Jelaskan Tiga prinsip yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit saat akan menulis dan mengumpulkan Alquran

Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui secara detail proses penulisan wahyu Alquran dan tokoh yang berperan penting. Proses penulisan itu, mulai pengumpulan wahyu Alquran, kodifikasi, hingga menjadi mushaf yang kita baca sekarang ini niscaya melalui rentang sejarah panjang dan berliku.

Sejumlah informasi sejarah menyebutkan bahwa sekurangnya terdapat enam puluh lima sahabat Nabi yang ditugaskan untuk menulis wahyu. Di antara yang paling kesohor bertugas menulis Alquran di masa Nabi adalah Zaid ibn Tsabit. Bahkan di era Abu Bakar ia diberi mandat khusus menjadi pemimpin proyek kodifikasi Alquran.

Zaid ibn Tsabit bernama lengkap Zaid ibn Tsabit ibn Addhahhak ibn Zaid al-Khazraj al-Anshari. Seorang sahabat Nabi yang terpercaya, cerdas, dan menguasai berbagai bahasa, di antaranya Yahudi, Persia, Habasyah-Ethiopia, dan Arab tentunya. Menurut sebuah riwayat, ia pernah diperintah secara khusus oleh Nabi Muhammad untuk mempelajari bahasa kaum Yahudi. Tugas tersebut ia tunaikan dengan mempelajarinya secara sungguh-sungguh.

Musthafa A’zami (1974) menuturkan bahwa Zaid adalah salah seorang sekretaris nabi yang namanya tercantum di berbagai literatur yang mengulas tentang sejarah penulisan wahyu maupun mengenai para sekretaris Nabi.

Kepakaran dan kredibilitasnya mengantarkan Zaid menjadi orang yang dipercaya oleh Khalifah Abu Bakar Asshiddiq sebagai orang yang diberi mandat khusus menjadi ketua panitia kodifikasi Alquran. Imam Bukhari merekam riwayat yang menceritakan momen diangkatnya Zaid ibn Tsabit sebagai ketua proyek besar ini, dalam bentuk kutipan pernyataan Zaid.

Baca juga:  Nasihat Politik Kiai Wahab di Zaman Jepang

“Setelah terjadinya peristiwa pertempuran “al-Yamama” yang menelan korban para sahabat, Abu Bakar memanggil saya (Zaid). Kami melihat  Umar ibn Khattab bersamanya. Abu Bakar berkata, ‘Umar baru saja tiba menyampaikan pendapat ini, ‘Dalam pertempuran al-Yamama telah menelan korban begitu besar dari kalangan para penghafal Alquran (qurra’), dan kami khawatir hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai akibatnya, kemungkinan sebagian Alquran akan musnah. Oleh karena itu, kami berpendapat agar anda (Abu Bakar, selaku khalifah) mengeluarkan perintah pengumpulan semua Alquran’.

Abu Bakar menambahkan, ‘Saya katakan pada Umar, ‘Bagaimana mungkin kami melakukan sebuah tindakan (mengumpulkan Alquran) yang di mana hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?’ Umar menjawab, ‘Ini merupakan upaya terpuji’. Abu Bakar yang terus mempertahankan pendapatnya pada akhirnya dibukakan hatinya oleh Allah SWT untuk menyepakati usulan Umar.

Lalu Abu Bakar memanggil saya, dan berkata, ‘Zaid! Kamu adalah seorang pemuda yang pandai. Kamu sudah terbiasa menulis wahyu di masa Nabi Muhammad. Saya tidak melihat kelemahan pada dirimu’.  Aku menjawab, ‘Demi Allah, jika seandainya mereka meminta saya untuk memindahkan gunung raksasa, maka itu akan terasa lebih ringan ketimbang apa yang mereka perintahkan kepada saya sekarang ini (mengumpulkan wahyu)’.

 Saya bertanya, ‘Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?’ Abu Bakar dan Umar bersikeras mengatakan bahwa hal itu (mengumpulkan Alquran) adalah boleh-boleh saja. Bahkan akan membawa kebaikan. Mereka tak henti-henti menenangkan kami melakukan tugas itu, sebagaimana Allah SWT menenangkan hati Abu Bakar dan Umar”.

Setelah diyakinkan oleh Abu Bakar dan Umar, Zaid menerima mandat khalifah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai ketua pelaksana pengumpulan Alquran, sedangkan Umar (pemrakarsa gagasan), bertindak sebagai pembantu Zaid.

Sebagai ketua panitia yang bertugas mengumpulkan lembaran-lembaran Alquran yang “tercecer” di antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad, Zaid ibn Tsabit –sesuai instruksi dari khalifah– memberi syarat ketat kepada para pemilik lembaran Alquran. Di antaranya, siapa pun yang memiliki catatan tentang ayat Alquran, hanya bisa diterima bilamana memiliki dua orang saksi.

Setelah Abu Bakar wafat, dan  tampuk kekhalifahan kemudian diteruskan oleh Umar dan Utsman, Zaid ibn Tsabit terus dilibatkan untuk mengawal proses pengumpulan lembaran-lembaran Alquran sampai pada proses terkodifikasikannya dalam mushaf Utsmani yang bisa kita baca hingga sekarang.

