Jelaskan sumber sejarah kerajaan buleleng

Berikut ini akan dijabarkan tentang sejarah kerajaan buleleng, kerajaan buleleng, kerajaan buleleng bali, kerajaan dinasti warmadewa di bali, peninggalan kerajaan buleleng, raja buleleng, kerajaan bali didirikan oleh dinasti, letak kerajaan buleleng, warmadewa bali, prasasti kerajaan buleleng, silsilah kerajaan buleleng, kehidupan masyarakat kerajaan buleleng, ngurah panji, gusti ketut jelantik, ketut gusti jelantik, i gusti ketut jelantik, panji sakti, sejarah kerajaan buleleng lengkap, kehidupan masyarakat kerajaan buleleng.


Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kalingga ada daerah Po-li atau Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali.

Adat istiadat di Dwa-pa-tan sama dengan kebiasaan orang-orang Kaling. Misalnya, penduduk biasa menulisi daun lontar. 

Bila ada orang meninggal, mayatnya dihiasi dengan emas dan ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan yang harum. Kemudian mayat itu dibakar. 

Hal itu menandakan Bali telah berkembang. Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah

periode kekuasaan Majapahit. 

Pada waktu di Jawa berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang sejumlah kerajaan. Misalnya Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang didirikan oleh I Gusti Ngurah Panji Sakti, dan selanjutnya muncul kerajaan yang lain. 

Nama Kerajaan Buleleng semakin terkenal, terutama setelah zaman penjajahan Belanda di Bali. Pada waktu itu pernah terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda.

Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa. 

Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng.

Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang). 

Perdagangan dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. 

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M.

Kata-kata yang dimaksud berbunyi, “mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong, bahitra, rumunduk i manasa...”

Artinya, andai kata ada saudagar dari seberang yang datang dengan jukung bahitra berlabuh di manasa...”

Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling.

Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan yang penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali misalnya pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.

Untuk memahami lebih lanjut kamu dapat membaca buku Marwati Djoened Poesponoro. Sejarah Nasional Indonesia jilid II; dan Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan, Indonesia Sejarah Daerah Bali.

Bali memang selalu menjadi surga bagi para wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. Tidak hanya menjadi bisa menikmati glamornya kehidupan malam dan pantainya yang indah. Di Bali juga terdapat wisata sejarah dan religi, yang bisa kamu lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu wisata sejarah dan religi yang harus kamu ketahui di Bali adalah peninggalan-peninggalan Kerajaan Buleleng. Kurang rasanya kalau tidak menyempatkan diri napak tilas ke peninggalan Kerajaan Buleleng saat berkunjung ke Bali.

Perlu kamu tahu kalau, Kerajaan Buleleng adalah salah satu kerajaan tertua yang pernah ada di Bali. Kerajaan Buleleng diperkirakan sudah berdiri sejak pertengahan abad ke-17 lalu jatuh ke Belanda pada tahun 1849.

Sejarah Kerajaan Buleleng

Jelaskan sumber sejarah kerajaan buleleng

Kerajaan Buleleng didirikan oleh I Gustu Anglurah Panji Sakti yang bersal dari Wangsa Kapkisan. Kerajaan Buleleng memiliki corak agama Hindu-Budha, dimana pusatnya berada di Buleleng, Bali Utara. Kerajaan Buleleng juga banyak disinggahi oleh para saudagar untuk berdagang terutama perdagangan Kuda. Kerajaan Buleleng ini menjadi salah satu Kerajaan tertua di Bali hingga jatuh akhirnya ke Belanda pada 1849.

Kerajaan Buleleng memang dikenal dengan kemajuan dalam sistem ekonominya terutama perdagangan. Hal ini dijelaskan dalam peninggalan-peninggalan seperti prasasti masa kejayaan kerajaan. Kegiatan perdagangan tidak hanya mencakup daerah kerjaan saja, tapi sudah masuk tingkat antar pulau. Salah satunya penjualan kuda yang bisa terlaksana jika kerajaan memiliki kapal besar untuk mengangkut kuda.

Kerajaan Buleleng memiliki beberapa peninggalan yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Bali. Seperti komplek Pura Penegil Dharma yang luasnya mencapai 1,5 hektar dan berisi pura-pura lainnya. Selanjutnya ada Pura Tirta Empul yang merupakan tempat pemandian suci masyarakat Bali. Lalu ada peninggalan tiga prasasti yaitu Prasasti Blanjong, Prasasti Malatgede dan Prasasti Penempahan.

