Derajat manusia dihadapan Allah dapat disejajarkan dengan malaikat apabila

Tentang keutamaan belajar ilmu fikih disebutkan dalam Al-Qur’an, Jadilah kalian orang-orang rabbani, yaitu mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan mempelajarinya. (QS. Ali Imran : 79). Yang dimaksud dengan belajar Al-Qur’an, bukan belajar metode membaca Al-Qur’an seperti Iqro’ melainkan memepelajari setiap pesan Allah dalam setiap kandungan Al-Qur’an, yang tersirat di balik yang tersurat.

Mempelajari Al-Qur’an dengan membedah isi kandungannya. Membaca Al-Qur’an yang diikuti dengan membedah dan mempelajari isi kandungannya menurut KH. Ahmad Sarwat di hadapan jamaah Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta, termasuk mempeljari ilmu fikih. Pelajaran ilmu fikih bukan saja mempeelajari perkara haram dan haram saja serta ritual ibadah tetapi juga tatacara negara, jihad, mengatur ekonomi, politik, dan sebagainya.

Orang yang memiliki ilmu, Allah angkat derajatnya. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah : 11). Yang dimaksud dengan memiliki ilmu bukan sembarang ilmu melainkan ilmu yang mempelajari tentang pembahasan  isi Al-Qur’an dan Hadis (fikih).

Lebih lanjut ia menjelaskan tentang bahayanya orang bodoh menjadi pemimpin. “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba dari tengah manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama. Hingga ketika tidak tersisa satu pun dari ulama, orang-orang menjadikan orang-orang bodoh untuk menjadi pemimpin. Ketika orang-orang bodoh itu ditanya tentang masalah agama, mereka berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Orang yang menuntut ilmu mendapat perhatian dan penghargaan yang cukup baik dari Allah. Hal itu bias diketahui dari penjelasan Sabda Nabi SAW. “Dan para malaikat menaungi dengan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu sebagai tanda keridhaan dari mereka.”  (HR. Muslim).

Dan orang yang berilmu itu dimintakan ampunan oleh semua makhluk Allah yang ada di sekian banyak langit dan bumi, termasuk ikan-ikan yang ada di kedalaman lautan ikut memintakan ampun. (HR. Muslim). Orang yang punya ilmu menurut Sarwat,  sungguh enak. Kalau dia punya dosa, ada yang memintakan ampun. Tentu bukan dosa besar dan yang disengaja melainkan dosa kecil yang dia tidak sengaja melakukannya. Orang yang punya ilmu itu dicintai oleh jamaahnya, sementara seorang pengusaha, lebih-lebih politikus sering dicaci maki. 

Ternyata orang yang memiliki ilmu agama lebih dahsyat pengaruhnya dibandingkan seorang ahli ibadah. “Keutamaan seorang yang berilmu agama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti bulan di malam purnama dibandingkan semua bintang.” (HR. Muslim).

Bahkan orang yang menuntut ilmu disejajarkan dengan orang yang beribadah bertahun-tahun. “Orang yang keluar untuk menuntut satu bab dari ilmu demi mengembalikan orang sesat kepada petunjuk dan batil kepada hak, ibarat orang yang beribadah 40 tahun.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Hadis lainnya menyebutkan, “Majelis Fiqih lebih baik daripada ibadah 60 tahun.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi).

Yang tidak kalah hebatnya, majlis ilmu diibaratkan taman surga. “Bila kamu melewati taman surga maka petiklah buahnya. Taman surga adalah majelis dzikir dan majelis dzikir adalah majelis halal haram.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Yang dimaksud majlis dzikir menurutnya,  tempat pebahasan tentang hukum halal dan haram disertai landasan dalilnya.

Nabi SAW bersabda :

“Bila kematian mendatangi seorang penuntut ilmu yang sedang belajar maka dia mati syahid.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Tidak ada mati yang lebih indah selain mati syahid, karena dia di hari kiamat nanti tidak perlu lagi dihisab tetapi langsung masuk surga. Sebab orang yang menuntut ilmu nilainya seimbang dengan orang yang jihad atau perang di jalan Allah. Yang banyak sekarang ini, menuntut ilmu tidak dan berjihad di jalan Allah juga tidak.


