Bagaimana cerminan perilaku anak saleh berkaitan dengan sikap baktinya kepada orang tua

Jakarta -

Ada sebuah kisah tentang Uwais al Qarni yang kerap dijadikan contoh bagaimana seorang anak harus berbakti kepada orang tua. Di dalam Al Quran dan hadits pun juga banyak disebutkan berbagai cara berbakti kepada orang tua dalam Islam. Berbakti kepada orang tua sudah semestinya dilakukan seorang anak. Keutamaan berbakti kepada orang tua dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir (2/298). Di situ disebutkan bahwa menghormati orang tua merupakan hal yang penting dilakukan. Sebab, anak bisa lahir ke dunia karena kedua orang tua.

Show

Allah SWT juga menempatkan kalimat kedua orang tua (walidain) setelah kata perintah keesaan kepada Allah, seperti Quran surat Luqman ayat 14Arab: وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُLatin: wa waṣṣainal-insāna biwālidaīh, ḥamalat-hu ummuhụ wahnan 'alā wahniw wa fiṣāluhụ fī 'āmaini anisykur lī wa liwālidaīk, ilayyal-maṣīrArtinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.Lalu, bagaimana cara berbakti kepada orang tua?Dalam Quran Surat An Nisa ayat 36, Allah SWT berfirman tentang cara berbakti kepada orang tuaArab: وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙLatin: wa'budullāha wa lā tusyrikụ bihī syai`aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu mang kāna mukhtālan fakhụrāArtinya: Dan sembah lah Allah dan jangan lah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.

Cara berbakti kepada orang tua lainnya dengan bertutur kata sopan. Seorang anak harus memberikan manfaat kepada orang tuanya bila mana ditakdirkan menjumpai orang tua dalam keadaan tua renta, pikun, atau daya kecerdasan otaknya menurun.

Dalam Quran surat Al Isra ayat 23, Allah SWT berfirman mengenai larangan anak berkata kasar, melainkan harus bertutur kata mulia kepada orang tua.Arab: عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًاLatin: wa qaḍā rabbuka allā ta'budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yabluganna 'indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā fa lā taqul lahumā uffiw wa lā tan-har-humā wa qul lahumā qaulang karīmāArtinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.Terakhir, cara berbakti kepada orang tua dengan mendoakan kebaikan-kebaikan yang melimpah. Pasalnya, hal itu akan bermanfaat kepada orang tua kelak setelah meninggal dunia.Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Nabi Muhammad bersabda bahwa ada tiga amal yang tak akan terputus setelah meninggal, yakni sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.

Nah, semoga kita selalu mengamalkan cara berbakti kepada orang tua ya!

(pay/erd)

Seorang laki-laki bernama Kilab bin Umayyah bin Askar. Dia memiliki ayah dan ibu yang sudah tua. Dia menyiapkan susu untuk keduanya tiap pagi dan petang hari. Kemudian datanglah dua orang menemui Kilab, mereka membujuknya untuk pergi berperang. Ternyata Kilab tertarik dengan ajakan tersebut, lalu dia membeli seorang hamba sahaya untuk menggantikannya mengasuh kedua orang tuanya. Setelah itu Kilab pun pergi berjihad.

Suatu malam, hamba sahaya tersebut datang dan membawa gelas jatah susu petang hari kepada ibu dan bapak Kilab, ketika keduanya sedang tidur. Dia menunggu sesaat dan tidak membangunkannya lalu pergi. Di tengah malam keduanya terbangun dalam keadaan lapar, bapak Kilab berkata,

“Dua orang telah memohon kepada Kilab dengan kitabullah. Keduanya telah bersalah dan merugi. Kamu meninggalkan bapakmu yang kedua tangannya gemetar, dan ibumu tidak bisa minum dengan nikmat. Jika merpati itu bersuara di lembah Waj karena telur-telurnya, kedunya mengingat Kilab. Dia didatangi oleh dua orang yang membujuknya. Wahai hamba-hamba Allah, sungguh keduanya telah durhaka dan merugi. Aku memanggilnya lalu dia berpaling dengan menolak. Maka dia tidak berbuat yang benar. Sesungguhnya ketika kamu mencari pahala selain dari berbakti kepadaku, hal itu seperti pencari air yang memburu fatamorgana.

