Di wilayah manakah ikan tuna banyak ditemukan?

Liputan6.com, Jakarta Kabar menggembirakan datang dari PT Citraraja Ampat Canning (CRAC), perusahaan perikanan tuna sirip kuning berbasis kapal perikanan gandar (pole and line). Pada 22 November 2018 silam, perusahaan tersebut berhasil mengantongi sertifikasi standar emas oleh Marine Stewardship Council (MSC), lembaga swadaya internasional yang menetapkan standar untuk perikanan berkelanjutan di seluruh dunia.

Adanya sertifikat MSC semakin menguatkan produksi ikan tuna dari Indonesia di pasaran dunia. Kualitas ekspor ikan tuna makin meningkat dan mampu menjadi terbaik.

Peluang untuk dilirik di pasar ekspor kian terbuka. Sebut saja pengecer terbesar Sainsbury dan Swiss di Inggris, Migros termasuk perusahaan-perusahaan yang telah berkomitmen pada sumber produk-produk perikanan bersertifikat.

MSC sebagai melindungi mata pencaharian, pasokan pangan laut, dan menjaga kelestarian lautan yang sehat untuk generasi mendatang. PT Citraraja Ampat Canning yang berbasis di Sorong, Papua Barat merupakan perusahaan perikanan tuna pertama yang mendapat sertifikasi untuk praktik perikanan berkelanjutan di Indonesia juga di Asia Tenggara.

“Kita bersyukur bahwa satu perusahaan kita di Sorong, yaitu PT Citra Raja Ampat telah mendapatkan Sertifkat MSC-Eco Label. Diharapkan sertifikat ini dapat membuka akses jalan bagi perusahaan perikanan tuna lainnya untuk memeroleh sertifikat yang sama. Sertifikat juga tidak hanya menjadi pengakuan internasional, tetapi di beberapa negara lain dapat meningkatkan keuntungan pasar sebesar 16 persen,” kata Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, M Zulficar Mochtar dalam sambutan Workshop Jurnalistik Kelautan dan Perikanan di Hotel Akmani, Jakarta beberapa hari lalu.

Sertifikat MSC Eco-Label termasuk bagian dari peluang pemanfaatan pasar internasional melalui pelaksanaan Fisheries Improvement Program (FIP). Program ini bertujuan mempercepat tercapainya pengelolaan stok sumber daya tuna yang berkelanjutan.

Dari jurnal berjudul Ecolabelling Perikanan: Sertifikasi Marine Stewardship Council (Msc) Untuk Produk Tuna (Studi Kasus: Bali), Fisheries Ecolabelling: Marine Stewardship Council (MSC), Certification for Tuna Product (Case Study: Bali) memaparkan, prinsip MSC harus patuh menekan tindakan yang bisa menyebabkan penangkapan ikan secara berlebihan (overfishing) atau penurunan populasi.

Prinsip MSC juga berkaitan dengan aktivitas menjaga struktur produktivitas, keberagaman, serta fungsi ekosistem, termasuk habitat maupun spesies. Jurnal yang ditulis Radityo Pramoda dan Hertria Maharani Putri dari Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan juga menekankan, standar MSC dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan nelayan, perusahaan seafood, peneliti, kelompok konservasi, pembuat kebijakan, serta masyarakat umum. Hal ini untuk mempromosikan praktik tangkapan ikan laut terbaik melalui program sertifikasi dan pengemasan makanan laut.

Saksikan video menarik berikut ini:

Di wilayah manakah ikan tuna banyak ditemukan?

Indonesiabaik.id -  Permintaan tuna dunia yang tinggi (cenderung overcapacity) membuat industri tuna kian bergairah dari tahun ke tahun. Produk tuna yang disukai oleh semua kalangan ini membuat harga jualnya makin melambung. Indonesia sebagai negara terbesar penghasil tuna terbesar memiliki potensi besar merajai pasar tuna internasional.

Jenis ikan tuna yang ada di Indonesia ada lima, yaitu tuna mata besar (bigeye tuna), madidihang (yellowfin tuna), albakora (albacore), cakalang (skipjack tuna) dan tuna sirip biru selatan (southern bluefin tuna).

Dengan harga yang terjangkau, ikan tuna memiliki kandungan nutrisi tinggi untuk mengatasi permasalahan gizi buruk yang masih banyak terjadi di Indonesia. Selain protein yang tinggi, tuna juga mengandung vitamin A, D, B6, B12 dan kaya akan mineral. Ikan tuna juga kaya akan omega 3 lebih tinggi daripada daging ayam dan sapi yang bermanfaat menjaga kolesterol dan jantung.

