Bagaimana asal usul dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia jelaskan?

Dalam perkembangan alat dan teknologi pada saat kehidupan manusia masa lalu, yakni pada masa hidup berburu dan mengumpulkan bisa dikatakan masih sangat sederhana sekali, karena hampir semua jenis alat yang dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup masih sangat terbilang sederhana.

Bagaimana asal usul dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia jelaskan?

1. Kegunaan Alat Pada Masa Lalu

Alat yang dibuat tersebut hanya sekedar bisa membantu pekerjaan mereka saja. Alat-alat bantu dibuat dari batu dan tulang. Tujuan pembuatan alat hanya untuk mempermudah memperoleh bahan makanan yang menjadi kebutuhan pokok. Pada masa bercocok tanam, kebudayaan mereka berkembang sangat pesat, hidup sudah menetap dan sudah menghasilkan makanan.

2. Jenis-Jenis Alat Yang Digunakan

Peningkatan teknologi ditandai dengan adanya peningkatan jenis alat-alat dari batu kasar menuju batu halus, yang kemudian menggunakan alat-alat dari jenis logam. Alat-alat sebelum dihaluskan contohnya :

  • Kapak perimbas ( bagian tajamnya berbentuk cembung ).
  • Kapak penetak ( ketajamannya berbentuk liku-liku ).
  • Pahat genggam ( ketajamannya berbentuk terjal ).
  • Kapak genggam (yang bagian tajamnya berbentuk meruncing).

Teknologi kemudian meningkat, alatnya sudah dihaluskan seperti kapak persegi dan kapak lonjong. Dengan alat itu ternyata mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup yang lebih luas dari masa sebelumnya yaitu :

  • Bersawah
  • Membuat rumah
  • Bermasyarakat
  • Dan membuat perahu bercadik.

3. Peningkatan Alat Yang Terbuat Dari Logam

Teknologi kapak batu pun akhirnya ditinggalkan, kemudia muncul yang lebih maju lagi yaitu kepandaian dengan menggunakan alat-alat dari logam sebagai bahan membuat alat yang memerlukan teknik, seperti cara bivalve dan a cire perdue. Semua kapak logam di buat menyerupai seperti kapak batu. Dalam perkembangan selanjutnya, kapak logam kemudian memiliki bentuk yang lain yang dinamakan dengan kapak sepatu atau kapak corong yakni yang merupakan sebagai alat untuk membantu kehidupan mereka.

Namun ada jenis alat logam yang tidak digunakan untuk alat bekerja misalnya Candrasa yang dipakai untuk alat upacara dan begitu juga dengan nekara dan moko. Dengan teknologi yang semakin maju inilah masyarakat semakin mampu membuat hasil budaya yang jauh lebih berharga untuk menciptakan alat yang lebih sempurna seperti di zaman megalit itu.

Teori Asal-usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

“Pada kesempatan kali ini, sejarah kelas x .blogspot.com akan membahas mengenai jenis-jenis manusia purba di Indonesia. Postingan ini penulis buat agar kalian dapat menganalisis asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.”

Tahukah kalian, dari mana asal-usul nenek moyang bangsa kita? Ada yang menyebutkan nenek moyang kita berasal dari cina, ada yang bilang nenek moyang kita berasal dari melayu, ada yang bilang berasal dari Taiwan, bahkan ada yang bilang berasal dari afrika. Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari mengenai teori-teori asal-usul nenek moyang Bangsa Indonesia dari para ahli sejarah dan antropologi.

Teori ini menyatakan bahwa asal-usul nenek moyang kita berasal dari Yunnan, China. Teori ini didukung oleh Moh. Ali, yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi menuju ke selatan.

Ada pula R.H Geldern dan J.H.C. Kern yang juga mendukung teori ini. Dasar pendapat mereka berdua adalah :

  • Ditemukannya kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan kapak tua yang ada di kawasan Asia Tengah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telah tejadi migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara.
  • Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan  bahasa champa yang ada di Kamboja. Hal ini membuka kemungkinan bahwa penduduk champa yang ada di Kamboja berasal dari dataran Yunnan dengan menyusuri sungai Mekong. Arus perpindahan ini selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara.