Apakah ada kebaikan setelah menyia-nyiakan kedua orang tua? Demi bapak Kilab, perbuatannya tidak dibenarkan.”

Jika ada orang luar Madinah yang datang ke kota Madinah, Umar bin Khatab radiyallahu ‘anhu selalu menanyakan tentang berita-berita dan keadaan mereka. Umar bertanya kepada salah seorang yang datang, “Dari mana?” Orang itu menjawab, “Dari Thaif.” Umar bertanya, “Ada berita apa?” Orang itu menjawab, “Aku melihat seorang laki-laki berkata (laki-laki ini menyebut ucapan bapak Kilab di atas).” Umar menangis dan berkata, “Sungguh Kilab mengambil langkah yang keliru.”

Kemudian bapak Kilab, Umayyah bin Askar dengan penuntunnya menemui Umar yang sedang di masjid.

Dia mengatakan, “Aku dicela. Kamu telah mencelaku tiada batas, dan kamu tidak tahu penderitaan yang kurasakan. Jika kamu mencelaku, maka kembalikanlah Kilab manakala dia berangkat ke Irak. Pemuda mulia

Memperkaya Khasanah

﴿

b. Adab terhadap Orang Tua

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap anak, betapa mulianya perintah berbakti ini sehingga Allah mensejajarkan dengan perintah bersyukur kepada Allah :

َُرْي ِص َ ۡلْاََّيَلِإَ َكۡيَدِلٰوِلَوَْيِلَۡرُك ۡشاَ ِنَأ

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,”(QS.Luqman[31]: 14)

Ada beberapa sebab mengapa Allah Swt. memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yaitu:

1) Orang tua telah berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya. Seorang ibu dengan sepenuh daya upaya telah memberikan kasih sayang tanpa menginginkan balas budi dari anaknya.

2) Kasih sayang orang tua tiada taranya, karena beliau tidak mengenal lelah dan bersusah payah memperhatikan anak-anaknya supaya menjadi anak yang bahagia.

3) Anak adalah belahan jiwa ibu bapak, terutama ibu. Biasanya tidak akan makan sebelum anaknya makan, ibu tidak akan tidur sebelum anak-anaknya tidur, dan jika anak sakit maka

ibu yang paling susah sehingga tidak bisa tidur dan tidak enak makan.

dalam kesulitan dan kemudahan, kokoh dan tangguh pada hari pertempuran. Tidak, demi bapakmu, cintaku kepadamu tidaklah usang. Begitu pula harapanku dan kerinduanku kepadamu. Seandainya kerinduan yang mendalam membelah hati, niscaya hatiku telah terbelah karena kerinduan kepadanya. Aku akan mengadukan al-Faruq (maksudnya Umar bin Khattab) kepada Tuhannya yang telah menggiring jamaah haji ke tanah berbatu hitam. Aku berdoa kepada Allah dengan berharap pahala dari-Nya di lembah Akhsyabain sampai air hujan mengalirinya. Sesungguhnya al-Faruq tidak memanggil Kilab untuk pulang kepada dua orang tua yang sedang kebingungan.”

Umar menangis, lalu beliau menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari agar memulangkan Kilab ke Madinah.

Abu Musa berkata kepada Kilab, “Temuilah Amirul Mukminin Umar bin Khattab.” Kilab menjawab,

“Aku tidak melakukan kesalahan, tidak pula melindungi orang yang bersalah.” Abu Musa berkata, “Pergilah!”