Home Gaya Hidup Gaya Lainnya

KISAH SAHABAT NABI

tim | CNN Indonesia

Minggu, 25 Apr 2021 16:58 WIB

Jelaskan Tiga prinsip yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit saat akan menulis dan mengumpulkan Alquran

Zaid bin Tsabit adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang mendapat tugas menulis wahyu dan menghimpun Al-Qur'an.(Foto: CNNIndonesia/Fajrian)

Jakarta, CNN Indonesia --

Nama Zaid bin Tsabit sangat terkenal pada zaman kenabian. Zaid bin Tsabit adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Dia mendapat kepercayaan penuh dari Rasulullah menjadi penulis wahyu dan surat-surat Nabi.

Sebelum mendapat tugas menulis wahyu dan menghimpun Al-Qur'an, Zaid Bin Tsabit merupakan seorang sahabat Anshar dari Madinah.

Pertemuan pertamanya dengan Rasulullah terjadi saat usia Zaid masih 11 tahun. Ketika itu Rasulullah datang berhijrah ke Madinah. Zaid dan keluarganya masuk Islam. Rasulullah pun mendoakan keberkahan untuk dirinya.

Zaid terkenal sebagai anak yang pemberani dan bersemangat. Ketika perang Uhud, Zaid dan kawan-kawannya menemui Rasulullah supaya bisa diikutkan dalam peperangan. Namun, Rasul menolak karena umur mereka masih terlalu kecil.

Saat itu, Rasul menjanjikan kepada Zaid dan teman-temannya bahwa mereka akan diajak pada perang yang akan datang.

Zaid kecil tumbuh sebagai muslim yang cerdas. Zaid mampu menghafal Alquran, menulis wahyu untuk Rasulullah, serta menguasai ilmu hikmah.

"Zaid bin Tsabit di Madinah adalah orang terdepan di bidang kehakiman, fatwa, qira'ah dan fara'idh," kata salah seorang sahabat Nabi, Qabishah, dikutip dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW karya Khalid Muhammad Khalid.

Jelaskan Tiga prinsip yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit saat akan menulis dan mengumpulkan Alquran
Zaid bin Tsabit adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang mempunyai tugas menulis wahyu, menghimpun Al-Qur'an, serta menulis surat-surat Nabi.(Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)

Suatu hari Rasullulah mendapat tugas untuk menyampaikan dakwah ke dunia luar dan mengirimkan surat kepada para Kaisar dan Raja di seluruh penjuru dunia.

Kecerdasan, keterampilan, dan kecakapan Zaid, membuat Rasulullah memintanya untuk mempelajari berbagai bahasa asing termasuk aksara Yahudi.

Tugas dari baginda Rasul untuk belajar bahasa dan aksara tersebut disanggupi Zaid hingga dia fasih secara lisan maupun tulisan dalam waktu singkat.

Sejak saat itulah, Zaid berperan sebagai penerjemah dan menulis balasan surat-surat ketika Nabi hendak mengirim surat atau menerima surat dari para Kaisar. Zaid pun kerap disebut sebagai tangan kanan Rasulullah.

Kepintaran Zaid juga membuatnya dipercaya mengemban salah satu tugas paling mulia dalam sejarah Islam yaitu menghimpun Al-Qur'an.

Zaid mulai melaksanakan tugas itu secara perlahan dan berhati-hati. Dia menghafal satu per satu wahyu yang turun kepada Rasulullah selama kurang lebih 21 tahun.

Jelaskan Tiga prinsip yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit saat akan menulis dan mengumpulkan Alquran
ibin, Ambarawa, Jawa Tengah, Kamis (1/6). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/17." title="GEMA RAMADAN DARI RUMAH PENCARI TAUBAT" />Zaid bin Tsabit adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang mempunyai tugas menulis wahyu, menghimpun Al-Qur'an, serta menulis surat-surat Nabi. (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Pasca Rasulullah wafat, Umar bin Khattab meminta Khalifah Abu Bakar menghimpun Al-Qur'an secepat mungkin. Abu Bakar pun beristikharah. Kemudian dia memanggil Zaid untuk segera menghimpun Al-Qur'an.

"Demi Allah, andai mereka menugaskan ku memindahkan gunung dari tempatnya, niscaya itu lebih mudah dibanding menghimpun Al-Qur'an," kata Zaid saat itu.

Zaid tetap melakukan tugas itu dengan baik hingga Al-Qur'an berhasil dihimpun menjadi sebuah kitab yang dibaca hingga saat ini. Dalam tiap lembar Al-Quran yang kita baca saat ini, terdapat goresan tinta Zaid bin Tsabit, sahabat Nabi yang menulis wahyu dan surat Rasulullah.

(avd/ptj)

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

Orang yang berhasil berlomba dalam kebaikan, maka orang tersebut akan

Mengapa manusia harus berpegang teguh kepada kitab allah swt

Manusia dapat berusaha mencapai surga pada waktu...

Manusia hidup didunia hanya sementara sedangkan hidup di alam akhirat bersifat

Ketika terjadi perdebatan tentang kebenaran masing-masing kitab suci sikap yang harus diperhatikan oleh seorang muslim adalah

Ketetapan dan ketentuan allah swt atas manusia sudah tertulis di ...

Ketika kita sedang membaca al qur’an kita menemukan bacaan qalqalah maka cara membacanya adalah

Jelaskan tahap-tahapan peristiwa yang dialami manusia sebagai proses menuju alam akhirat

Jelaskan manfaat dan hikmah beriman kepada hari akhir

Dengan mempelajari akidah islam kita akan terhindar dari sikap