Berikut ini surah yang menjelaskan tentang keseimbangan hidup adalah

Katanya, kita harus SEIMBANG antara mencari dunia dan mencari akherat. Padahal Allah berpesan untuk lebih mendahulukan dan mementingkan akherat. Renungkanlah firman-Nya:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Carilah negeri AKHERAT pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“. (QS. Al-Qosos: 77).

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita agar memanfaatkan nikmat dunia yang Allah berikan, untuk meraih kemuliaan akherat. Arti simpelnya: korbankanlah duniamu, untuk meraih akheratmu!

Lalu Allah katakan, jangan kamu lupakan BAGIANMU dari dunia. Ya, “bagianmu”, yakni bagian kecil dari duniamu, bukan setengahnya, apalagi semuanya. Jelas sekali dari ayat ini, bahwa kita harusnya mementingkan akherat, bukan seimbang dengan dunia, apalagi mendahulukan dunia.

Jujurlah, mungkinkah Anda menyeimbangkan antara dunia dan akherat?! Sungguh, seakan itu hal yang mustahil. Yang ada: mendahulukan dunia, atau mendahukan akherat. Dan yang terakhir inilah yang Allah perintahkan.

Makanya, Allah berfirman dalam ayat lain:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidaklah ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah hanya kepada-Ku“. (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah adalah tujuan UTAMA kita diciptakan. Jika demikian, pantaskan kita menyeimbangkan antara tujuan utama dengan yang lainnya?!

Bahkan dalam doa “sapu jagat” yang sangat masyhur di kalangan awam, ada isyarat untuk mendahukan kehidupan akherat:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, juga kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa neraka“. (QS. Albaqoroh: 201)

Di sini ada 3 permintaan; 1 permintaan untuk kehidupan dunia, dan 2 permintaan utk kehidupan akherat. Inilah isyarat, bahwa kita harus lebih memikirkan kehidupan akherat, wallohu a’lam.

Semoga bermanfaat, amin.

***

Penulis: Ust. Musyafa Ad Dariny, Lc., MA.

Artikel Muslim.or.id

🔍 Nama Nama Paman Nabi Muhammad, Kewajiban Manusia Dalam Islam, Wudhu Yang Benar Menurut Rasulullah, Hadits Menyambung Silaturahmi, Pengertian Kaidah Agama

Sumber: klikmu.co

Kita semua sebagai manusia pasti menginginkan hidup yang sejahtera, pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang bagus, rumah yang nyaman , namun kita juga harus bisa menjadi hamba yang patuh kepada Allah SWT. lalu bagaimana cara menyeimbangkan keduanya?

Lihatlah Hadits ini, dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi,: ‘hadits hasan sahih’), dan juga dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim).

Jadi jangan sedih jika kita bisa hidup serba ada siapa tahu dengan serba kekurangan kita ini bisa menjadi sebab kecintaan Allah turun karena kesabaran kita. Dan jangan pula kita berlebihan dalam mencari dunia, karena dunia tidak bernilai di hadapan-Nya, kecuali hanya sebelah sayap nyamuk.

Tetapi lihat firman Allah SWT. berikut, Allah SWT. berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).

Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa kebahagiaan di akhirat lebih utama dan lebih penting dibandingkan dunia, tetapi kita lihat lagi bukan berarti kita melupakan apa-apa semua yang ada di dunia. Di dunia yang kita miliki adalah pemberian Allah SWT. yang harus kita jaga dan kita syukuri. Contoh perbuatan yang dapat diterapkan dari ayat ini adalah kita bekerja dengan niat ikhtiar mencari keberkahan rezeki dari Allah SWT. jika kita sangat sibuk dengan pekerjaan, maka jangan lupakan sholat wajib yang lima itu.

Sama halnya jika didalam pendidikan, niatkan hati kita belajar karena Allah Ta’ala. Sebanyak apapun tugas yang kita miliki kita tidak boleh meninggalkan kewajiban kita yaitu sholat 5 waktu. Dan berdo’a lah untuk dipermudah otak kita mencerna materi-materi pelajaran yang kita dapat.

