Benarkah Australopithecus Africanus merupakan keturunan langsung Australopithecus afarensis Jelaskan dasar pendapat Anda?

Australopithecus Africanus adalah fosil homini pertama yang ditemukan di Afrika. Australopithecus berasal dari kata Australis yang artinya selatan dan Pithecos yang berarti kera. Jadi artinya adalah kera dari Selatan. Berdasarkan bukti – bukti yang terkumpul oleh para palaeontologis dan arkeologis, Australopithecus berkembang pada sekitar 4 juta tahun lalu dan penyebaran ke seluruh dunia berlangsung pada 2 juta tahun lalu sebelum punah.

Ada dugaan bahwa satu dari sekian spesies Australopithecus berevolusi menjadi genus homo, sedangkan jenis Australopithecus robustus dan Australopithecus Boisei masih diperdebatkan apakah termasuk genus ini atau tidak. Keduanya kerap disebut juga dengan Paranthropus Robustus atau Paranthropus Boisei.

Fosil Manusia Purba Australopithecus Africanus

Fosil Australopithecus Africanus pertama kali ditemukan pada tahun 1924 di Taung, Bechunaland, Afrika Selatan. Fosil manusia purba Australopithecus Africanus ditemukan dalam endapan breksi gua karst di Taung, lalu diidentifikasi dengan nama Australopithecus Africanus. Penemunya adalah Raymond Dart yang memberi nama spesies pertama tersebut sebagai “Anak Taung” (The Taung Child), karena ia berpendapat bahwa fosil ini berasa dari manusia yang masih sangat muda, dan memiliki penampakan yang ‘menyerupai’ manusia. Raymond Darta adalah kepala departemen anatomi di University of The Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan.

Temuan tengkorak yang berasal dari Taung menunjukkan individ yang memiliki susunan gigi mirip manusia dengan taring yang sejajar dengan gigi yang lain dan bentuknya tereduksi. Susunan giginya menyerupai Australopithecus Afarensis. Volume tengkoraknya sekitar 550 cc dengan foramen magnum atau lubang dasar tengkorak yang posisinya relatif ke tengah, menunjukkan posisi kepala yang tegak di badan. Bentuk tengkorak relatif tipis dengan bentuk muka yang besar, berdahi landai dengan tulang kening yang terlihat jelas menonjol.

Penemuan – penemuan selanjutnya kemudian menunjukkan bahwa Australopithecus memang benar – benar memiliki wajah seperti kera. Penemuan manusia purba Australopithecus Africanus  kemudian terjadi di Strekfontein pada 1935, Makapansgat pada 1948 dan Gladysvale pada 1992. Bagian tubuh yang ditemukan hanya berupa fosil tengkorak kepala. Seluruh spesies Australopithecus yang dibagi menjadi beberapa pengelompokan berbeda sebenarnya merupakan jenis kera yang sudah punah dan menyerupai penampilan kera di zaman sekarang. Ukuran tengkoraknya sama atau lebih kecil dari simpanse yang kerap kita temui saat ini. Sisa – sisa fosilnya memperlihatkan bahwa Australopithecus Africanus lebih dekat kepada bentuk manusia modern daripada Australopithecus Afarensis. Ketahui juga mengenai alat pada manusia zaman purba serta persebaran flora dan fauna pada zaman palaeozoikum.

Ciri – Ciri Manusia Purba Australopithecus Africanus

Manusia prasejarah Australopithecus Africanus termasuk jenis spesies hominid awal yang masa hidupnya berkisar 3 hingga 2 juta tahun silam tepatnya pada era Pliosen. Ciri – ciri Australopithecus Africanus yaitu:

  • Berusia sekitar 3,0 – 2,3 juta tahun
  • Makanannya adalah buah, kacang, biji – bijian dan umbi akar
  • Daerah tempat ditemukannya adalah Afrika Selatan
  • Lingkungan hidupnya di semak – semak dalam hutan kayu
  • Perbedaannya berupa dimorfisme
  • Ukuran tubuh perempuan/betina 115 cm atau 3’9” dengan berat badan 30 kg/67 lbs.
  • Ukuran tubuh laki – laki/ jantan adalah 138 cm/4’6” dengan berat badan 41 kg/91 lbs.
  • Bentuk tubuhnya ramping.
  • Ukuran tubuh Australopithecus Africanus jantan sekitar 20% hingga 40% lebih tinggi dan 30% – 40% lebih berat daripada betina.
  • Volume otak sama dengan kera yaitu 435 – 530 cm3.
  • Beberapa bagian pos orbital tampak mengalami desakan.
  • Gigi taring kecil dan tidak memiliki diastema
  • Geraham depan bagian bawah memiliki dua puncak
  • Lapisan email giginya tebal dan barisan gigi rata
  • Bentuk tangan relatif panjang, tulang jari agak melengkung dan rata – rata panjang seperti manusia.
  • Lumbar melengkung dan penyambung tulang berbentuk pendek dan lebar, membelit ke arah samping.
  • Batang lengan femurnya bersudut terdapat pada lutut.