Derajat manusia dihadapan Allah dapat disejajarkan dengan malaikat apabila

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 2

Tentang keutamaan belajar ilmu fikih disebutkan dalam Al-Qur’an, Jadilah kalian orang-orang rabbani, yaitu mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan mempelajarinya. (QS. Ali Imran : 79). Yang dimaksud dengan belajar Al-Qur’an, bukan belajar metode membaca Al-Qur’an seperti Iqro’ melainkan memepelajari setiap pesan Allah dalam setiap kandungan Al-Qur’an, yang tersirat di balik yang tersurat.

Mempelajari Al-Qur’an dengan membedah isi kandungannya. Membaca Al-Qur’an yang diikuti dengan membedah dan mempelajari isi kandungannya menurut KH. Ahmad Sarwat di hadapan jamaah Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta, termasuk mempeljari ilmu fikih. Pelajaran ilmu fikih bukan saja mempeelajari perkara haram dan haram saja serta ritual ibadah tetapi juga tatacara negara, jihad, mengatur ekonomi, politik, dan sebagainya.

Orang yang memiliki ilmu, Allah angkat derajatnya. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah : 11). Yang dimaksud dengan memiliki ilmu bukan sembarang ilmu melainkan ilmu yang mempelajari tentang pembahasan  isi Al-Qur’an dan Hadis (fikih).

Lebih lanjut ia menjelaskan tentang bahayanya orang bodoh menjadi pemimpin. “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba dari tengah manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama. Hingga ketika tidak tersisa satu pun dari ulama, orang-orang menjadikan orang-orang bodoh untuk menjadi pemimpin. Ketika orang-orang bodoh itu ditanya tentang masalah agama, mereka berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Orang yang menuntut ilmu mendapat perhatian dan penghargaan yang cukup baik dari Allah. Hal itu bias diketahui dari penjelasan Sabda Nabi SAW. “Dan para malaikat menaungi dengan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu sebagai tanda keridhaan dari mereka.”  (HR. Muslim).

Dan orang yang berilmu itu dimintakan ampunan oleh semua makhluk Allah yang ada di sekian banyak langit dan bumi, termasuk ikan-ikan yang ada di kedalaman lautan ikut memintakan ampun. (HR. Muslim). Orang yang punya ilmu menurut Sarwat,  sungguh enak. Kalau dia punya dosa, ada yang memintakan ampun. Tentu bukan dosa besar dan yang disengaja melainkan dosa kecil yang dia tidak sengaja melakukannya. Orang yang punya ilmu itu dicintai oleh jamaahnya, sementara seorang pengusaha, lebih-lebih politikus sering dicaci maki. 

Ternyata orang yang memiliki ilmu agama lebih dahsyat pengaruhnya dibandingkan seorang ahli ibadah. “Keutamaan seorang yang berilmu agama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti bulan di malam purnama dibandingkan semua bintang.” (HR. Muslim).

Bahkan orang yang menuntut ilmu disejajarkan dengan orang yang beribadah bertahun-tahun. “Orang yang keluar untuk menuntut satu bab dari ilmu demi mengembalikan orang sesat kepada petunjuk dan batil kepada hak, ibarat orang yang beribadah 40 tahun.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Hadis lainnya menyebutkan, “Majelis Fiqih lebih baik daripada ibadah 60 tahun.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi).

Yang tidak kalah hebatnya, majlis ilmu diibaratkan taman surga. “Bila kamu melewati taman surga maka petiklah buahnya. Taman surga adalah majelis dzikir dan majelis dzikir adalah majelis halal haram.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Yang dimaksud majlis dzikir menurutnya,  tempat pebahasan tentang hukum halal dan haram disertai landasan dalilnya.

Nabi SAW bersabda :

“Bila kematian mendatangi seorang penuntut ilmu yang sedang belajar maka dia mati syahid.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Tidak ada mati yang lebih indah selain mati syahid, karena dia di hari kiamat nanti tidak perlu lagi dihisab tetapi langsung masuk surga. Sebab orang yang menuntut ilmu nilainya seimbang dengan orang yang jihad atau perang di jalan Allah. Yang banyak sekarang ini, menuntut ilmu tidak dan berjihad di jalan Allah juga tidak.