Kilab pulang ke Madinah. Ketika Umar bertemu dengannya, beliau mengatakan, “Sejauh mana kamu berbuat baik kepada orang tuamu?” Kilab menjawab, “Aku mementingkannya dengan mencukupi kebutuhannya. Jika aku hendak memerah susu untuknya, maka aku memilih unta betina yang paling gemuk, paling sehat dan paling banyak susunya. Aku mencuci puting susu unta itu, dan barulah aku memerah susunya lalu menghidangkannya kepada mereka.”

Umar mengutus orang untuk menjemput bapaknya. Bapak Kilab datang dengan tertatih-tatih dan menunduk. Umar bertanya kepadanya, “Apa kabarmu, wahai Abu Kilab?” Dia menjawab, “Seperti yang Anda lihat wahai Amirul Mukminin.” Umar bertanya, “Apakah kamu ada kepeluan?” Dia menjawab, “Aku ingin melihat Kilab. Aku ingin mencium dan memeluknya sebelum aku mati.” Umar menangis dan berkata,

“Keinginanmu akan tercapai insya Allah.”

Kemudian Umar memerintahkan Kilab agar memerah susu unta untuk bapaknya seperti yang biasa dia lakukan. Umar menyodorkan gelas susu itu kepada bapak Kilab sambil berkata, “Minumlah ini, wahai bapak Kilab.” Ketika bapak Kilab mendekatkan gelas ke mulutnya, dia berkata, “Demi Allah, aku mencium bau kedua tangan Kilab.” Umar mengatakan, “Ini Kilab, dia ada di sini. Kami yang menyuruhnya pulang.” Bapak Kilab menangis dan Umar bersama orang-orang yang hadir juga menangis. Mereka berkata, “Wahai Kilab, temani kedua orang tuamu.” Maka Kilab tidak pernah lagi meninggalkan mereka sampai wafat.

Sumber: http://kisahmuslim.com , oleh Nurfitri Hadi

Sumber: http://tricaratips.com

Lalu bagaimana cara kita berbakti kepada kedua orang tua? Berikut dipaparkan prinsip-prinsip dasar berbakti kepada kedua orang tua.

1) Tunduk dan Patuh. Apabila keduanya berada dalam kekafiran (belum beragama Islam) dan keduanya memerintahkan untuk keluar dari agama Islam, atau memerintahkan sesuatu perbuatan syirik, kita wajib tidak mengikuti keduanya. Tetapi penolakan itu harus dengan cara halus, agar tidak menyakiti keduanya.

َْشاَ ِن َ

bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman [13]: 14-15)

2) Dilarang berkata kasar. Membentak, misalnya berkata “hus/ah” dan kata-kata sejenisnya termasuk ungkapan yang tidak baik.

3) Berbuat baik. Apabila orang tua atau salah satunya mencapai usia lanjut kita harus berbuat baik kepadanya, sebagaimana orang tua merawat kita pada saat kita masih kecil.

Allah berfirman:

َ ِ ل ُّذلاَ َحاَنَجَاَمُهَلَ ْضِفْخاَو اًرْيِغ َصَيِناَيَّبَرَا َم َكَاَمُهْمَحْراَ ِ بَرَْلُقَوَِةَمْحَّرلاَ َنِم َ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (QS. al-Isra’ [17]: 24)

4) Berusaha menyenangkan orang tua dan menghindari hal-hal yang menyusahkan hati kedua orang tua selama tidak bertentangan dengan kewajiban kepada Allah dan Rasul-Nya.

َْخ ُسَي ِفَ ِاللهَ ُطْخ ُسَوَ ِنْيَدِلاَوْلاَى َ ضِرَيِفَِاللهَى َ ضِر

َ ِنْي َدِلاَوْلاَُط

Sumber: http://m.brilio.net

“Keridhoan Allah dalam keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan Allah dalam kemurkaan kedua orang tua.” (HR. Tirmidzi)

5)

Kita dilarang durhaka kepada kedua orang ibu bapak, karena termasuk dosa besar.

