Berikut yang tidak termasuk sahabat nabi yang tidak dipersaudarakan dengan kaum ansor adalah

Abdurrahman bin Auf berterima kasih tawaran harta dan wanita dari kaum Anshar.

MgIt03

Teladan Abdurrahman bin Auf Ketika Ditawari Harta dan Wanita. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi

Rep: Ali Yusuf Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sa'ad Ibn Rabiah adalah seorang Anshar di Madinah yang kaya raya di masanya. Sa'ad dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW dengan Abdurrahman bin Auf seorang Muhajirin dari Makkah saat awal-awal hijrah dari Makkah ke Madinah.

Dikisahkan Rafy Sapuri dalam bukunya Kisah-Kisah Teladan, suatu ketika Sa'ad berkata kepada Abdurrahman.

"Aku adalah orang terkaya dari kaum Anshar. Aku akan membagi separuh hartaku kepadamu. Aku juga memiliki dua Istri maka pilihlah mana yang paling menarik untukmu di antara keduanya. Sebutkan namanya, maka aku akan menalaknya. Jika Idahnya sudah habis, nikahilah dia," katanya.Tawaran itu itu di tolak dengan lembut oleh Abdurrahman. Ia berkata."Semoga Allah memberkahimu atas keluarga dan hartamu," katanya.

Abdurrahman tak memanfaatkan tawaran istimewa itu dengan menerimanya tanpa kerja keras. Ia malah meminta tunjukan di mana lokasi pasar.

Baca Juga

"Cukuplah engkau tunjukkan kepadaku di manakah pasar kalian berada," katanya.Lalu kaum Anshar menunjukkan kepada Abdurrahman pasar Bani Qainuqa. Begitulah, akhirnya Abdurrahman selalu kembali dari pasar itu dengan membawa keuntungan dari berjualan minyak samin dan keju. "Sungguh, rasa kesetiakawanan yang dimiliki kaum Anshar begitu mengagumkan," kata Rafy.Menurutnya, sulit mencari bandingannya dalam lembaran-lembaran sejarah manapun bahwa akan ada solidaritas persahabatan dan kebersamaan seperti yang kaum Anshar lakukan. Bahkan, atas semua yang telah diberikan, mereka tidak menuntut kembal.

"Hal itu terbukti saat pasukan Rasulullah SAW berhasil mengusir bani Nadhir dari Madinah tetapi kaum Anshar tidak mendapat bagian dari rampasan perang sedikitpun," katanya.

  • abdurrahman bin auf
  • harta dan wanita
  • sahabat nabi
  • kisah sahabat nabi

Berikut yang tidak termasuk sahabat nabi yang tidak dipersaudarakan dengan kaum ansor adalah

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Rep: Lida Puspaningtyas Red: Ilham

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah karena akan masuk surga.Ia juga termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama Rasul masih hidup.Pada masa jahiliyah, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah dari Allah dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam.Seperti kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam lainnya, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Namun, ia tetap sabar dan tabah. Abdurrahman turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraisy.Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi pelopor kaum Muslimin. Di kota yang dulu bernama Yatsrib ini, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi Al-Anshari.Sa'ad termasuk orang kaya diantara penduduk Madinah, ia berniat membantu saudaranya dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolak. Ia hanya berkata, "Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini!"Sa'ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum lama menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah seraya berkata, "Saya ingin menikah, ya Rasulullah," katanya."Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?" tanya Rasul SAW. "Emas seberat biji kurma," jawabnya. Rasulullah bersabda, "Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu."Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki 'Sahabat Bertangan Emas'.Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin Utsman bin Ka'ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah.Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.

Mengetahui hal tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah, "Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya."

  • kisah sahabat
  • abdurrahman bin auf
  • sahabat rasulullah
  • sahabat bertangan emas

Berikut yang tidak termasuk sahabat nabi yang tidak dipersaudarakan dengan kaum ansor adalah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.

Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga terwujud persatuan yang tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajrin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.

Berikut yang tidak termasuk sahabat nabi yang tidak dipersaudarakan dengan kaum ansor adalah
Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabat misalnya:

Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW

Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid

Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar)

Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar)

Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang- sepasang, layaknya seperti saudara senasab.

Setelah selesai membangun Masjid Nabawi sebagai pusat pertemuan dan interaksi umat Islam, Nabi Muhammad mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Hal itu dilakukan di rumah Anas bin Malik. Saat itu berkumpul sembilan puluh orang yang terdiri dari kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Nabi Muhammad bersabda bahwa Ali bin Abi Thalib adalah saudara beliau. Lalu Nabi Muhammad mempersaudarakan mereka satu per satu untuk saling tolong menolong dan saling mewarisi. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam surat Al Anfal ayat 75:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ مَعَكُمۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ مِنكُمۡۚ وَأُوْلُواْ ٱلۡأَرۡحَامِ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلَىٰ بِبَعۡضٖ فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمُۢ  ٧٥

75.  Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Maka setelah itu, warisan hanya diberikan kepada kerabat saja, namun persaudaraan mereka tetap berlaku.

Orang-orang yang dipersaudarakan adalah:

1.      Hamzah bin Abdul Muththalib dipersaudarakan dengan Zaid bin Haritsah, mantan budak Nabi. Hamzah mewasiatkan sesuatu kepada Zaid bin Haritsah pada Perang Uhud jika terjadi sesuatu pada dirinya.

