Kasih yang diberlakukan dalam keluarga Kristen hendaknya berlandaskan pada

Kasih Kristus Sebagai Dasar

Kasih yang diberlakukan dalam keluarga Kristen hendaknya berlandaskan pada

Dalam surat Kolose 3:18-21, paling tidak ada beberapa hal yang bisa kita pelajari secara dogmatis maupun secara praktis, berkaitan dengan bagaimana kita mewujudkan keluarga Kristen yang dinamis. Tuhan mengurapi Paulus untuk menuliskan hukum-hukum dalam keluarga Kristen atau keluarga orang percaya. Peraturan ini merupakan suatu aturan yang diberlakukan dalam kasih dan Kasih Kristus merupakan dasar dari hukum yang diajarkan oleh Paulus. Di dalam kitab Efesus 5:22-33 hal ini juga dituliskan lebih jelas dan lebih dalam. 

Bagian sebelumnya dalam surat Kolose 3:5-17, Paulus berbicara tentang “manusia baru di dalam Tuhan” sebagai manusia baru maka ada tiga hal yang harus terjadi :

·         “Mematikan” tabiat duniawi (5-7) karena tabiat duniawi akan mendatangkan murka Allah

·         “Membuang” Tabiat manusia lama (8- 11) karena akan menghambat pertumbuhan iman, juga relasi dengan Tuhan dan sesama.

·         “Mengenakan” sifat-sifat manusia baru di dalam Tuhan (12-17).

Paulus menghendaki supaya ditengah-tengah tantangan zaman, orang percaya di Kolose terus memiliki Integritas hidup di dalam Tuhan.

Kemudian, dalam Kolose Pasal 3:18-21: Paulus berbicara tentang prinsip-prinsip dari “Hidup baru di Dalam Kristus” harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, secara Khusus dalam keluarga. Paulus sangat mengharapkan masing-masing anggota keluarga dapat menjalankan hak dan kewajibannya, secara tertib dan teratur supaya nama Tuhan dimuliakan.

Salah satu tujuan pokok yang ingin di capai Paulus dalam konteks ini terdapat pada ayat 24b: “Kristus harus menjadi Tuan dalam keluarga dan seluruh anggota keluarga”. Ketika seluruh anggota keluarga memahami posisi ini maka akan terbentuklah sebuah keluarga yg sehat, kuat dan memiliki relasi yang indah dengan Tuhan dan sesama anggota.

CONFUCIUS, Berkata “Kekuatan suatu bangsa berasal dari integritas keluarga”. Artinya kalau keluarga kuat maka gereja dan negara kuat. Karena itu penting kita menjadi keluarga yang kuat dan memiliki relasi indah dengan Tuhan dan sesama anggota keluarga.

Dari ayat-ayat firman Tuhan Kolose Pasal 3:18-21 ini kita melihat ada empat macam sikap yang diatur oleh Paulus, antara lain:  

1.   Sikap seorang isteri terhadap suaminya.

“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Ayat. 18

Saudara..., Istilah tunduk dan hormat mungkin merupakan istilah yang menjengkelkan bagi istri yang dominan terhadap suami, terlebih bagi istri yang memiliki alasan rasional untuk dominan dalam keluarga. sekarang khan lagi tren istri jadi kepala. Dominant wife.

Namun agar keluarga menjadi bahagia, prinsip-prinsip keluarga dalam Alkitab perlu ditaati. Allah telah mengajarkan bagaimana istri berlaku kepada suami, yaitu tunduk dan hormat. Bahkan kalau membaca di dalam Efesus 5:22-33, berbunyi:  “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yg menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu”.

Maka biasanya sang suami akan nyenggol istrinya dan berkata, “Tuh Mah, dengerin Firman Tuhan…istri itu harus tunduk pada suami, seperti kepada Tuhan…sebab suami itu kepala atas istri…Makanya dengerin tuh. ayat 24 lebih tegas lagi dikatakan tunduk dalam segala sesuatu. Jadi mulai sekarang, kamu harus tunduk, jangan mbantah, jangan suka ngomel… Itu Firman Tuhan lho, bukan aku ngarang-ngarang… Memang… Firman Tuhan luar biasa, Ya dan Amin…!!!”

Saudara-saudara... ayat ini tidak berarti bahwa suaminya adalah "tuan besar". Jikalau, ayat ini ditafsirkan terpisah dari ayat-ayat sebelum dan berikutnya, akibatnya fatal, seolah-olah Paulus mengajarkan bahwa istri statusnya lebih rendah dari suami.

Namun, Paulus berbicara relasi cinta kasih suami terhadap istri harus didasarkan kepada salib Kristus sebagai patokan untuk bertindak. Keluarga Kristen harus menunjukkan relasi suami-istri yang saling menghargai sebagai mitra yang setara!.