Rasul bersabda:

َ ْم ُكُئِ ب َنُأَ َلََأ َ.

َِللهاِبَ ُكاَر ْشِ ْلَْاَ:ََلاَقَاللهْو ُسَرَاَيَىَلَبَ:َاْوُلاَقَاًث َلََثَِرِئاَبَكْلاَِرَبْكَأِب

َ ُق ْو ُقُع َوَ

)ىراخبلاَهاور(َ ِر ْوُّزلاَ ُةَداَه َشَوَ ِنْيَدِلاَوْلا

َ

“Ingatlah, maukah aku kabarkan kepadamu tentang dosa besar yang paling besar itu ada 3 macam? Para sahabat menjawab:”Baik ya Rasulullah” Bersabdalah Nabi:

”yaitu syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua dan menjadi saksi palsu.”

(HR. Bukhari)

6) Bersikap santun, berjalanlah di belakang orang tua, kecuali dalam hal tertentu, dengarkanlah pembicaraannya dan jangan menyela pembicaraannya.

7) Senantiasa mendoakan, baik kepada orang tua yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dengan doa sebagai berikut:

اًرْيِغ َصَ ْيِناَيَّبَرَا َم َكَاَمُهْمَحْراَوَ َّيَدِلاَوِلَوَْيِبْوُنُذَْيِلْرِفْغاََّمُه للَا

“Ya Allah Tuhanku, ampunilah segala dosaku, dan dosa kedua orang tuaku, kasihanilah dan sayangilah mereka sebagaimana (mereka) mendidik/ merawatku di waktu kecil.”

8) Jika orang tua kita sudah wafat, maka kewajiban kita adalah sebagai berikut.

a) Meneruskan perjuangannya

b) Senantiasa menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang pernah menjadi teman karib orang tua kita

c) Memandikan, mengkafani, menshalati dan menguburnya

d) Memohonkan ampun untuk mereka dan senantiasa mendoakannya e) Melaksanakan wasiatnya (yang baik) jika berwaris

f) Melunasi tanggungan/ hutang-hutangnya jika punya hutang c. Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban bagi setiap orang. Barang siapa ikhlas berbakti kepada kedua orang tua, maka Allah menjanjikan pahala yang luar biasa seperti berikut.

1) Dibukakan dua pintu surga. Tidak ada seorang mukmin yang mempunyai dua orang tua, dimana pada waktu pagi ia berbuat baik kepadanya, melainkan Allah membukakan dua pintu surga kepadanya.

2) Lebih utama dari pada berjihad di jalan Allah

Sumber: http://thegorbalsla.com

3) Ridha Allah ada di dalam ridha orang tua. Murka Alah ada di dalam murka orang tua.

Barang siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi ia tidak bersyukur pada orang tua, maka syukurnya tidak diterima.

4) Dimudahkan rezekinya. Dan barang siapa meninggalkan doa kepada orang tua, maka disempitkan rezekinya

5) Dimudahkan segala urusannya baik urusan dunia maupun akhirat 2. Memahami Adab terhadap Guru

a. Dalil Naqli Menghormati Guru

اَن ِلْاَعِلَ ْفِرْعَيَوَ,اَنَرْيِغَصَْمَحْرَيَوَ,اَنَرْيِبَكََّل ِجُيَْمَلَْنَمَاَّنِمَ َسْيَل

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (HR. Ahmad).

b. Adab terhadap Guru

Selain diperintah untuk berbakti kepada orang tua, kita juga diperintah untuk berbakti kepada guru. Gurulah yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita.

Berkat guru, kita menjadi manusia yang beriman, mengerti akan hal yang baik dan buruk, berbudi pekerti luhur dan menjadi seseorang yang bertanggung jawab.