Menurut teori ini, migrasi penduduk dari Yunnan menuju Kepulauan Nusantara ini melalui tiga gelombang, yaitu ; perpindahan orang negrito, proto melayu dan juga deutro nelayu.

  • Orang Negrito, Orang negrito diperkirakan sudah memasuki Kepulauan Nusantara sejak 1000 SM. Mereka diyakini sebagai penduduk paling awal Kepulauan Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arkeologi di gua Cha, Malaysia. Pada perkembangannya, orang Negrito menurunkan orang Semang. Cirri-ciri fisik orang Negrito yaitu berkulit gelap, rambut keriting, hidung lebar dan bibir tebal.Di Indonesia, ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua. Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), serta suku Papua melanosoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
  • Proto Melayu, Migrasi orang proto Melayu ke Kepulauan Nusantara diperkirakan memasuki wilayah Nusantara pada 2500 SM. Sebutan Proto Melayu adalah untuk menyebutkan orang-orang yang melakukan migrasi pada gelombang pertama ke Nusantara. Yang termasuk orang-orang Proto Melayu adalah suku Toraja, Dayak, Sasak, Nias, Rejang, dan Batak. Orang proto Melayu memiliki keahlian lebih baik dalam hal bercocok tanam bila dibandingkan dengan orang Negrito.
  • Deutro Melayu, Deutro Melayu adalah sebutan untuk orang-orang yang melakukan gelombang migrasi pada gelombang kedua ke Nusantara. Kedatangan Deutro Melayu ke Nusantara diperkirakan pada 1500 SM. Suku bangsa yang termasuk Deutro Melayu di Indonesia, antara lain Minangkabau, Aceh, Sunda, Jawa, Melayu, Betawi, dan Manado.

Teori Nusantara menyatakan bahwa asal usul bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari luar. Teori ini didukung antara lain oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan J.Crawford. Teori ini dilandasi oleh beberapa argument, antara lain :

  • Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban ini tidak mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
  • Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), namun persamaan ini hanyalah suatu kebetulan saja.
  • Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homon soloensis dan Homo wjakensis.
  • Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara dengan bahsa Indo-eropa yang berkembang di Asia Tengah.

Teori ini berpandangan bahwa bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan bukan Daratan Cina. Teori ini didukung oleh Harry Truman Simanjuntak. Menurut pendekatan linguistic, dijelaskan bahwa dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Akar dari keseluruhan cabang bahasa yang dipergunakan leluhur yang menetap di Nusantara berasal dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Selain itu, menurut riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah Cina.

Teori ini menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari Afrika. Dasar dari teori ini adalah berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki. Menurut ahli dari Amerika Serikat, Max Ingman, manusia modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-200 ribu tahun lalu. Dari Afrika, mereka menyabar ke luar Afrika. Dari hasil penelitian Ingman, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa gen manusia modern bercampur dengan gen spesies manusia purba.

Manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika diperkirakan berlangsung sekitar 50.000-70.000 tahun silam. Tujuannya adalah menuju Asia Barat. Jalur yang mereka tempuh ada dua, yaitu mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara melewati Arab Levant dan yang kedua melewati Laut Merah. Pada 70.000 tahun yang lalu bumi memasuki zaman glasial terakhir dan permukaan air laut menjadi lebih dangkal karena air masih berbentuk gletser. Dengan keadaan seperti ini mereka sangat memungkinkan menyeberangi lautan hanya dengan menggunakan perahu primitif.

Setelah memasuki Asia, beberapa kelompok tinggal sementara di Timur Tengah, sedangkan kelompok lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri pantai Semenanjung Arab menuju ke India, Asia Timur, Indonesia, dan bahkan sampai ke Barat Daya Australia, yaitu dengan ditemukannya fosil laki-laki di Lake Mungo. Jejak paling kuat untuk membuktikan bahwa manusia Afrika telah bermigrasi hingga ke Australia adalah jejak genetika.

Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Kira-kira pada tahun 1500 SM bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia.Bangsa Proto Melayu memasuki Indonesia melalui dua jalur/ jalan, yakni jalan barat, yaitu melalui Malaya – Sumatra dan jalan timur, yaitu melalui Pilipina – Sulawesi Utara.Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi daripada kebudayaan Homo Sapiens Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayan batu-baru atau Neolitikum (neo = baru, lithos = batu). Meskipun barang-barang hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik.Barang-barang hasil kebudayaan yang terkenal ialah kapak persegi dan kapak lonjong.Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu yang melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong dibawa melalui jalan timur.Bangsa Proto Melayu akhirnya terdesak dan bercampur dengan bangsa Deutero Melayu yang kemudian menyusul masuk ke Indonesia.Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Proto Melayu, misalnya suku bangsa Batak, Dayak, dan Toraja.

Kira-kira tahun 500 SM, nenek moyang kita gelombang ke dua mulai memasuki Indonesia. Bangsa Deutero Melayu memasuki Indonesia melalui satu jalan saja, yaitu jalan barat (yakni melalui Malaya – Sumatera ). Menurut N. Daldjoeni (1984), bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda ini berasal dari Dongson di Vietnam Utara, sehingga mereka ini kadang kala disebut orang-orang Dongson.

Mereka telah memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa Proto Melayu.Peradaban mereka ditandai dengan kemampuan mengerjakan logam dengan sempurna.Barang-barang hasil kebudayaan mereka telah terbuat dari logam.Mula-mula dari perunggu dan kemudian dari besi.Hasil kebudayaan logam di Indonesia yang terpenting ialah kapak corong atau kapak sepatu dan nekara.

Di bidang pengolahan tanah, mereka telah sampai pada usaha irigasi atas tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka wujudkan, yakni dengan membabad hutan terlebih dahulu.Sudah selayaknya mereka mencari daerah-daerah seperti di Jawa dan pantai-pantai Sumatra untuk digarap seperti di negeri asal mereka.Mereka juga telah mengenal perikanan laut dan pelayaran, sehingga rute perpindahan ke Nusantara juga memanfaatkan jalan laut.Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Deutero Melayu, misalnya suku bangsa Jawa, Madura, Menado dan Melayu (Sumatra, Kalimantan dan Malaka).

Ciri-ciri golongan Papua Melanesoid adalah rambut keriting, bibir tebal, dan kulit hitam.Kelompok manusia yang termasuk golongan ini adalah penduduk Pulau Papua, Kai, dan Aru.

Golongan Negroid mempunyai sifat seperti orang negro, tetapi mereka bukan keturunan negro. Dengan ciri-ciri rambut keriting, perawakan kecil, dan kulit hitam.Persebarannya di Semenanjung Malaka dan orang Mikroskopi di Pulau Andaman.

Golongan Weddoid berasal dari Srilanka dengan ciri-cirinya adalah perawakan, kulit sawo matang, dan rambut berombak. Persebarannya adalah orang Sakai di Siak, orang Kubu di Jambi, orang Enggano (Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna.

Golongan Melayu Mongoloid adalah golongan terbesar yang ditemukan di Indonesia dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Ciri-cirinya adalah rambut ikal atau lurus dan muka bulat. Golongan ini dibagi atas: Golongan Melayu Tua (Proto Melayu) seperti Suku Batak, Toraja, dan Dayak. Golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti Jawa, Bali dan Banjar.

Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara

Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih lokasi permukiman.Oleh karena itu, manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat beberapa variabel yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain:

  • Tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak terlalu lembab,
  • Tersedianya sumber daya makanan baik berupa flora-fauna dan faktor-faktor yang memberikan kemudahan di dalam cara-cara perolehannya (tempat untuk minum binatang, batas-batas topografi, pola vegetasi),
  • Faktor-faktor yang memberi elemen-elemen tambahan akan binatang laut atau binatang air (dekat pantai, danau, sungai, mata air) (Subroto,1995:133-138;Butzer,1984:14-21).

Kehidupan manusia pada masa prasejarah tergantung pada lingkungan dan penguasaan teknologi. Sumber-sumber subsistensi dari lingkungan ditambah dengan penguasaan teknologi pada masa itu, mengakibatkan pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.Selain itu, manusia juga memanfaatkan bentukan alam untuk mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, gua dan ceruk menjadi salah satu alternatif tempat tinggal bagi manusia pada masa prasejarah (Nurani,1999:1-13).