Budaya Yahudi – para laki-laki memang setiap pagi dan malam berdoa dan berterimakasih kepada Allah karena 3 hal: Pertama,  mereka  berterimakasih karena Tuhan tidak menciptakan dia sebagai orang kafir, Mereka berterimakasih karena Tuhan tidak menciptakan dia sebagai budak, dan yang terakhir Mereka berterimaksih karena Tuhan tidak menciptakan dia sebagai perempuan/wanita.

Dan Nasehat rasul Paulus ini perlu dipahami dalam konteks budaya Yahudi atau suatu masyarakat patriarkhat, di mana laki-laki/bapak selalu nomor satu. Tetapi, Paulus menantang relasi yang tidak setara dengan menyerukan kepada para suami untuk mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaatNya.  

Suami adalah kepala dari isterinya, oleh karena itu patutlah seorang isteri tunduk dan taat pada suaminya. Seorang isteri digambarkan seperti jemaat bagi Kristus. Jemaat tidak pernah bisa mengajar dan menasihati Kristus. Jemaat yang baik senantiasa taat dan tunduk kepada Kristus, dan tidak usah jemaat takut untuk disesatkan oleh Kristus.  Akan tetapi para suami bukanlah Kristus, lalu bagaimana sikap seorang isteri terhadap suami yang menyimpang? Rasul Petrus berkata : “Jika ada di antara para suami yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka”.

Artinya, Ketundukan yang seperti apakah yang diinginkan oleh nas ini dari para istri kepada para suami? Apakah Paulus menghendaki istri 100% taat kepada suami, sepenuhnya patuh dan tanpa banyak bicara? Ada suami yang menggunakan ayat ini sebagai lampu hijau untuk bertindak semaunya bahkan sewenang-wenang terhadap istrinya. Istri ditekan dan diajar bila tidak tunduk. Sebenarnya apakah ini maksud Paulus? Tentu bukan demikian.

Ketundukan dalam konteks ini tentulah dalam hal-hal yang benar. Ketundukan umat kepada Tuhan dalam segala sesuatu tentulah dalam hal-hal yang benar, sebab tidak mungkin Tuhan memberi perintah yang tidak baik atau tidak benar bagi manusia. Esensi Tuhan adalah kebenaran, kebaikan, kekudusan, dan kasih. Maka demikianlah juga ruang lingkup ketundukan seorang istri kepada suaminya, yaitu dalam esensi kebenaran, kebaikan, kekudusan, kesetiaan, ketaatan dan kasih.

 Sebab apakah benar jika seorang istri harus tunduk kepada suami yang berbuat atau memerintahkan ketidakbenaran? Tentu tidak, istri harus berani menyatakan kebenaran kepada suami dengan maksud untuk membawa perubahan kepada suami, dan yang pada gilirannya akan membawa kebaikan kepada keluarga.

Saya pernah mendengar pertanyaan seorang istri seperti ini, “Jika suami saya tidak takut Tuhan, dan melarang saya pergi ke gereja, haruskah saya tunduk kepadanya?”. Maka, sesungguhnya pilihan istri harus tunduk kepada suaminya, atau tunduk kepada Tuhan.

Jadi ketaatan para isteri kepada Tuhan - dicerminkan oleh kesalehan mereka, ketundukan mereka pada suami mereka. Hal itulah yang diperkenan Tuhan sehingga Allah yang bertindak untuk mengubah suami dan mempertobatkan mereka. Jadi untuk mengubah suami, jangan marah pada mereka atau jangan menasehati mereka, ibu-ibu seharusnya menasehati anak-anaknya saja, jangan suaminya. Suami itu urusan Tuhan. Jadi sikap seorang isteri yang baik adalah tunduk yaitu taat dan hormat kepada suaminya. Tidak atau bukan hanya taat, tetapi juga dengan hormat. Tidak boleh taat sambil melecehkan, taat sambil mencibir atau menggerutu, taat tidak hormat bukan tunduk. 

Tuhan menyediakan isteri sebagai penolong bagi suami mereka, oleh karena itu Tuhan sudah menetapkan bahwa isterilah yang akan menolong suaminya artinya isteri itu lebih kuat dari suaminya, sehingga mereka ditetapkan sebagai penolong. Alangkah naifnya seorang yang wajib menolong seseorang di dalam kehidupannya bercerita tentang kelemahan, kekurangan, kegagalan, kejelekan dan kelalaiannya. Apa lagi kalau sampai menghinakan dan merendahkan suaminya, yang sepatutnya harus dia tolong agar naik dan maju. Isteri adalah penolong yang harus tunduk. Tanpa Roh Kudus pastilah seorang isteri akan gagal berfungsi sebagai penolong dan sekaligus harus menghormati dan menaatinya. Hanya dengan pertolongan Kristus melalui Roh Kudus saja seorang isteri bisa tunduk pada suaminya.    