Oleh karena itu, kita wajib menghormati guru, baik pada waktu masih mengajar maupun waktu sudah tidak mengajar. Rasulullah Saw. bersabda: ”Muliakanlah orang

yang kamu belajar darinya (guru).” (HR. Abul Hasan al-Mawardi)

Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk memuliakan guru. Guru tidak terbatas pada orang yang mengajar di sekolah saja, tetapi setiap orang yang telah berjasa memberikan ilmu, keterampilan, serta bimbingan. Sebab-sebab kita wajib menghormati guru adalah sebagai berikut.

1) Guru adalah orang yang banyak berjasa kepada kita 2) Guru merupakan orang tua kedua

3) Guru yang telah membuat kita dari belum tahu menjadi tahu, belum bisa menjadi bisa 4) Tanpa guru hidup kita akan buta

Berikut yang termasuk tata cara menghargai dan menghormati guru.

1) Jika bertemu dengan guru ucapkanlah salam 2) Husnuzan pada apapun yang dilakukan guru

3) Memperhatikan dengan wajah menyenangkan dan penuh semangat saat guru memberikan pelajaran

4) Rendah hati dan hormat, menjaga sopan santun, tidak berjalan di depan guru, dan tidak berdiri di samping guru yang sedang duduk. Rasulullah bersabda:

)ىنربطلاَهاور(َ ْم ُك ِمِ لَعُ ِلَْاْوُعَضاَوَتَوَاْوُمِ لَعَوَاْوُمَّلَعَت

”Pelajarilah ilmu dan ajarilah (manusia) dan rendahkanlah diri kepada guru, serta berlaku lemah lembutlah terhadap murid-muridmu.” (HR. Tabrani)

5) Mentaati perintahnya selama perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama 6) Ikhlas dalam menerima teguran dan nasihat guru

7) Senantiasa menjaga nama baik guru, tidak menceritakan aib atau kesalahan guru 8) Mengunjungi guru jika ia sedang sakit atau mendapat musibah

9) Memandang guru dengan pandangan memuliakan. KH. Hasyim Asy’ari berkata tidak diperbolehkan bagi pelajar memandang remeh gurunya. Merasa ia lebih pandai dari pada gurunya

10) Tidak melupakan jasa-jasa guru

11) Sabar menghadapi gurunya. Saat perilaku guru secara lahir salah, murid sebisa mungkin mengarahkannya kepada maksud yang baik, mungkin beliau dalam kondisi terdesak dan lain sebagainya. Saat guru memarahi murid, hendaknya murid mengawalinya meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Karena itulah tanda kecintaan guru, kepada murid.

c. Keutamaan Berbakti pada Guru

Guru adalah panglima perang dalam melawan kebodohan. Kita akan menang bila mentaati perintahnya. Memang usaha tak pernah mengkhianati hasil. Namun, akhlak dan penghormatan siswa kepada guru merupakan

faktor penting dalam menentukan kesuksesan.

Ulama mengatakan kesuksesan siswa itu 70 persen karena akhlaknya dan 30 persen karena ilmunya.

ََمْلِع ْلاََمَّلَعَتَتَنَأََلْبَقَ ِبَدَ ْلۡاَُمُّلَعَت َ

“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu.” (Hilayatul Aulia [6/330], dinukil dari Min Washaya Al Ulama li Thalabatil Ilmi[17])

Sehebat apapun siswa, jika tidak patuh pada gurunya, niscaya akan gugur cita-citanya.

Sebaliknya, meski tak bisa apa-apa, namun selalu rajin belajar, patuh dan hormat kepada guru, mencintainya setulus hati, maka tidak mustahil kita akan menjadi orang hebat di kemudian hari. Percayalah, setiap guru selalu mendoakan siswanya agar menjadi pribadi hebat yang bermanfaat bagi nusa bangsa dan agama. Apabila berbakti kepada guru, akan diperoleh keutamaan sebagai berikut.

