

Foto: freepik.com

Sebuah penelitian menemukan bahwa 44% orang mengalami sembelit akibat menu diet tinggi protein, membatasi asupan karbohidrat, serta rendah serat.

Diet tinggi protein dapat menyulitkan sistem pencernaan tubuh akibat fokusnya menu makanan terhadap protein saja.

Dikutip dari Women’s Health, bukan hanya menyebabkan konstipasi, kelebihan protein juga membuat orang jarang makan serat.

Orang yang sedang fokus pada diet tinggi protein sering fokus pada konsumsi protein hewani yang tidak mengandung serat.

Baca Juga: 4 Kesalahan Diet dalam Keto Pemula, Wajib Tahu!

4. Diare Berat

Jika Moms dan Dads baru mencoba menekuni diet tinggi protein, direkomendasikan untuk minum lebih banyak air dan tidak lupa menambahkan serat dalam menu, karena kelebihan protein menyebabkan diare.

Dengan mengonsumsi terlalu banyak produk susu atau olahannya, ditambah dengan kurangnya asupan serat, inilah yang kemudian menyebabkan diare.

Kondisi ini dapat semakin buruk jika Moms atau Dads intoleran terhadap laktosa atau mengonsumsi sumber protein seperti daging yang digoreng, ikan, dan unggas.

Untuk menghindari diare, perbanyaklah minum air putih dan hindari minuman berkafein.

Selain itu, batasi juga makanan yang digoreng, hindari konsumsi lemak berlebih, serta tingkatkan konsumsi makanan dengan asupan serat yang tinggi.

5. Dehidrasi

Apa yang terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi protein

Foto: Kelebihan protein juga dapat menyebabkan dehidrasi (Freepik.com)

Foto: freepik.com

Dalam sebuah studi bertajuk High Protein Diets Cause Dehydration, Even in Trained Athletes menemukan bahwa saat asupan protein meningkat, tingkat hidrasi tubuh akan menurun.

Studi lainnya di tahun 2006 menyimpulkan hal senada, yaitu mengonsumsi lebih banyak protein mengurangi hidrasi tubuh.

Karena risiko kelebihan protein menyebabkan dehidrasi, cobalah untuk mencegahnya dengan meningkatkan asupan air ke dalam tubuh, terutama jika Moms dan Dads memiliki banyak kegiatan sehari-hari.

6. Kerusakan Ginjal

Meskipun tidak ada penelitian besar yang menghubungkan risiko kelebihan protein menyebabkan kerusakan ginjal pada seseorang yang sehat, orang dengan riwayat penyakit ginjal dapat terdampak jenis diet ini.

Hal ini terjadi karena kadar nitrogen yang berlebihan ditemukan dalam asam amino.

Akibatnya, ginjal harus bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan nitrogen dan limbah hasil metabolisme protein lainnya, tentu saja hal ini membuat ginjal yang sudah rusak semakin kepayahan menjalankan tugasnya.

Baca Juga: 10 Sumber Protein Alami yang Bikin Tubuh Lebih Kuat

7. Meningkatnya Risiko Kanker

Apa yang terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi protein

Foto: Kelebihan protein untuk jangka panjang meningkatkan risiko kanker (Freepik.com)

Foto: freepik.com

Penelitian lain menunjukan kelebihan protein karena mengonsumsi daging merah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit kanker.

Mengonsumsi lebih banyak daging merah dan olahannya dikaitkan dengan berbagai macam kanker, misalnya kanker kolorektal, kanker payudara, atau kanker prostat.

Namun sebaliknya, mengonsumsi protein dari sumber nabati justru dapat menurunkan risiko kanker.

Para ilmuwan menduga karena sebagian hormon tertentu, senyawa karsinogenik, dan lemak yang ditemukan dalam daging dapat memicu risiko kanker.

8. Penyakit Jantung

Risiko kelebihan protein, terutama yang berasal dari daging merah dan makanan olahan susu berlemak, yaitu dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Hal ini dikaitkan dengan asupan lemak jenuh dan kolesterol yang lebih tinggi.

