Bibir bengkak dan gatal alergi apa?

Mengalami bibir bengkak tiba-tiba memang bisa bikin cemas. Awalnya hanya timbul sensasi hangat dan terasa tak nyaman di bibir. Namun, begitu kamu bercermin, barulah tampak bibir membengkak yang tak biasa.

Jika hal ini terjadi, jangan panik. Cari tahu penyebab bibir bengkak dengan mengingat apa yang baru kamu makan, apakah baru saja mengoleskan sesuatu di bibir, atau merasa digigit serangga?

Jangan langsung mengoleskan apa pun pada bibir yang bengkak. Karena, bisa saja bertambah parah.

Berikut beberapa penyebab bibir bengkak tiba-tiba yang banyak terjadi:

1. Angioedema

Angioedema merupakan pembengkakan yang terjadi di bawah jaringan kulit. Kondisi ini bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti penggunaan obat-obatan darah tinggi dari golongan ACE-Inhibitor, ibuprofen, antibiotik, aspirin, morfin, kodein, dan NSAID.

Hal lain yang bisa menyebabkan angioedema adalah reaksi alergi terhadap bulu binatang, serbuk sari, spora jamur, dan gigitan serangga.

Artikel Lainnya: Cara Menebalkan Bibir dengan Sedot Botol, Amankah?

Makanan juga bisa menjadi penyebab bibir bengkak, seperti buah-buahan tertentu, ikan, udang, daging babi, kerang, produk susu, kacang, dan cokelat.

Pembengkakan angioedema umumnya terjadi selama 24-48 jam. Keluhannya bisa terjadi di bagian tubuh mana saja. Namuni, mata dan bibir adalah area tersering yang jadi sasaran.

Saat mengalami angioedema, kamu dianjurkan untuk menghentikan penggunaan obat yang tadi disebutkan. Konsultasi kepada dokter untuk mendapatkan obat penggantinya.

Angioedema merupakan kondisi yang berhubungan dengan pembengkakan atau benjolan yang muncul pada lapisan dalam dari kulit. Benjolan ini bisa  di beberapa bagian tubuh terutama bagian wajah dan bibir. Pembengkakan angioedema terjadi karena penumpukan cairan. Terkadang, pembengkakan angioedema juga dapat terjadi bersamaan dengan munculnya gatal-gatal. 

Angioedema biasanya merupakan reaksi alergi, tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Dalam kebanyakan kasus, angioedema tidak berbahaya dan tidak menimbulkan bekas setelah penyembuhan.

Meski begitu, pembengkakan angioedema juga tidak dapat disepelekan. Pasalnya, Pembengkakan juga dapat menjadi gejala kondisi kesehatan yang lebih serius, seperti limfoma non-Hodgkin sel B.

Gejala Angioedema

Angioedema adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya bengkak pada beberapa bagian tubuh yang biasanya berada di sekitar mata, pipi, atau bibir. Gejala lain yang timbul bersamaan dengan angioedema antara lain:

  • Penebalan yang meluas dan berbatas tegas.
  • Pembengkakan disertai kemerahan.
  • Kadang dapat timbul rasa nyeri pada daerah yang mengalami pembengkakan.

Penyebab Angioedema

Penyakit angioedema dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

  • Makanan. Banyak makanan yang dapat memicu reaksi angioedema, terutama pada pasien yang alergi atau terlalu sensitif pada beberapa jenis makanan. Makanan yang paling sering menyebabkan alergi yaitu, makanan laut, kacang, telur, dan produk susu.
  • Obat-obatan. Hampir semua obat-obatan dapat menyebabkan reaksi angioedema, terutama pada orang yang sensitif terhadap satu macam obat tertentu. Beberapa obat yang sering menyebabkan penyakit angioedema yaitu penisilin, aspirin, ibuprofen, naproxen, dan obat-obatan penurun tekanan darah.
  • Alergen umum. Beberapa zat secara umum dapat menyebabkan angioedema antara lain serbuk sari, rambut/bulu hewan, lateks dan sengatan serangga.
  • Faktor lingkungan. Sebagai contoh panas, dingin, sinar matahari, air, tekanan pada kulit, atau bahkan stres emosional dapat menyebabkan penyakit angioedema.
  • Kondisi medis lain yang mendasari. Angioedema dapat terjadi karena respon tubuh terhadap transfusi darah, kelainan sistem imun seperti lupus, beberapa tipe kanker, penyakit tiroid, dan infeksi bakteri atau virus.
  • Genetik. Angioedema yang bersifat herediter sangat jarang terjadi. Hal ini berhubungan dengan gangguan fungsi protein plasma dalam tubuh yang berfungsi dalam sistem imun. 

