Bagaimana keadaan paulus tentang keadaan manusia roma 3 21-23

Full PDF PackageDownload Full PDF Package

This Paper

A short summary of this paper

37 Full PDFs related to this paper

Download

PDF Pack

Surat kepada orang-orang Roma adalah yang terpanjang di antara surat-surat Paulus dan dianggap oleh banyak orang sebagai surat terhebatnya. Surat ini memuat penjelasannya yang paling lengkap tentang ajaran pembenaran melalui iman kepada Yesus Kristus alih- alih melalui pelaksanaan hukum Musa. Itu memuat banyak ajaran mengenai ajaran-ajaran keselamatan dan penerapan praktis dari ajaran-ajaran itu pada kehidupan sehari-hari. Melalui penelaahan mereka terhadap kitab ini, siswa dapat memperoleh apresiasi yang lebih besar bagi Pendamaian Yesus Kristus serta bagi harapan dan kedamaian yang dapat semua orang temukan di dalam Kristus.

Rasul Paulus adalah penulis Surat kepada Jemaat di Roma (lihat Roma 1:1). Dalam menulis surat ini, Paulus menggunakan bantuan seorang juru tulis, Tertius, yang menuliskan ucapannya sendiri kepada Orang Suci Roma menjelang akhir surat tersebut (lihat Roma 16:22).

Paulus menuliskan suratnya kepada orang Roma dari Korintus menjelang akhir dari perjalanan misionaris ketiganya. Beberapa petunjuk menyarankan bahwa Paulus menuliskan surat ini selama tiga bulan dia tinggal di Korintus (lihat Kisah Para Rasul 20:2–3; istilah Yunani dalam ayat-ayat ini merujuk pada Korintus), kemungkinan antara 55 dan 56 M. (Lihat Penuntun bagi Tulisan Suci, “Surat-Surat Paulus.”)

Surat kepada orang Roma ditujukan kepada para anggota Gereja di Roma (lihat Roma 1:7). Asal usul Gereja di Roma tidak diketahui namun kemungkinan dimulai segera setelah hari Pentakosta, ketika orang Yahudi yang berkunjung dari Roma mendengar Petrus berkhotbah (lihat Kisah Para Rasul 2:10). Meskipun Paulus belum pernah ke Roma, dia menuliskan salam kepada Orang Suci tertentu yang dikenalnya baik melalui perkenalan sebelumnya ataupun melalui orang lain yang pernah tinggal di Roma, seperti Priskila dan Akwila (lihat Kisah Para Rasul 18:1–2, 18; Roma 16:1–16, 21).

Tampaknya setidaknya ada tiga alasan utama mengapa Paulus mengirimkan surat kepada orang Roma:

(1)Untuk bersiap bagi kedatangan masa depannya di Roma. Selama bertahun-tahun Paulus berkeinginan untuk mengkhotbahkan Injil di Roma (lihat Kisah Para Rasul 19:21; Roma 1:15; 15:23). Dia juga berharap Gereja di Roma akan berfungsi sebagai dasar dari mana dia dapat melayani misi ke Spanyol (lihat Roma 15:22–24, 28).

(2)Untuk mengklarifikasi dan membela ajaran-ajarannya. Paulus menghadapi penentangan berulang dari individu-individu yang salah paham akan atau menyimpangkan ajarannya mengenai hukum Musa dan iman kepada Kristus (lihat Kisah Para Rasul 13:45; 15:1–2; 21:27–28; Roma 3:8; 2 Petrus 3:15–16). Paulus terbukti memiliki alasan untuk menduga bahwa kesalahpahaman semacam itu telah sampai kepada anggota Gereja di Roma, maka dia menulis untuk mengatasi masalah apa pun sebelum dia tiba.