Menurut penelitian tahun 2010, makan daging merah dan produk susu tinggi lemak dalam jumlah besar terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada wanita.

Dalam sebuah penelitian European Heart Journal menunjukkan bahwa konsumsi daging merah dalam jangka panjang dapat meningkatkan trimethylamine N-oxide (TMAO).

Ini merupakan bahan kimia yang dihasilkan usus dan dikaitkan dengan penyakit jantung.

Baca Juga: Serba-serbi Diet Keto, yang Dianggap Ampuh Turunkan Berat Badan

Kelebihan Protein pada Ibu Hamil

Apa yang terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi protein

Foto: Ibu hamil yang kelebihan protein dapat membahayakan janin (Freepik.com)

Foto: freepik.com

Tak hanya itu, kelebihan protein juga menyebabkan gangguan kesehatan pada ibu hamil. Berikut sejumlah gangguan kesehatan yang dapat terjadi, antara lain:

9. Janin Tidak Berkembang Baik

Asupan protein sangat penting pada masa kehamilan. Tanpa jumlah yang cukup, calon bayi di dalam kandungan tidak akan tumbuh secara normal.

Wanita hamil membutuhkan lebih banyak protein dibandingkan wanita yang sedang tidak hamil.

Wanita hamil membutuhkan sekitar 300 kalori ekstra per hari selama kehamilan.

Namun, menurut American Pregnancy Association, mengonsumsi kalori berlebihan dapat menyebabkan penambahan berat badan yang tidak sehat.

Kelebihan protein pada ibu hamil juga tidak memberikan manfaat yang terlihat pada perkembangan bayi.

10. Mengganggu Fungi Organ

Apa yang terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi protein

Foto: Ibu hamil tekanan darah tinggi.jpeg (whattoexpect.com)

Foto: Orami Photo Stocks

Dalam Energy and Protein Intake in Pregnancy, peneliti menemukan pemberian suplementasi tinggi protein saja tidak bermanfaat bagi kehamilan dan mungkin dapat berbahaya untuk janin.

Selain itu, kelebihan protein pada ibu hamil dapat menyebabkan ginjal tidak mampu berfungsi dengan baik, sehingga protein dalam darah akan keluar bersama dengan urine yang biasa disebut proteinuria.

Proteinuria sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan indikasi ada yang tidak beres di dalam tubuh.

Misalnya kondisi preeklampsia dan eklampsia, obesitas, gangguan imunitas tubuh dan lain sebagainya.

Mengonsumsi banyak air putih serrta mengontrol asupan protein dan garam yang masuk ke tubuh dapat mengurangi risiko kelebihan protein pada ibu hamil ini.

Baca Juga: Diet Keto Ibu Menyusui, Apakah Boleh Dilakukan?

11. Hilangnya Kalsium

Kelebihan protein pada ibu hamil juga menyebabkan hilangnya kalsium dalam tubuh.

Ini kadang-kadang dikaitkan dengan osteoporosis dan kesehatan tulang yang buruk.

Sebuah studi tahun 2013 dalam Research Gate menemukan adanya hubungan antara tingkat konsumsi protein yang tinggi dan kesehatan tulang yang buruk.

Namun, tinjauan 2013 lainnya menemukan bahwa efek protein pada kesehatan tulang tidak meyakinkan.

Meski begitu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat dampak kelebihan protein pada ibu hamil ini.

Batasan Normal Protein untuk Tubuh

Apa yang terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi protein

Foto: Kelebihan protein pada anak tidak memberikan manfaat (Freepi)

Foto: Freepik.com

Di luar dampak kelebihan protein pada anak atau ibu hamil, protein merupakan salah satu nutrisi penting untuk tubuh.

Biasanya untuk mencukupi asupan protein dalam tubuh pada anak, orang tua cenderung memberikan asupan protein berlebih pada anak termasuk memberikannya suplemen protein.