Faktor Risiko Angioedema

Penyakit angioedema merupakan penyakit yang umum terjadi. Risiko penyakit angioedema dapat meningkat apabila:

  • Memiliki angioedema sebelumnya.
  • Memiliki bentuk reaksi alergi yang lain.
  • Memiliki kelainan yang berhubungan dengan penyakit angioedema, seperti lupus, limfoma atau penyakit tiroid.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit angioedema atau angioedema herediter.

Diagnosis Angioedema

Dokter melakukan pemeriksaan untuk melihat area mana yang mengalami pembengkakan saat itu. Kemudian dokter melihat riwayat terkait makanan apa yang dikonsumsi dan pengaruh lingkungan untuk melihat penyebab timbulnya gejala. Selain itu, dokter akan memeriksa apakah pasien sedang menggunakan obat yang dapat memicu angioedema, seperti ACE inhibitor.

Dalam beberapa kasus, dokter akan melakukan pemeriksaan cukit pada kulit untuk menentukan bahan alergen spesifik terhadap tubuh kita. Dokter juga dapat mengusulkan pemeriksaan darah dan kadar hormon tertentu untuk meyakinkan penyebab keluhan.

Jika dokter mencurigai bahwa pembengkakan disebabkan oleh angioedema herediter atau faktor keturunan, maka serangkaian tes darah juga akan dilakukan, seperti: 

  • Pengujian penghambat esterase C1.
  • memeriksa tingkat komponen pelengkap, termasuk C2 dan C4.

Beberapa tes tersebut berfungsi untuk mengukur kadar atau fungsi protein tertentu dalam darah. Hasil abnormal juga dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit autoimun yang mendasarinya.

Pencegahan 

Untuk menurunkan kemungkinan terkena kondisi ini, langkah pencegahan beritku dapat dilakukan:

  • Menghindari pemicu yang telah diketahui. Misalnya seperti makanan, obat-obatan, dan beberapa keadaan yang dapat memicu angioedema seperti stres.
  • Mencatat daftar makanan. Jika dicurigai memiliki alergi makanan yang memicu penyakit angioedema tetapi masih tidak tahu makanan apa yang dapat mencetuskan, cobalah untuk mencatat setiap bahan yang dimakan sehari-hari. Kemudian lakukan evaluasi mana makanan yang dapat menyebabkan angioedema.

Pengobatan

Angioedema ringan biasanya tidak membutuhkan pengobatan khusus, karena umumnya kondisi angioedema tersebut hilang dengan sendirinya. Namun, mereka yang mengalami gejala sedang atau berat mungkin memerlukan Pengobatan. Tujuan dari pengobatan tersebut adalah untuk meredakan sensasi rasa gatal dan rasa tidak nyaman jika gejala menetap dalam waktu yang lama. Nah, berikut adalah beberapa jenis pengobatan yang dapat diberikan, antara lain:

  • Obat-obatan anti gatal, seperti golongan antihistamin.
  • Antiinflamasi, terutama pada kasus angioedema yang parah.
  • Penurun sistem imun, apabila antihistamin dan antiinflamasi tidak dapat meredakan keluhan. Dokter dapat meresepkan obat penurun sistem imun untuk meredakan sistem imun yang terlalu reaktif.
  • Obat untuk menurunkan nyeri dan bengkak. Seperti antiinflamasi non-steroid yaitu antagonis leukotrien. 
  • Glukokortikosteroid atau epinephrine, jika angioedema disebabkan oleh reaksi tubuh akan alergi akut. 