(3)Untuk meningkatkan persatuan di antara anggota Gereja yang orang Yahudi dan orang bukan Israel. Tidak lama sebelum Paulus menulis surat ini, orang Kristen Yahudi yang telah dikeluarkan dari Roma oleh Kaisar Klaudius (lihat Kisah Para Rasul 18:2) mulai kembali ke Roma dan ke jemaat-jemaat yang sebagian besar adalah orang Kristen bukan Israel. Situasi ini mungkin telah membangkitkan sejumlah ketegangan dan masalah di antara orang Kristen Yahudi dan bukan Israel. Sebagai “rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi” (Roma 11:13), Paulus berupaya untuk mengintegrasikan orang insaf bukan Israel ke dalam Gereja; tetapi sebagai orang Yahudi (lihat Roma 11:1), Paulus juga merasakan hasrat yang besar bagi bangsanya sendiri untuk menerima Injil. Paulus mendorong persatuan Gereja dengan mengajarkan bagaimana asas-asas Injil berlaku bagi semua Orang Suci (lihat Roma 3:21–4:25; 11:13–36; 14:1–15:13).

Setelah salam pembukaan, surat tersebut dimulai dengan pernyataan dari temanya: “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan” bagi semua yang “hidup oleh iman” kepada Yesus Kristus (Roma 1:16–17).

Meskipun Surat kepada Jemaat di Roma telah memainkan peran penting dalam sejarah Kristiani, sayangnya itu juga telah menjadi “sumber dari lebih banyak kesalahpahaman, kesalahpenafsiran, dan kekacauan ajaran daripada kitab Alkitab lainnya,” menurut Penatua Bruce R. McConkie dari Kuorum Dua Belas Rasul (Doctrinal New Testament Commentary, 3 jilid [1965–1973], 2:211). Bahkan di antara orang Kristen zaman dahulu, tulisan-tulisan Paulus dianggap sebagai “sukar dipahami”, dan ajaran-ajarannya terkadang disimpangkan dan disalahpersepsikan (2 Petrus 3:15–16).

Roma 1–3 Paulus menjelaskan ajaran pembenaran melalui iman kepada Yesus Kristus. Paulus mendefinisikan penderitaan penuh dosa yang dihadapi seluruh umat manusia dan mengajarkan bahwa solusi Allah untuk masalah ini bagi semua orang adalah Pendamaian Yesus Kristus. Melalui setia menerima Pendamaian Kristus, seluruh umat manusia dapat dibenarkan (diampuni) dan menerima keselamatan.

Roma 4–8 Paulus mengutip teladan Abraham untuk mengilustrasikan ajaran pembenaran melalui iman. Dia memaparkan ajaran-ajaran keselamatan dan mengajarkan bagaimana ajaran-ajaran itu berdampak terhadap kehidupan semua yang memiliki iman kepada Kristus.

Roma 9–16 Paulus menulis mengenai status terpilihnya Israel, menyajikan penolakan terhadap Injil, dan keselamatan pada akhirnya. Paulus menasihati anggota Gereja orang Yahudi dan orang bukan Israel untuk menjalankan Injil agar akan ada kedamaian dan persatuan dalam Gereja. Dia memohon kepada para Orang Suci di Roma untuk terus menaati perintah-perintah.