Lalu, jika Allah memberikan kita rezeki yang lebih maka bersedekahlah untuk tabungan kita di akhirat. Jangan hanya mementingkan kemewahan yang ada di dunia, karena yang kita miliki sekarang ini tidak akan dibawa ke liang lahat, yang bisa menolong kita di alam kubur hanyalah sedekah jariyah dan amal sholeh.

Bukan kita tidak boleh memakai baju bagus atau sepatu bagus, karena Allah dan Rasul pun sangat menyukai keindahan, yang terpenting kita tidak berlebihan dalam memiliki sesuatu barang. Bisa kita lihat artis - artis memakai baju brand ternama yang beratus - ratus juta harganya, untuk apa berlebihan seperti itu kalau ada yang harga wajar tetapi bagus, lebih baik uangnya disumbangkan ke yang lebih membutuhkan seperti panti asuhan, pesantren di pelosok dan lainnya.

Islam mengajarkan sikap hidup menengah dan berimbang, yakni tidak condong dan ekstrem ke kanan maupun ke kiri. Allah swt pun memberikan predikat kepada umat Islam sebagai umat pertengahan dalam firman-Nya (ditulis artinya), “Demikianlah Kami jadikan kamu suatu umat yang berimbang supaya kamu menjadi saksi atas segenap bangsa, dan Rasul pun menjadi saksi atas kamu. Kami jadikan Kiblat yang sekarang hanyalah untuk menguji siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Sungguh pemindahan kiblat itu suatu soal yang berat kecuali bagi mereka yang telah mendapat petunjuk Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Lembut lagi Maha Penyayang kepada manusia”.(Al-Baqarah/2:143). Dari ayat ini kita harus usahakan menjadi orang yang menengah dari segi dunia maupun akhirat baik dalam harta, makanan, pendidikan dan lainnya janganlah kita berlebihan.

Allah SWT. berfirman“Hai anak-anak Adam, pakailah pakaianmu yang bagus pada waktu memasuki masjid, makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan”. (Al-A’faf/7:31). Pakaian yang bagus menambah keanggunan, kerapihan, dan kebersihan, lebih-lebih ketika hendak menghadap Allah swt dalam shalat. Laki-laki tidak mengenakan kain sutera atau perhiasan yang hanya pantas untuk perempuan.

Dan juga keseimbangan antara dunia dan akhirat itu sangat diperlukan misalnya kita sedang berasa di fase jenuh, lelah, kecewa dengan urusan dunia maka orang muslim tahu caranya menenangkan dirinya yaitu dengan cara aholat atau mendekatkan diri pada Allah SWT. Berbeda dengan orang ateis yang tidak punya kepercayaan kepada Tuhan, saat mereka berada di fase sedih, lelah, jenuh, kecewa mereka tidak punya ‘tempat’ untuk mengadu kekeluh kesahannya seperti kita, makanya mereka membeli obat tidur, pil narkoba dan penenang lainnya.

Dan kemudian kejarlah impian yang kita sangat inginkan, tetapi jangan lupa tujuan muslim sebenarnya adalah kampung akhirat atau surga maka jangan berbuat curang dalam usaha yang ikhtiarkan. Jujurlah karena takut kepada Allah maka akan berkahlah impian yang kita ingin capai.

Kesimpulannya tekuni semua yang kita minat selagi itu baik dan tidak ada mudharatnya, dan selalu ingatlah Allah SWT agar kita tetap seimbang dalam kehidupan dunia dan juga kehidupan nanti di akhirat. Perbaiki akhlak dan adab, dalam hal akhirat niatkan karena Allah dan dalam hal dunia karena tidak ingin berbuat buruk pada manusia, tidak ingin membuat orang lain tersakiti serta tidak ingin mendapat perlakuan yang sama dari orang lain. Semoga bermanfaat.