Peninggalan kerajaan Buleleng ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk menikmati wisata sejarah di Bali. Kamu dapat menikmati keindahan dari sisa-sisa Kerajaan Buleleng, juga menambah wawasan mengenai Bali. Kamu bisa mengunjungi pura-pura yang merupakan peninggalan Kerajaan Buleleng yang ada di daerah Bali utara.

Peninggalan Kerajaan Buleleng

Kali ini kita akan membahas lebih dalam mengenai peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Buleleng yang ada di Bali. Untuk informasi lebih lengkapnya, kamu bisa membacanya dibawah ini.

1. Pura Penegil Dharma

Jelaskan sumber sejarah kerajaan buleleng

*

Pura Penegil Dharma dibuat pada 915 M yang merupakan komplek Pura yang luasnya 1,5 hektar. Ada lima bangunan pura besar, di pusatnya dikelilingi oleh delapan pura lainnya.  Lima pura tersebut ialah Pura Pucaking Giri (selatan), Pura Patih Patengen Agung (utara), Pura Kertapura (tengah), Pura Taman Sari Mutering Jagat Istana Dharmadyaksa (timur) dan Pura Kerta Negara Mas (istana para raja).

Pura Penegil Dharma tersusun dari sebongkah batu hitam yang sudah tua dan sangat kuno. Namun batu hitam ini ternyata memiliki sesuatu yang cukup magis dan religius. Karena saat kamu datang kesana dan mulai bersembahyang di sana akan terasa sangat khusyuk. Pura Penegil Dharma adalah tempat dimana orang memohon kesabaran, maka saat sembahyang dipuja ini harus dalam keadaan bersih lahir dan batin.

Pura Penegil Sharma ini memiliki sejarah panjang dengan Ugrasena dan kedatangan Maha Rsi Markandeya di Bali. Masyarakat Bali dulunya mengenal Pura Penegil Dharma dengan nama Pura Penyusuhan. Jika ingin mengunjungi Pura Penegil Dharma, kamu harus ke Desa Kubutambahan dan Desa Bulian, Buleleng Utara, Bali.

  • Alamat: Kubutambahan, Buleleng, Buleleng Regency, Bali 81172
  • Jam Operasional: 24 jam
  • Nomor Telepon: 0812-3830-131
  • Kisaran Harga: -

2. Pura Tirta Empul

Jelaskan sumber sejarah kerajaan buleleng

Salah satu peninggalan Kerajaan Buleleng yang cukup indah dan wajib kamu kunjungi yaitu Pura Tirta Empul. Pura ini menjadi salah satu pemandian suci yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Bali.  Pura Tirta Empul diketahui didirikan sejak tahun 967 M oleh Raja Sri Candrabhaya Warmadewa. Pura Tirta Empul sendiri memiliki arti air dari tanah, dimana air dari Tirta Empul memang menyembul keluar.

Nama Pura Tirta Empul sendiri ternyata diambil dari nama mata air yang berada di dalam pura. Air yang mengalir keluar dari Pura Tirta Empul ini akan mengalir hingga ke arah Sungai Pakerisan. Dahulu Pura ini digunakan pada saat ingin melepaskan ikatan dari dunia materi dan hidup lebih sederhana. Jika kamu ingin sekali mengunjungi Pura Tirta Empul, kamu harus datang ke daerah Tampaksiring, Bali.

Jika kamu berkunjung ke Pura Tirta Empul ada satu nih yang harus banget kamu perhatikan. Para pengunjung diwajibkan untuk memakai kain panjang dan selendang untuk bisa memasuki Pura. Karena Pura Tirta Empul ini bukan sekedar tempat pemandain yang biasa saja loh. Masyarakat Bali mempercayai bahwa Pura Tirta Empul adalah pemandian suci yang sarat akan makna.