Bantahan Mengenai Australopithecus Africanus

Spesies Australopithecus selain Australopithecus Africanus terbagi menjadi Australopithecus Afarensis, Australopithecus Sediba, Australopithecus Anamensis. Temuan utama dari genus manusia purba ini adalah fosil jenis Australopithecus Afarensis betina yang dinamakan Lucy, yaitu salah satu fosil paling lengkap yang ditemukan pada tahun 1974 di Hadar, Ethiopia. Kelengkapan fosilnya berjumlah sekitar 40 persen sehingga dapat menunjukkan bahwa spesies yang telah punah ini adalah bipedal yaitu berjalan dengan dua kaki dan bukan makhluk quadrupedal (berjalan dengan empat kaki atau kepalan tangan yang menjadi tumpuannya), seperti keluarga kera yang bukan manusia. Australopithecus Afarensis juga memiliki tubuh yang ramping dan para ilmuwan meyakini bahwa Afarensis adalah nenek moyang dari jenis Homo, yang berarti ia juga merupakan nenek moyang dari sejarah Homo Sapiens.

Penemuan lain yang berhubungan dengan Australopithecus adalah jejak Laetoli di Laetoli, Tanzania yang diperkirakan berasal dari waktu 3,5 juta tahun lalu. Jejak ini terbentuk ketika hominid berjalan pada abu gunung berapi, terindikasi dibuat oleh 2 atau 3 individu yang menjejak diatas jejak sebelumnya. Mary Leakey menemukan ini pada tahun 1976. Ada bagian – bagian yang menonjol di bagian tangan dan kaki yang digunakan untuk memanjat pohon persis seperti simpanse di masa sekarang, dan kakinya mampu berpegangan pada dahan pohon. Ciri lain yang menyerupai juga banyak seperti kedekatan kedua mata, gigi geraham tajam, struktur rahang bawah, lengan panjang dan kaki pendek yang menunjukkan bahwa manusia prasejarah Australopithecus Africanus tidak berbeda dengan kera yang hidup di masa sekarang.

Para ahli evolusi menyatakan bahwa walaupun jenis Australopithecus ini memiliki anatomi yang mirip dengan kera dan mereka berjalan tegak seperti manusia. Peneliti lain yaitu para ahli anatomi terkenal tingkat dunia bernama Lord Solly Zuckerman dan Prof Charles Oxnard telah meneliti secara mendalam mengenai berbagai spesimen Australopithecus. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa makhluk ini bukanlah makhluk bipedal atau berjalan menggunakan kedua kaki, tetapi memiliki cara berjalan yang seperti kera di zaman sekarang.

Penelitian pada tulang – tulang dan fosil manusia purba Australopithecus Africanus selama 15 tahun menghasilkan satu kesimpulan bahwa Australopithecus hanya sejenis kera biasa dan sama sekali bukan bipedal. Struktur rangka Australopithecus juga disamakan dengan orang utan modern. Seorang antropolog Amerika bernama Holly Smith pada tahun 1994 meneliti gigi – gigi Australopithecus dan menemukan bahwa Australopithecus hanyalah sejenis kera. Ketahui apa saja jenis artefak prasejarah, alat pada zaman batu dan macam – macam artefak bersejarah.

Kemudian di tahun yang sama, beberapa ahli seperti Fred Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld yang seluruhnya ahli anatomi turut memberikan kesimpukan yang sama. Mereka menggunakan metoda penelitian yang berbeda, didasarkan pada analisis perbandingan rongga semi sirkular pada telinga bagian dalam manusia dan kera yang fungsinya untuk menjaga keseimbangan. Rongga telinga bagian dalam dari semua spesimen yang diuji ternyata sama seperti pada kera modern. Maka penemuan ini kembali menegaskan bahwa manusia purba Australopithecus Africanus adalah spesies yang menyerupai kera zaman sekarang. Hal ini juga diperkuat oleh bantahan Sir Arthur Keith yang menyatakan bahwa tengkorak tersebut tidak berasal dari kera muda, melainkan lebih mungkin berasal dari bayi gorila atau simpanse.