1) Mudah menerima pelajaran 2) Mendapat ilmu yang bermanfaat 3) Masa depannya cemerlang

4) Kelak menjadi orang hebat bermartabat

5) Hatinya tenang, tenteram, pikirannya cerah, cahaya ilmu mudah masuk 6) Diangkat derajatnya oleh Allah

7) Barakah ilmunya, rejekinya dan hidupnya

Setelah Anda mendalami materi Adab Berbakti pada Orang Tua dan Guru, maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan kelompok Anda! Bentuk kelompok dengan cara berhitung sesuai dengan jumlah teman anda di kelas. Masing-masing kelompok beranggotakan 4-6 siswa/kelompok. Bagi tugas dengan anggota kelompok anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di depan kelas.

Adapun hal-hal yang perlu didiskusikan adalah sebagai berikut.

1. Adab berbakti kepada orang tua dan guru 2. Keutamaan berbakti kepada orang tua dan guru

Dengan memahami dan menghayati keutamaan dan adab berbakti kepada orang tua dan guru, maka akan tercipta hidup mulia dan melahirkan karakter positif terhadap sesama dintaranya adalah sebagai berikut.

1. Bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua sebagai implementasi memahami kemuliaan berbakti kepada kedua orang tua

2. Taat kepada Allah, taat kepada orang tua dan taat kepada guru, karena menyadari betapa besar jasa-jasa yang telah diberikan

3. Tunduk dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi meyakini kemuliaan menghormati orang tua dan guru.

4. Rendah diri dalam bersikap terhadap orang tua dan guru demi memuliakannya

5. Sopan dan santun dalam bersikap terhadap orang tua dan guru sebagai implementasi memahami keutamaan memuliakan orang tua dan guru

6. Saling menghargai terhadap orang tua dan guru karena menyadari kedudukannya 7. Menghormati orang tua dan guru karena jasa-jasa yang telah diberikan

8. Sabar menerima nasihat dari orang tua dan guru karena meyakini bahwa itu sebagai bentuk kecintaannya

9. Ikhlas menerima teguran dari orang tua dan guru demi kemajuan dan keselamatan hidupnya

10. Husnu al-Ḍzan pada orang tua dan guru karena tidak ada orang tua atau guru yang ingin mencelakakannya.

A) Jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Mengapa kita harus hormat dan patuh kepada bapak dan ibu guru?

2. Betapa pentingnya kita menghormati orang tua, sehingga Allah mensejajarkan perintah ini dengan perintah sholat dan jihad, maka tentu Allah akan melaknat bagi siapa yang berani menyakitinya. Jelaskan apa yang melatar belakangi Allah mesejajarkan perintah berbakti kepada orang tua dengan perintah sholat dan jihad!

3. Bagaimanakah kita harus bersikap, ketika menemui salah satu dari orang tua kita sakit, sedangkan saudara-saudara kita yang lain tidak mau merawatnya?

4. Berikan contoh perilaku yang menunjukkan sikap mulia seorang siswa kepada guru, ketika sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas!

5. Tuliskan contoh perbuatan seseorang, yang syukurnya kepada Allah tidak diterima karena dia tidak bersyukur pada kedua orang tuanya !

C) Portofolio dan Penilaian Sikap

1. Carilah beberapa ayat dan hadis yang berhubungan dengan adab dan keutamaan berbakti kepada orang tua dan guru dengan mengisi kolom di bawah ini.

No Nama Surah + No. Ayat/ Hadis + Riwayat Redaksi Ayat/ Hadis 1

2 3 4

2. Tuliskan kembali doa untuk kedua orang tua dalam bentuk kaligrafi di kertas manila.

Tulisan yang paling baik akan dipasang di dinding kelas.

3. Setelah kalian memahami uraian mengenai keutamaan dan adab berbakti kepada orang tua dan guru coba anda cermati wacana berikut ini dan berikan komentar!

Sumber: http://m.brilio.net

Penting untuk mengkaji kisah para Nabi dan Rasul bagi kita. Banyak pondasi penting tentang akidah, ibadah, akhlak, dakwah dalam kisah tersebut yang bisa memberi kekuatan pada jiwa kita penerus pejuang agama.