Namun, Moms dan Dads harus tetap memperhatikan jumlah asupan proteinnya, karena kelebihan protein pada anak jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Berikut batasan asupan protein untuk tubuh yang dianjurkan, antara lain:

1. Asupan Protein pada Anak

Health Essentials Cleveland Clinic mengatakan bahwa anak-anak usia 4-9 tahun hanya membutuhkan sekitar 19 gram protein setiap hari.

Sementara untuk mereka yang berusia 9-13 tahun hanya membutuhkan sekitar 34 gram per hari.

Secara keseluruhan, anak-anak harus mendapatkan protein yang cukup setiap hari untuk pertumbuhan dan kesehatannya.

Kelebihan protein pada anak malah menimbulkan berbagai risiko kesehatan, seperti kelebihan berat badan, kerusakan organ, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Bagian tubuh manusia seperti tulang, otot, kulit, dan sebagian besar organ tubuh lainnya terbuat dari asam amino yang merupakan zat hasil metabolisme protein.

2. Asupan Protein untuk Dewasa

Dalam Harvard Medical School, asupan protein yang dianjurkan adalah 0,8 gram protein sederhana per kilogram berat badan.

Dalam arti tertentu, ini adalah jumlah minimum protein yang diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit.

Tentunya setiap orang membutuhkan jumlah protein yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, Mom bisa berkonsultasi ke dokter.

3. Asupan Protein untuk Lansia

Protein dibutuhkan lebih banyak untuk orang dewasa berusia 65 tahun ke atas.

Mengutip AARP di usia tua, tubuh berisiko mengalami sarkopenia, yaitu hilangnya massa, kekuatan, dan fungsi otot.

Asam amino esensial dalam protein adalah kunci nutrisi untuk kesehatan otot.

Meski begitu, biasanya tubuh lansia kurang responsif terhadap asupan asam amino dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

Orang lansa dengan sarcopenia mungkin membutuhkan 1,2 hingga 1,5 g / kg protein per harinya.

Penting juga untuk mengonsumsi jenis protein yang tepat. Termasuk asam amino leusin, yang telah terbukti menjaga otot tubuh.

Leusin ditemukan dalam jumlah yang lebih tinggi dalam makanan hewani seperti daging sapi, unggas, ikan, telur, susu, dan produk yang dibuat dengan susu.

Baca Juga: 7 Pilihan Makanan yang Mengandung Karbohidrat Tinggi dan Sehat, Salah Satunya Buah Mangga!

Protein adalah nutrisi yang krusial dalam hidup manusia dari janin hingga dewasa.

Selain menyusun jaringan dan sel tubuh, protein juga memiliki peran dalam produksi enzim dan hormon dalam tubuh, seperti hormon pertumbuhan.

Hal inilah yang membuat tubuh manusia membutuhkan asupan protein yang cukup besar.

Namun, sesuatu yang baik juga akan menjadi berbahaya ketika dikonsumsi berlebihan. Bagaimanapun, tubuh manusia perlu nutrisi seimbang agar tetap sehat.

Berapa banyak kebutuhan protein per hari?

Orang dewasa yang tidak begitu aktif disarankan untuk memakan sekitar 0,75gr protein per hari untuk setiap 1kg berat badannya. Jadi, rata-rata laki-laki perlu memakan 55gr protein dan perempuan 45gr protein setiap hari. Itu hanya sekitar dua genggaman daging, ikan, tahu, atau kacang-kacangan.

Mengapa tidak boleh mengonsumsi protein berlebihan?

Terlalu banyak mengonsumsi protein bisa menyebabkan kekurangan serat dan mengganggu sistem pencernaan, sehingga menyebabkan penyakit gastrointestinal. Kelebihan asupan makanan protein ternyata juga bisa menyebabkan kenaikan berat badan. Diet protein tinggi memang bisa membantu Anda menurunkan barat badan.