KOMPAS.com - Australopithecus Africanus adalah spesies hominid awal, yang hidup sekitar 2-3 juta tahun yang lalu pada era Pliosen.

Fosil Australopithecus Africanus ditemukan oleh Raymond Dart pada 1924 di Taung, Afrika Selatan.

Selain itu, fosil ini juga ditemukan di tiga situs lain di Afrika Selatan, Sterkfontein (1935), Makapansgat (1948), dan Gladysvale (1992).

Baca juga: Mengapa Manusia Purba Tertua Banyak Ditemukan di Afrika?

Sejarah penemuan

Untuk pertama kalinya, Raymond Dart menemukan Australopithecus Africanus di Taung, Bechunaland, Afrika Selatan, pada  1924.

Kepala Departemen Anatomi di University of The Witwatersrand, Afrika Selatan, ini menemukan fosil tersebut di dalam endapan breksi gua karst di Taung.

Pada awalnya, Raymond Dart menamai temuannya "Anak Taung", karena berpendapat bahwa fosil Australopithecus Africanus adalah milik manusia purba yang masih muda.

Barulah pada 1924, Raymond Dart menamai temuannya sebagai Australopithecus Africanus.

Penamaan Australopithecus Africanus berasal dari bahasa Latin, australo, yang artinya selatan dan bahasa Yunani, pithecus, yang berarti kera.

Sedangkan africanus adalah bentuk Latin dari kata Afrika. Oleh karena itu, arti nama Australopithecus Africanus adalah kera dari Afrika Selatan.

Dalam penemuan itu, dapat diidentifikasi bahwa volume tengkorak fosil Australopithecus Africanus sekitar 550 cc.

Bentuk tengkoraknya relatif tipis dengan bentuk muka yang besar, serta berdahi landai dengan tulang kening yang menonjol.

Baca juga: Australopithecus Afarensis, Ibu Manusia dari Afrika

Penemuan fosil Australopithecus Africanus selanjutnya terjadi di Strekfontein pada 1935, Makapansgat pada 1948, dan Gladysvale pada 1992.

Fosil yang ditemukan hanya berupa bagian tengkorak kepala, yang ukurannya hampir sama dengan tengkorak simpanse.

Penemuan Australopithecus Africanus menjadi bukti pertama bahwa manusia berevolusi di Afrika.

Ciri-ciri Australopithecus Africanus

Manusia Australopithecus Africanus yang hidup sekitar 3-2 juta tahun yang lalu memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:

  • Bentuk tubuhnya ramping
  • Volume otak 435 – 530 cc
  • Gigi taring kecil
  • Lapisan email giginya tebal dan barisan gigi rata
  • Bentuk tangan relatif panjang
  • Tulang jari agak melengkung
  • Tinggi badan 115-138 cm

Baca juga: Homo Habilis, Manusia Tangkas dari Afrika

Kehidupan

Australopithecus Africanus hidup lebih dari 2,5 juta tahun lalu dan menempati lingkungan Afrika Selatan yang didominasi hutan dan padang rumput sabana.

Para ahli memperkirakan bahwa manusia purba ini adalah pemakan tumbuhan dan buah-buahan.

Namun, dalam perkembangannya, mereka juga memakan daging. Bahkan Australopithecus Africanus diperkirakan oleh para ahli sebagai spesies manusia purba pertama yang melakukan perburuan binatang yang berukuran besar.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Australopithecus Africanus menggunakan alat-alat sederhana, seperti tongkat dan tulang hewan.

Selain itu, mereka juga kemungkinan menggunakan alat-alat dari batu, meskipun belum ada bukti bahwa batu mereka bentuk atau modifikasi.

Baca juga: Mengapa Afrika Disebut Benua Hitam?

Australopithecus Africanus dianggap oleh para ahli sebagai keturunan langsung dari Australopithecus Afarensis, yang dijuluki sebagai Ibu Kemanusiaan dari Afrika.

Selain itu, para ahli pernah menganggap bahwa manusia purba ini sebagai nenek moyang langsung dari manusia modern.

Akan tetapi, penemuan lain dari fosil hominid manusia purba membantah anggapan bahwa Australopithecus Africanus sebagai nenek moyang manusia modern.

Sementara itu, fosil manusia purba yang banyak ditemukan di Afrika Selatan antara 1930 hingga 1940-an diakui oleh para ahli sebagai milik spesies Australopithecus Africanus.

Fosil yang ditemukan pada 2010-an di Malapa, Afrika Selatan, juga diidentifikasi sangat mirip dengan Australopithecus Africanus.

Referensi:

  • Diansyah, Arfan. (2019). Prasejarah Indonesia. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.