Tema : Pembenaran Hanya karena Iman Roma 3:21-31 Landasan firman Tuhan untuk tema tentang pembenaran karena iman diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat di kota Roma, yaitu dalam Roma 3:21-31. Pembenaran karena iman merupakan suatu doktrin yang kuat dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di kota Roma ini. Dalam perspektif doktrin Kristen, pembenaran karena iman sangat sentral dan penting. Oleh karena itu, maka setiap orang yang percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi harus memahami tentang pembenaran karena iman. Pertanyaan penting yang harus diajukan adalah mengapa setiap orang harus mengalami pembenaran karena iman? Apa dampak positif dari pembenaran karena iman itu bagi hidup kita? Berdasarkan Roma 3:21-31, maka kita menemukan alasan setiap kita harus mengalami pembenaran karena dan kita menemukan keuntungan yang sangat besar dari pembenaran karena iman itu bagi hidup kita, yaitu: 1. Semua orang sudah berdosa – Roma 3:23. Ini yang melatar belakangi setiap orang membutuhkan pembenaran karena iman. Rasul Paulus menulis: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” – Roma 3:23. Memang secara natural, manusia pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk selalu membela dan membenarkan diri. Tindakan tersebut dilakukan untuk menutupi kesalahannya dan tidak mau begitu saja dipersalahkan. Bahkan walaupun dia sadar dan tahu bahwa dia bersalah tetap saja membela diri. Sikap ini haruslah dipahami sebagai suatu reaksi yang menegaskan bahwa memang semua orang sudah berdosa. Rasul Paulus menunjukan dengan terang benderang bahwa tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang tidak berdosa. Itulah sebabnya semua orang pastilah dihukum karena dosa-dosanya. Rasul Paulus terus mendorong supaya setiap orang sadar bahwa ia adalah orang berdosa, dikuasai dosa dan tidak bisa melepaskan diri dari dosa serta tidak dapat menyelamatkan diri dari murka Allah atas dosa. Berdasarkan fakta otentik itulah, maka rasul Paulus dalam pimpinan, tuntunan, arahan, bimbingan dan ilham Roh Kudus menunjukkan bahwa manusia memerlukan pembenaran karena iman. Setiap orang bisa diselamatkan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus. 2. Yesuslah jawaban satu-satunya bagi manusia berdosa – Roma 3:24-26. Ini adalah tahap kedua yang menjadi alasan kuat setiap orang membutuhkan pembenaran karena iman. Ada dua kata terkait dengan pembenaran karena iman, yaitu: 1) kasih Allah ayat 24; 2) keadilan Allah ayat 26. Rasul Paulus menegaskan bahwa: “oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan Cuma-Cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (band. Efesus 2:8-9). Dalam konteks pembenaran karena iman, kasih Allah merupakan pondasi utama bagi setiap orang berdosa. Pada sisi lain, yang juga harus diperhatikan dengan serius adalah Allah yang adalah kasih itu (1 Yohanes 4:8) juga adalah Allah yang adil (Mazmur 7:12; Yesaya 30:8; Yohanes 17:25; 1 Yohanes 2:1). Allah tidak bisa melanggar ketetapan-Nya sendiri atau mengingkari sifat-sifatNya. Allah adalah kasih sehingga Ia mengampuni setiap orang yang berdosa dan menerima kita apa adanya. Namun, sifat keadilan Allah menuntut untuk bertindak adil terhadap setiap orang berdosa. Dalam frame keadilan Allah, maka semua manusia yang berdosa layak untuk dihukum. Itulah sebabnya rasul Paulus tegaskan bahwa upah dosa itu adalah maut (Roma 6:23). Merujuk kepada penjelasan di atas, maka kita dihadapkan dengan sebuah masalah teologis. Bagaimana Allah mengatasi persoalan tersebut? Pada satu sisi Allah mengasihi dan pada sisi lain Allah itu adil sehingga harus menghukum dosa. Guna mengatasi konflik teologis itulah Yesus harus mati di atas kayu salib menanggung hukuman dosa kita. Inkarnasi Yesus menjadi bukti kasih Allah kepada kita. Kematian Yesus di atas kayu salib menjadi bukti keadilan Allah yang menghukum dosa kita. Yesus Kristus memenuhi tuntutan hukuman keadilan Allah secara sempurna serta perwujudan kasih Allah yang total sempurna bagi kita. 3. Yesus sentral dari pembenaran karena iman – Roma 3:27-31 Warren W. Wirsbe berkaitan dengan pembenaran karena iman menulis: “Pembenaran adalah tindakan Allah untuk membenarkan orang berdosa di dalam Kristus berdasarkan karya penyelamatan Kristus yang sempurna di kayu salib”. Rasul Paulus memberikan penjelasan secara akurat elemen-elemen yang berkaitan dengan pembenaran karena iman, yaitu: 1) tanpa hukum Taurat (Roma 3:21; 2) melalui iman dalam Kristus (Roma 3:22a); 3) ditawarkan untuk semua orang (Roma 3:22b-23); 4) oleh kasih karunia (Roma 3:24); 5) dibayar dengan harga yang mahal (Roma 3:24b-25); 6) dengan keadilan yang sempurna (Roma 3:25-26). Unsur-unsur pembenaran karena iman tersebut di atas harus disadari dan dipahami secara benar oleh setiap orang percaya sehingga ia dapat menghayati arti dan makna keselamatan serta pembenaran karena iman. Dalam frem itu, maka kita akan semakin bertumbuh dalam iman, memiliki rasa hormat dan takut kepada Allah, rela berkorban dalam melayani Allah dan semakin menjadi berkat bagi sesama kita. Amin

Selamat beraktivitas dan tetap setia berkarya bagi hormat dan kemuliaan bagi Kristus Tuhan kita. Immanuel