Jika angioedema disebabkan oleh faktor keturunan atau angioedema herediter, terdapat beberapa jenis pengobatan yang dapat diberikan. Misalnya seperti penggunaan obat ecallantide, Icatibant hingga penggunaan Inhibitor esterase C1 manusia yang dimurnikan. 

Sementara itu, pengobatan rumahan tertentu juga dapat membantu meredakan gejala angioedema, misalnya seperti:

  • Menggunakan kompres dingin dan basah untuk membantu menenangkan kulit dan mencegah iritasi akibat digaruk. 
  • Mengenakan pakaian katun longgar untuk menghindari iritasi kulit lebih lanjut.
  • Mengawasi penggunaan obat-obatan tertentu. Jika suatu obat menyebabkan kamu mengalami angioedema, maka dokter akan memintamu untuk mengganti obat tersebut. 

Komplikasi 

Dalam kebanyakan kasus, angioedema adalah kondisi yang tidak berbahaya dan akan hilang dalam beberapa hari. Kendati demikian, bukan berarti angioedema tidak berisiko menimbulkan komplikasi. Komplikasi paling berbahaya dari angioedema adalah pembengkakan tenggorokan dan saluran udara.

Kondisi angioedema biasanya ringan, tetapi jika berkembang dengan cepat, atau jika mempengaruhi tenggorokan, kondisi tersebut dapat menyebabkan asphyxia. Asphyxia sendiri merupakan kondisi di mana tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen. 

Kondisi ini bisa sangat berbahaya dan berisiko mengancam keselamatan jiwa pengidapnya. Terjadinya asphyxia dapat terlihat dari beberapa gejala. Contohnya seperti terjadinya masalah pernapasan secara tiba-tiba atau cepat, pusing, hingga pingsan secara mendadak. 

Kapan Harus ke Dokter?

Penyakit angioedema dapat sembuh tanpa terapi dan berlangsung singkat. Namun, jika pembengkakan tak kunjung membaik setelah beberapa hari, pengidapnya perlu segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis. Terutama jika angioedema disertai oleh gejala seperti sesak napas, kesulitan bernapas, bengkak pada leher, hingga penurunan kesadaran. 

Melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa membuat janji rumah sakit dengan dokter spesialis pilihanmu. Tentunya tanpa perlu mengantre atau menunggu lama. Jadi tunggu apa lagi? Yuk,

Bibir bengkak biasanya alergi apa?

Alergi makanan biasanya menimbulkan gejala seperti bibir dan wajah bengkak, pusing, sulit menelan, sakit perut, dan mual. Tak hanya itu, faktor-faktor lain yang juga bisa membuat bibir menjadi bengkak yakni gigitan serangga, sengatan serangga, dan obat-obatan tertentu.

Apa penyebab bibir gatal dan bengkak?

Hal lain yang bisa menyebabkan bibir terasa gatal adalah reaksi alergi dan iritasi akibat konsumsi makanan atau obat-obatan tertentu, penggunaan pewarna bibir atau obat kumur, serta kebiasaan menggigit bibir. Tidak hanya membuat bibir bibir terasa gatal, reaksi alergi juga dapat menyebabkan bibir menjadi bengkak.

Bibir gatal alergi apa?

1. Cheilitis kontak alergi. Cheilitis kontak alergi merupakan peradangan pada kulit bibir akibat kontak dengan zat pemicu alergi. Kondisi yang tergolong sebagai dermatitis kontak ini biasanya ditandai dengan bibir yang gatal-gatal dan meradang.

Alergi bibir bengkak obatnya apa?

Cara mengatasi bibir bengkak Mengoleskan obat antihistamin apabila bibir bengkak terkait alergi, atau suntik anti-alergi apabila kondisi alergi cukup parah. Gunakan krim atau salep antiinflamasi nonsteroid (NSAID) apabila bibir bengkak sesekali kambuh.