1.5. Proses PenelitianUntuk meningkatkan kualitas keilmuan maka kita perlu melakukan penelitian, denganmenggunakan proses penelitian yang agar dapat mencapai optimasi pada berbagaikeputusan riset. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana proses penelitian tersebutdilaksanakan.Terdapat beberapa alasan perlunya mempelajariScientific Inquiry, yaitu:a)Scientific Inquirymembuat kita lebihknowledgeabledalam arti kita mempunyaidasar untuk mengemukakan pendapat kita.b)Menerangkan lebih lengkap dan lebih dalam dan komprehensif.c)Membuat kita lebih berbudaya dalam arti apa yang kita ungkapkan selaludidasarkan pada fakta.d)Memunculkan pengetahuan dan ide yang baru.Selain itu terdapat beberapa dasar karakteristik dariScientific Inquiry, yaitu:a)Berdasarkan faktaPenelitian yang dilakukan harus didasarkan pada kenyataan/fakta di lapangan.b)Bersifat objektifMaksudnya objektif yaitu harus jelas sumbernya sehingga penelitian yangdihasilkan dapat juga dilakukan oleh peneliti lainnya dalam studi yang samadengan kondisi yang sama pula.c)Dapat dianalisisIni menunjukkan adanya proses yang tepat dan benar untuk mengidentifikasimasalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah tersebut sesuaidengan metodologi yang telah dipilih sebelumnya.d)Bersifat kuantitatifPenelitian yang dilakukan harus bisa diukur berdasarkan argumentasi ilmiahsehingga kesimpulan yang dibuat secara rasional didasarkan pada bukti-bukti Metodologi Penelitian19yang tersedia. Penelitian tersebut juga harus didukung oleh pengembangankonsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiahe)Berpikir deduktif-hipotesisKarakteristikScientific Inquirymengikuti dua pola berpikir yaitu pola pikirdeduktif dan induktif pola pikir deduktif adalah pola pikir yang dimulai secaraumum ke arah yang lebih khusus. Riset area deduktif sangat sulit ditemukandalam melakukan penelitian sehingga dalam pola pikir deduktif digunakanhipotesis.f)Berpikir induktif-generalPola pikir induktif adalah pola pikir yang dimulai dari yang khusus mengarahke arah yang lebih umum. Pola induktif lebih dominan dipakai dalammelakukan penelitian. Contohnya dalam pengambilan sampel, bila ditanya akanmemberikan jawaban yang seragam di interpolasi. Kesimpulannya terbatas padaruang lingkup penelitian yang diuraikan dan bila penelitian tersebut diulangioleh orang lain, hasilnya konsisten dan hal inilah yang akan menjadicommentknowkladge.Gambar 1.3. Diagram Alur Penelitian Ilmiah77Busha, Charles P & Stephen P. Harter.Research Methods In Librarianship. Academic Press, 1980.PermasalahanPengumpulan literaturPerumusan masalahMetodologi desainPengumpulan dataAnalisa dataHasil penelitianRefine Hipotesis Metodologi Penelitian20Gambar 1.3. diatas merupakan alur penelitian yang secara umum banyak digunakanoleh para peneliti. Untuk lebih jelasnya mengenai proses penelitian tersebut, berikut iniakan dijelaskanoutputdari setiap tahapan yang ada dalamScientific of Inquirytersebut:1.Penetapan Permasalahan ( Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document End of preview. Want to read all 194 pages? Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document
Melanjutkan tulisan sebelumnya mengenai pendekatan scientific (pendekatan ilmiah) yang digunakan dalam pembelajaran di Kurikulum 2013, berikut ini blog penelitian tindakan kelas akan menyajikan esensi pendekatan ilmiah (scientific), perbandingan pendekatan ilmiah dengan non ilmiah, serta karakteristik-karakteristik pendekatan ilmiah (scientific) tersebut. Mari kita simak.
Pada suatu pendekatan yang dilakukan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para saintis lebih mementingkan penggunaan pelararan induktif (inductive reasoning) daripada penggunaan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif adalah bentuk penalaran yang mencoba melihat fenomena-fenomena umum untuk kemudian membuat sebuah simpulan yang khusus. Penalaran induktif (inductive reasoning) adalah kebalikannya. Penalaran induktif justru memandang fenomena-fenomena atau situasi-situasi yang khusus lalu berikutnya membuat sebuah simpulan secara keseluruhan (umum). Esensinya, pada penggunaan penalaran induktif, bukti-bukti khusus (spesifik) ditempatkan ke dalam suatu relasi (hubungan) gagasan/ide yang lebih luas (umum). Sedangkan metode ilmiah pada umumnya meletakkan fenomena-fenomena unik dengan kajian khusus/spesifik dan detail lalu setelah itu kemudian merumuskan sebuah simpulan yang bersifat umum. Metode ilmiah adalah sebuah metode yang merujuk pada teknik-teknik penyelidikan terhadap suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Agar dapat dikatakan sebagai metode yang bersifat ilmiah, maka sebuah metode penyelidikan/inkuiri/pencarian (method of inquiry) haruslah didasarkan pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Oleh sebab itulah metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Untuk lebih jelas mengenai Metode Ilmiah dan Langkah-Langkah Metode Ilmiah silakan di baca di sini. Dan untuk Langkah-Langkah Penelitian Ilmiah, di sini. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah mempunyai hasil yang lebih efektif bila dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran dengan pendekatan tradidional. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Sebuah proses pembelajaran yang digenjot oleh seorang guru di kelasnya akan dapat disebut ilmiah bila proses pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria berikut ini.
Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala. Baca juga tentang trial and error (penemuan coba-coba) di artikel ini. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata. Baca tentang 10 Definisi Berpikir Kritis di sini. Contoh-Contoh Berpikir Kritis dapat dibacadi sini. Baca juga 10 Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Beyer. Demikian tulisan tentang esensi dan karakteristik pendekatan scientific (pendekatan ilmiah) yang ditonjolkan penggunaannya dalam proses pembelajaran di kelas pada implementasi Kurikulum 2013 dari blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran. Sumber: Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 |