“Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), ‘Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal kami). Sungguh Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127)
Maklum, pada saat itu Ka’bah—yang tingginya semnilan hasta atau tujuh meter- tidak beratap dan pintunya sejajar dengan tanah. Kondisi Ka’bah yang seperti itu juga memudahkan para pencuri untuk mengambil harta-harta persembahan yang ditaruh di dasar Ka’bah.
Terlebih, pada saat itu ada kapal milik saudara Romawi yang membawa bahan bangunan tengah terdampar di Jeddah. Juga ada seorang Nasrani yang mahir dalam bidang pertukangan.
Mereka menggali hingga mencapai pondasi batu hijau yang dulu diletakkan Nabi Ibrahim AS. Semula mereka hendak menghancurkan fondasi itu, namun karena selalu gagal, mereka akhirnya membiarkannya dan menjadikannya sebagai fondasi bangunan Ka’bah yang akan dibangun.
Berikut arti dari tulisan itu: “Aku Allah pemilik Bakkah (Makkah) ini. Aku menciptakan Bakkah pada saat Aku ciptakan langit dan bumi, dan pada saat Aku bentuk matahari dan bulan. Aku melindunginya dengan tujuh raja. Penduduknya diberkahi dengan air dan susu.”
Masing-masing dari mereka merasa paling berhak. Diriwayatkan, perselisihan itu berlangsung selama empat atau lima hari sebelum akhirnya mereka berdamai.
Tanda itulah yang kini dikenal dengan tembok yang relatif rendah atau dikenal dengan Hijr Ismail. Dengan demikian, tawaf menjadi tidak sah jika memasuki ruang itu karena Hijr Ismail masih bagian dari arah luar Ka’bah.
Pintunya dibuat hanya satu, sebelumnya dua pintu: satu di bagian timur dan satu di bagian barat. Di dalam Ka’bah dibuat enam tiang dalam dua deretan. Di dalamnya juga dipasang tangga untuk naik ke atap.
Di setiap gambar, ada tuhan milik pemilik patung, termasuk tata cara menyembahnya dan perbuatan yang terkenal dari tuhan tersebut.
Namun Nabi memilih untuk menahan ‘egonya’ atas kebenaran sejarah, dengan mendahulukan kepentingan masyarakat secara luas. Sehingga niat tersebut diurungkan.
Merujuk buku Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2015), Nabi Muhammad memandang dan mengamati gambar Nabi Ibrahim AS. di dalam dinding Ka’bah itu cukup lama. Beliau tidak terima kalau salah satu kekasih Allah itu dilukiskan sedemikian rupa, dengan memegang azlam.
Setelah mengamati semua gambar yang menempel di dinding dalam Ka’bah itu, Nabi Muhammad memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghapus semuanya. Semuanya, sehingga tidak ada satu pun lukisan dan berhala yang tersisa di Ka’bah. Penulis: Muchlishon Rochmat Berita Terkini Haji 2022 |