Selain sumber daya yang memadai, aspek-aspek fisik lingkungan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan kelayakan suatu lokasi untuk permukiman. Dalam kaitannya dengan hunian gua, faktor-faktor tersebut meliputi morfologi dan dimensi tempat hunian, sirkulasi udara, intensitas cahaya, kelembaban, kerataan dan kekeringan tanah, dan kelonggaran dalam bergerak (Yuwono,2005).

 Kawasan Gunung Sewu merupakan daerah yang bercirikan ribuan bukit karst yang menampilkan sejarah kehidupan manusia, setidaknya sejak kala Pleistosen Akhir hingga Holosen Awal.Salah satu karakter budaya yang khas adalah pemanfataan gua dan ceruk secara intensif. Ekskavasi yang telah dilakukan di sejumlah gua hunian prasejarah di Gunungkidul memberikan gambaran adanya aktivitas pemanfaatan bahan baku yang tidak berasal dari wilayah permukimannya.

Beberapa temuan yang didapatkan di gua-gua itu merupakan hasil dari daerah pantai, bukan dari daerah pedalaman, seperti peralatan dan perhiasan dari cangkang kerang laut dan juga adanya temuan hasil eksploitasi daerah pantai di situs-situs pedalaman tetapi belum diketahui bagaimana temuan itu dapat sampai di pedalaman.

Dari hasil barter antara komunitas pantai dan pedalaman, atau hasil eksploitasi komunitas pedalaman di daerah pantai. Dengan terungkapnya bagaimana hubungan itu terjadi maka data tersebut berguna untuk memahami proses penghunian dan migrasi manusia purba di Jawa dan Indonesia (Tanudirjo dkk,2003:1–2).

Data yang diperoleh dari hasil survei penelitian pendahuluan di Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul yang dilakukan oleh Tim PTKA UGM pada tahun 2003 (Tanudirjo, dkk., 2003; Yuwono, 2005: 40-51; lihat Peta 1) dan survei lanjutan oleh penulis pada tahun 2006 diketahui adanya 53 situs gua dan 23 diantaranya merupakan situs gua dan ceruk yang potensial dijadikan hunian pada masa prasejarah.

Dari hasil PTKA tahun 2003 tersebut diketahui adanya pola spasial gua dan ceruknya, terdiri atas tiga kelompok yaitu daerah pesisir, daerah pedalaman, dan daerah ‘antara’.Namun dari penelitian tersebut tipe hunian gua dan ceruk tersebut belum diketahui, gua untuk hunian sementara atau atau hunian menetap.

Dalam sejarah banyak sekali penemuan-penemuan yang sangat membantu bagi kehidupan kita, dan hampir setiap penemuan dalam sejarah bisa merubah kehidupan umat manusia hingga dunia. Salah satunya adalah api, sedikit aneh memang kalau kita membicarakan tentang api, namun api yang kita pergunakan memang merubah bagi kehidupan, dan kita juga harus tahu sejarah pertama kali api itu ditemukan di dunia ini.

Api sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia walau kadang api ini menimbulkan masalah. Tergantung seperti apa api itu kita gunakan, ada pepatah mengatakan “kecil jadi kawan dan besar jadi lawan”. Manfaat api memang sudah bisa kita rasakan dalam kehidupan seperti untuk penerangan, memasak, menghangatkan tubuh dan lain sebagainya.

Dan terkadang kita bertanya-tanya bagaimana api mula-mula ditemukan dan siapa penemunya?, Api atau energi panas yang pada awalnya bisa kita dapatkan dengan membenturkan dua buah batu atau dengan mmenggesekan dua buah kayu, sehingga akan menimbulkan percikan api yang kemudian bisa kita gunakan pada ranting kering atau daun kering yang kemudian bisa menjadi sebuah api.

Pertama kali api dikenal adalah pada zaman purba yang secara tidak sengaja mereka melihat petir yaitu cahaya panas dilangit yang menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga api itu pun muncul membakar pohon-pohon itu. Mulai dari situ lah peradaban mulai berubah, para manusia purba itu pun baru mengenal api untuk memasak, penerangan dan yang lainny

Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya.Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.

  • Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
  • Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.
  • Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar.Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).

Demikianlah pembahasan mengenai Nenek Moyang Bangsa Indonesia: Perkembangan, Teori, Persebaran dan Corak semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂

Baca Juga :

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Butuhkan