  • Alamat: Jl. Tirta, Manukaya, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali 80552
  • Jam Operasional: 08.00 – 18.00 WIB
  • Nomor Telepon: -
  • Kisaran Harga: Rp. 15.000 / orang

3. Prasasti Blanjong

Jelaskan sumber sejarah kerajaan buleleng

Prasasti Blanjong adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Buleleng yang cukup unik nih. Prasasti Blanjong ini cukup berbeda dengan prasasti lainnya, karena prasasti ini ditulis dalam 2 macam huruf. Huruf pertama yaitu huruf Pra-Nagari yang memakai Bahasa yang berasal dari zaman Bali Kono. Bahasa kedua yaitu Bahasa Kawi yang menggunakan Bahasa Sanskerta.

Prasasti Blanjong adalah prasasti yang dikeluarka oleh Sri Kesari Warmadewa yang merupakan seorang Raja Bali. Dalam Prasasti Blanjong juga di temukan kata “Walidwipa”, dimana arti kata tersebut adalah sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini memuat berbagai tulisan mengenai sejarah mengenai Pulau Bali yang tertua.

Untuk bisa melihat secara langsung prasasti ini, kamu harus datang ke Pura Blanjong yang berada di wilayah Banjar Blanjong. Sayangnya kondisi Prasasti Blanjong ini tidaklah sempurna, karena ada beberapa baris huruf yang sudah hilang. Karena sejak pertama ditemukan oleh Stutterheim, prasasti ini sudah dalam kondisi agak aus.

  • Alamat: Cagar Budaya Prasasti Blanjong - Jl. Belanjong No.1, Sanur Kauh, Kec. Denpasar Sel., Kota Denpasar, Bali
  • Jam Operasional: 08.00 – 17.00 WIB
  • Nomor Telepon: -
  • Kisaran Harga: Rp5.000 / orang

4. Prasasti Malatgede

Jelaskan sumber sejarah kerajaan buleleng

Selain ada Pasasti Blanjongan, masih ada dua prasasti lainnya yang merupakan peninggalan Kerajaan Buleleng. Salah satunya adalah Prasasti Malatgede yang berada di Pura Penataran Melet Tengah. Prasasti ini di temukan oleh M. M. Sukarto K. Atmodjo yang ditemukan pada tanggal 27 Februari 1965.

Pada baris pertama Prasasti Malatgede ini tertulis mengenai angka saka 835 dan bulan Phalguna. Baris kedua berisikan nama-nama tokoh, sayangnya tulisan ini sudah sulit untuk bisa dibaca. Tapi ada tulisan yang terbaca dan dipercayai tertulis nama Sri Kesari Warmadewa. Baris ketiga menyebutkan nama musuh dan di barik ke empat berisi tulisan Kadya Kadya Maksa.

  • Alamat: Pura Pebataran Melet Tengah, Desa Malet Gede - Tiga, Susut, Bangli Regency, Bali 80661
  • Jam Operasional: -
  • Nomor Telepon: -
  • Kisaran Harga: -

5. Prasasti Penempahan

Jelaskan sumber sejarah kerajaan buleleng

Pada Prasasti Penempahan di baris pertama tertulis bulan Phalguna, hanya tahunnya saja yang tidak terbaca. Di baris kedua menyebutkan nama Raja Sri Kaisari, di baris ketiga menyebutkan musuh-musuh sang raja. Di baris ke empat berisikan ungkapan Kadya-kadaya maka Iki di tuggalan. Prasasti Penempahan dipercaya berasal dari masa Bali Klasik, dimana budayanya dahulu adalah Hindu Budha.

Prasasti Penempahan berada di Pura Puseh Penempahan yang berada di Desa Manukaya. Baik Prasasti Malatgede dan Prasasti Penempahan ternyata juga memiliki kemiripan satu sama lainnya. Dimana kedua prasasti ini berisikan mengenai sejara peperangan para raja. Prasasti ini dituliskan dalam batu berbentuk tugu batu besar dan didalamnya terdiri dari empat baris tulisan.

  • Alamat: Pura Dalem Penempahan Manukaya, Tampaksiring, Gianyar, Bali 80561
  • Jam Operasional: -
  • Nomor Telepon: -
  • Kisaran Harga: -

Gimana nih, setelah membaca mengenai peninggalan dari Kerajaan Buleleng di Bali ini, makin penasaran dan terinspirasi dong untuk mengunjungi pura-pura peninggalan Kerajaan Buleleng? Perlu diingat saat akan mengunjungi wisata religi seperti pura, kita harus berpakaian sopan. Jadi jangan lupa untuk membawa kain panjang untuk menutupi tubuh.