2.      Ja’far bin Abu Thalib dipersaudarakan dengan Muadz bin Jabal.

3.      Abu Bakar Ash Shiddiq dipersaudarakan dengan Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair.

4.      Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Utban bin Malik.

5.      Abu Ubaidah bin Abdullah bin Al Jarrah (nama aslinya Amir bin Abdullah) dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Muadz bin An Nu’man.

6.      Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’.

7.      Zubair bin Awwam dipersaudarakan dengan Salamah bin Salamah bin Waqs. Ada yang mengatakan bahwa Zubair dipersaudarakan dengan Abdullah bin Mas’ud.

8.      Utsman bin Affan dipersaudarakan dengan Aus bin Tsabit bin Al Mundzir.

9.      Thalhah bin Ubaidillah dipersaudarakan dengan Ka’ab bin Malik.

10.  Sa’id bin Zaid bin Amir bin Nufail dipersaudarakan dengan Ubai bin Ka’ab.

11.  Mush’ab bin Umair bin Hasyim dipersaudarakan dengan Abu Ayyub Khalid bin Zaid.

12.  Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah dipersaudarakan dengan Abbad bin Bisyr bin Waqsy.

13.  Ammar bin Yasir dipersaudarakan dengan Hudzaifah bin Al Yaman. Ada yang mengatakan bahwa Tsabit bin Qais bin Asy Syammas dipersaudarakan dengan Ammar.

14.  Abu Dzar Al Ghiffari dipersaudarakan dengan Al Mundzir bin Amr.

15.  Hathib bin Abu Balta’ah dipersaudarakan dengan Uwaim bin Saidah.

16.  Salman Al Farisi dipersaudarakan dengan Abu Ad Darda’ Uwaimir bin Tsa’labah.

17.  Bilal, mantan budak Abu Bakar, sang Muadzin, dipersaudarakan dengan Abu Ruwaihah Abdullah bin Abdurrahman Al Khats’ami.

Persaudaraan tersebut benar-benar diwujudkan oleh kaum muslimin dengan penuh ketulusan dan kesungguhan. Kaum Anshar memiliki rasa kepedulian yang besar kepada saudara-saudara seiman mereka dari kaum Muhajirin. Mereka sangat menyayangi saudaranya, membantu dengan harta mereka, bahkan lebih mementingkan saudaranya meskipun mereka juga sedang kesusahan. Sementara kaum Muhajirin menerima dengan secukupnya, tidak menjadikannya sebagai kesempatan untuk meminta lebih banyak. Rasulullah menjadikan persaudaraan itu sebagai suatu hal yang berarti, bukan hanya sekadar kata yang kosong tanpa makna.

Sesuai pernyataan Muhammad Al Ghazali, tujuan persaudaraan ini adalah untuk menghilangkan kebiasaan jahiliyah hingga hanya ada ruh Islam saja dan agar perbedaan keturunan, warna kulit, dan kedaerahan sudah tidak dipedulikan lagi dan hanya ada Islam. Seseorang tidak boleh membanggakan seseorang atau merendahkannya kecuali dengan nilai ketaqwaan.

Baca Juga, Penting untuk Diketahui saat Ada Ancaman Virus: Hebatnya Empon-Empon, dari Bumbu Dapur hingga Penambah Daya Tahan Tubuh

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah mempersaudarakan antara Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’.

Sa’ad berkata, “Saya orang Anshar yang kaya, saya akan bagi dua harta saya, dan saya memiliki dua isteri, yang mana yang kamu suka, sebutkan saja, saya akan menceraikannya dan jika telah selesai masa iddahnya, nikahilah”.

Namun Abdurrahman bin Auf menjawabnya dengan santun, “Semoga Allah memberkahimu, keluargamu dan hartamu, mohon tunjukkan kepada saya di mana letak pasar Madinah?”.

Lalu Sa’ad memberitahu letak pasar Bani Qainuqa’ kepadanya untuk melakukan kegiatan perdagangan di sana. Abdurrahman bin Auf membawa barang-barang yang akan dijual seperti keju dan mentega. Dan tidak berapa lama, Abdurrahman sudah memperoleh laba yang besar. Dia juga menikahi wanita Madinah dengan mas kawin berupa emas. Selain Abdurrahman, banyak juga dari kalangan Muhajirin yang melakukan hal serupa itu. Hal itu terjadi karena kepandaian orang-orang Mekkah dalam perdagangan, sampai ada orang yang mengatakan, “Dengan perdagangannya, dia dapat mengubah pasir gurun menjadi emas”.

Kaum Muhajirin yang tidak melakukan perdagangan di antaranya adalah Abu Bakar, Umar, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain. Keluarga-keluarga mereka bekerja di bidang pertanian dengan menggarap lahan miliki kaum Anshar bersama pemiliknya.

Tindakan mempersaudarakan ini sangat efektif dalam mengatasi problem kesenjangan sosial antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Kehidupan mereka menjadi lebih tenteram. Sudah pasti bahwa hal ini adalah tindakan yang bijaksana dan menunjukkan adanya suatu strategi yang tepat serta berpikir ke depan.

Referensi:

·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.

·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.

·         Al-Mubarakfuriyy, Syeikh Safy Al-Rahman. Seerah Nabawiyyah, Al-Raheeq Al-Makhtum.

·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.