Nilai ekonomi dari perdagangan produk perikanan tuna Indonesia sangat besar dan menjadi peluang yang dapat terus dimanfaatkan. Namun tetap harus mengedepankan aspek keberlanjutan agar perikanan tuna terus menerus lestari. Tingginya permintaan pasar global menjadi fokus Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melakukan pengelolaan tuna dari hulu ke hilir dan menjaga habitat tuna.

Di wilayah manakah ikan tuna banyak ditemukan?
Albakora

Status konservasi

Di wilayah manakah ikan tuna banyak ditemukan?

Risiko Rendah (IUCN 3.1)[1]

Klasifikasi ilmiah Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Actinopterygii

Ordo:

Perciformes

Famili:

Skombride

Subfamili:

Scombrinae

Genus:

Thunnus

Subgenus:

Thunnus

Spesies:

Thunnus alalunga

Sinonim[2]
  • Thunnus germo (Lacepède, 1801)
  • Scomber alalunga Bonnaterre, 1788

Albakora (Thunnus alalunga), adalah spesies ikan tuna yang termasuk anggota familia Skombride. Spesies ini juga disebut tuna albakora, albakor, tuna jabrig, madidiang albakoro, suree, aji-aji, trakulu, kwandang, cucut jenggot, albi, tombo ahi, binnaga, albakora pasifik, bonito jerman, sirip panjang, tuna sirip panjang, atau bahkan hanya tuna. Ikan ini adalah satu-satunya spesies tuna yang dipasarkan sebagai "tuna (daging) putih" di Amerika Serikat. Ikan ini ditemukan di semua bagian samudra tropis dan iklim sedang, serta ditemukan juga di Laut Tengah. Daerah penyebaran terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Tengah.[3]

Albakora adalah ikan bernilai komersial, dan industri perikanan albakora penting secara ekonomi. Metode penangkapan ikan ini termasuk pemancingan, rawai, trol, dan pukat. Ikan ini juga populer sebagai target penangkapan ikan rekreasi.

Ordo Percomorphi (Sub ordo Scombroidea), Famili Skombride, Genus Thunnus. Badan memanjang seperti torpedo. Mata agak besar. Tergolong tuna besar. Tapisan insang 25-31 pada bujur insang pertama. Sirip dada memanjang seperti pedang dapat mencapai jari-jari lepas kedua dari sirip punggungnya. Lunas kuat pada batang ekor diapit oleh dua lunas kecil pada ujungnya. Terdapat dua cuping di antara sirip perut. Sisik-sisik kecil, halus; Pada korselet tumbuh sisik besar tetapi tidak nyata. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 13-14, dan 14 jari-jari lemah pada sirip punggung kedua, diikuti 7-8 jari-jari sirip lepas. Termasuk ikan buas, karnivora, predator. Jenis-jenis yang kecil hidup bergerombol. Hidup diperairan lepas pantai lautan terbuka. Warna bagian atas hitam kebiruan, mengkilat, putih perak bagian bawah. Sirip punggung pertama sedikit keabuan dengan warna kuning yang terpendam, pinggiran atas kegelapan. Sirip punggung kedua, dan dubur gelap kekuningan. Batas belakang sirip ekor keputihan. Ukuran dapat mencapai panjang 137 cm, umumnya 40–100 cm.[3]

  1. ^ Collette B and 34 others (2011). "Thunnus alalunga". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 13 January 2012. 
  2. ^ "Thunnus alalunga". Integrated Taxonomic Information System. Diakses tanggal 9 December 2012. 
  3. ^ a b "Albakora". Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-21. Diakses tanggal 5 Februari 2014. 

  • Tuna albakora Atlantik Utara Diarsipkan 2014-02-21 di Wayback Machine. NOAA FishWatch. Retrieved 5 November 2012.
  • Tuna albakora Pasifik Diarsipkan 2014-02-19 di Wayback Machine. NOAA FishWatch. Retrieved 5 November 2012.
  • Marine Stewardship Council (international independent certification of sustainable fisheries)
  • American Albacore Fishing Association (MSC certified Pacific U.S. "pole & troll" albacore)
  • Albakora Pasifik liar
  • NOAA Fishwatch
  • American Fishermens Research Foundation
  • Western Fishboat Owners Association Diarsipkan 2011-07-18 di Wayback Machine.
  • albatuna.com Diarsipkan 2011-07-07 di Wayback Machine.
  • TIME MAGAZINE: The Danger of Not Eating Tuna Diarsipkan 2013-05-21 di Wayback Machine.
  • Etymology of "albacore"
  • FishBase info for albacore
  • Communicating FDA advice on consumption of albacore tuna.[pranala nonaktif permanen]
  • Albacore Diarsipkan 2006-01-14 di Wayback Machine. by R. Michael Laurs and Ronald C. Dotson, 1992, retrieved January 19, 2006.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Albakora&oldid=19661512"