Derajat manusia dihadapan Allah dapat disejajarkan dengan malaikat apabila

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Tentang keutamaan belajar ilmu fikih disebutkan dalam Al-Qur’an, Jadilah kalian orang-orang rabbani, yaitu mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan mempelajarinya. (QS. Ali Imran : 79). Yang dimaksud dengan belajar Al-Qur’an, bukan belajar metode membaca Al-Qur’an seperti Iqro’ melainkan memepelajari setiap pesan Allah dalam setiap kandungan Al-Qur’an, yang tersirat di balik yang tersurat.

Mempelajari Al-Qur’an dengan membedah isi kandungannya. Membaca Al-Qur’an yang diikuti dengan membedah dan mempelajari isi kandungannya menurut KH. Ahmad Sarwat di hadapan jamaah Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta, termasuk mempeljari ilmu fikih. Pelajaran ilmu fikih bukan saja mempeelajari perkara haram dan haram saja serta ritual ibadah tetapi juga tatacara negara, jihad, mengatur ekonomi, politik, dan sebagainya.

Orang yang memiliki ilmu, Allah angkat derajatnya. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah : 11). Yang dimaksud dengan memiliki ilmu bukan sembarang ilmu melainkan ilmu yang mempelajari tentang pembahasan  isi Al-Qur’an dan Hadis (fikih).

Lebih lanjut ia menjelaskan tentang bahayanya orang bodoh menjadi pemimpin. “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba dari tengah manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama. Hingga ketika tidak tersisa satu pun dari ulama, orang-orang menjadikan orang-orang bodoh untuk menjadi pemimpin. Ketika orang-orang bodoh itu ditanya tentang masalah agama, mereka berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Orang yang menuntut ilmu mendapat perhatian dan penghargaan yang cukup baik dari Allah. Hal itu bias diketahui dari penjelasan Sabda Nabi SAW. “Dan para malaikat menaungi dengan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu sebagai tanda keridhaan dari mereka.”  (HR. Muslim).

Dan orang yang berilmu itu dimintakan ampunan oleh semua makhluk Allah yang ada di sekian banyak langit dan bumi, termasuk ikan-ikan yang ada di kedalaman lautan ikut memintakan ampun. (HR. Muslim). Orang yang punya ilmu menurut Sarwat,  sungguh enak. Kalau dia punya dosa, ada yang memintakan ampun. Tentu bukan dosa besar dan yang disengaja melainkan dosa kecil yang dia tidak sengaja melakukannya. Orang yang punya ilmu itu dicintai oleh jamaahnya, sementara seorang pengusaha, lebih-lebih politikus sering dicaci maki. 

Ternyata orang yang memiliki ilmu agama lebih dahsyat pengaruhnya dibandingkan seorang ahli ibadah. “Keutamaan seorang yang berilmu agama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti bulan di malam purnama dibandingkan semua bintang.” (HR. Muslim).

Bahkan orang yang menuntut ilmu disejajarkan dengan orang yang beribadah bertahun-tahun. “Orang yang keluar untuk menuntut satu bab dari ilmu demi mengembalikan orang sesat kepada petunjuk dan batil kepada hak, ibarat orang yang beribadah 40 tahun.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Hadis lainnya menyebutkan, “Majelis Fiqih lebih baik daripada ibadah 60 tahun.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi).

Yang tidak kalah hebatnya, majlis ilmu diibaratkan taman surga. “Bila kamu melewati taman surga maka petiklah buahnya. Taman surga adalah majelis dzikir dan majelis dzikir adalah majelis halal haram.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Yang dimaksud majlis dzikir menurutnya,  tempat pebahasan tentang hukum halal dan haram disertai landasan dalilnya.

Nabi SAW bersabda :

“Bila kematian mendatangi seorang penuntut ilmu yang sedang belajar maka dia mati syahid.” (HR. Al-Khatib Al-Baghdadi). Tidak ada mati yang lebih indah selain mati syahid, karena dia di hari kiamat nanti tidak perlu lagi dihisab tetapi langsung masuk surga. Sebab orang yang menuntut ilmu nilainya seimbang dengan orang yang jihad atau perang di jalan Allah. Yang banyak sekarang ini, menuntut ilmu tidak dan berjihad di jalan Allah juga tidak.


Derajat manusia dihadapan Allah dapat disejajarkan dengan malaikat apabila

Lihat Humaniora Selengkapnya