Kisah Nabi dan Rasul menjadi penting dan istimewa untuk dikaji, karena ada aspek keimanan di dalamnya. Sebagai umat Islam kita tidak hanya dituntut mengetahuinya, namun meyakini, mengambil pelajaran/ ibrah dan meneladaninya.

Demikian halnya betapa pentingnya kita mempelajari, mengkaji ulang dan mengambil hikmah dari kisah perjuangan Nabi Luth. Apabila kita cermati kisahnya dengan seksama, sungguh sangat menarik dan spesial. Mengapa tidak, kata pertama yang keluar dari lidah para Nabi dan Rasul ketika berdakwah umumnya adalah mengajak kaumnya untuk bertauhid, menyembah hanya kepada Allah, dan tidak ada Tuhan selain-Nya. Sementara Nabi Luth As. tidak demikian. Kata pertama yang diucapkan Nabi Luth ketika berdakwah pada kaumnya, bukan ajakan bertauhid akan tetapi larangan melakukan perbuatan asusila berupa homoseksual. Allah berfirman:

ََلاَقَ ۡذِإَاًطوُلَو

َِۚءٓا َسِ نلٱَ ِنوُدَنِ مَٗةَوۡه َشََلاَجِ رلٱَ َنوُتۡأَتَلَۡمُكَّنِئَأَ َنوُر ِصۡبُتَۡمُتنَأَوََة َش ِحَٰفۡلٱَ َنوُتۡأَتَأَٓۦِهِمۡوَقِلَ

ََنوُل َه ۡجَتَ ٞم ۡوَقَ ۡمُتنَ

أَ ۡلَبَ

Artinya: Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya:"Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)? Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).” (QS. an-Naml [27]: 54-55)

Bahkan bukan hanya itu. Apabila kita perhatikan ayat-ayat yang menceritakan kisah Nabi Luth As, tidak didapati satupun ayat dimana Nabi Luth mengajak kaumnya untuk bertauhid sebagaimana ajakan para Nabi dan Rasul lainnya. Karena sangat fokus melarang kejahatan mereka yang mana paling utamanya adalah homoseksual. Menurut para ulama’, perbuatan homoseksual adalah perbuatan yang sangat keji (fahisyah), nista dan sangat dibenci oleh Allah.

Maka sungguh menyedihkan, bahwa perbuatan yang sangat nista, keji dan membahayakan itu terjadi pula pada di zaman sekarang yang dikenal dengan istilah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender). Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan keji tersebut. Kita juga harus berusaha menghindarinya dengan berupaya meningkatkan iman, meningkatkan ibadah dan memilih bergaul dengan orang-orang saleh.

Sumber : http://www.syahida.com

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

KOMPETENSI INTI

1.4 Menghayati kisah Nabi Luth As.

2.4 Mengamalkan sikap tabah, tanggung jawab dan peduli sebagai cermin dari kisah Nabi Luth As.

3.4 Menganalisis kisah keteladanan Nabi Luth As.

4.4 Menyajikan hasil analisis keteladanan dan contoh implementasi keteladanan Nabi Luth As. dalam kehidupan sehari-hari.

KOMPETENSI DASAR

1. Meyakini kisah Nabi Luth As.

2. Membiasakan sikap tabah, tanggung jawab, dan peduli sebagai cermin dari kisah Nabi Luth As.

3. Menelaah dalil naqli dasar kisah Nabi Luth As 4. Menceritakan kisah teladan Nabi Luth As

5. Menguraikan pesan moral dan hikmah dari cerita kisah Nabi Luth As 6. Memerinci ibrah kisah keteladanan Nabi Luth As

7. Mendiskusikan hasil analisis keteladanan dan contoh implementasi keteladanan Nabi Luth As dalam kehidupan sehari-hari

INDIKATOR

PETA KONSEP

Jujur Peduli

MEMILIKI PONDASI YANG KUAT