2. Sikap seorang suami terhadap isterinya.

Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Ayat 19.

Alkitab mengatakan, suami kasihi isterimu seperti engkau mengasihi diri sendiri berarti firman Tuhan mengingatkan kita ada hal-hal tertentu dari diri laki-laki yang mungkin sedikit lebih egois dan memanjakan diri sendiri. Harus kita akui sebagai para suami, suami jarang memikirkan isteri dan anaknya.

Suami sering beli makanan hanya untuk diri sendiri, tidak seperti isteri selalu beli untuk suami dan anak. Ini menunjukkan natur pria umumnya memang seperti itu. Pihak lain suami sebagai kepala banyak yang memperlakukan istri dengan kasar, maka Paulus pun menasehati para suami agar mengasihi istrinya dan tidak sewenang-wenang atau bersikap kasar terhadapnya.

Di dalam surat Efesus 5: 25-32, Paulus mengatakan: “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.”

Sekarang gantian istri buka suara: “Tuh Pah, panjang banget ayat untukmu… dengerin tuh, catat baik baik..! Suami harus mengasihi istri, sama seperti Kristus yang telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya…. Jadi selain mengasihi, suami harus siap berkorban buat istrinya… siap menyerahkan segala sesuatu untuk istrinya… Katane mengasihi istri, lha kok pelit… Ikuti tuh teladan Tuhan Yesus yang rela berkorban dan menyerahkan semuanya… sampai nyawa-Nya… Makanya mulai sekarang jangan pelit-pelit kalau sama istri…. Firman Tuhan memang luar biasa, Ya dan Amin…!!!”

Biasanya, suami itu tak mau kalah dengan istrinya, maka sang suami bisa saja ngeles dan langsung mengatakan: “Iya, tapi perhatikan urutannya. Urutan yang pertama itu yang penting. Kalau yang pertama dilakukan, maka hukum yang kedua baru bisa jalan. Kalau istri tunduk sama suami, maka otomatis suami akan mengasihi istri. Apalagi kalau istrinya bersedia tunduk pada suami dalam segala sesuatu, maka suami pasti akan mengasihi istri.”

Istri juga bisa menjawab: “Pah, aku ngerti pikiranmu ya… kamu maunya istri harus tunduk, bahkan tunduknya dalam segala sesuatu. Tapi nanti kalau tak turuti semua (tunduk dalam segala sesuatu)… ya kamu pasti akan minta kawin lagi. Iya tho? Dalam satu surat yang berisi nasihat dan bukan kitab hukum, maka yang penting bukan urutannya pah, yang penting itu justru yang dijelaskan. …disana ada: nasihat bagaimana mengasihi istri, nasihat bagaimana menguduskan istri dengan air dan Firman, nasihat bagaimana membuat istri jadi cemerlang, tanpa cacat dan kerut. Apa artinya itu, Pah? Artinya ya Papah harus jadi imam dalam keluarga. Selain itu juga istri harus banyak banyak diberi uang untuk creambath, untuk perawatan tubuh dan perawatan muka biar tetep cemerlang, tanpa cacat dan kerut.”

Begitulah kira-kiranya gambaran yang bisa terjadi saat nasihat Rasul Paulus ini dibacakan. Perdebatan bisa muncul atas pertanyaan mana yang lebih didahulukan atau mana yang perlu dijelas-utamakan. Intinya sebenarnya sih sederhana: dua-duanya, suami istri harus tunduk pada otoritas Firman Tuhan dan bersedia menjadi pelaku Firman.

Suami adalah kepala isteri. Suami digambarkan dengan Kristus. Seorang suami merupakan Kristus bagi isteri mereka, hal itu yang menyebabkan isteri harus tunduk pada suaminya. Sebagaimana Kristus rela menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya dan mati bagi mereka, maka selayaknya suami meniru perlakuan Kristus terhadap jemaat menjadi perlakuan suami terhadap isterinya. Maka suami yang pantas mendapat respek, penghormatan, ketundukan dari istri (bahkan anak-anaknya) adalah suami yang rela memberi hidupnya, mengorbankan segala sesuatunya bagi kebahagiaan istrinya (dan anak-anaknya). Banyak suami yang kehilangan respek, penghormatan, ketundukan, dari istri (dan anak-anaknya), karena sifat egoisnya, tidak pedulu, tidak perhatian, tidak siap berkorban, lebih peduli dengan kebutuhannya sendiri.

Kristus tidak berlaku kasar terhadap jemaat-Nya apalagi sampai meninju atau menempeleng jemaat-Nya, tidak pernah dituliskan itu di Alkitab karena memang Dia tidak akan melakukan yang seperti itu. Apa yang Kristus lakukan terhadap murid-murid-Nya, itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami terhadap isterinya. Kerelaan Kristus berkorban bagi jemaat merupakan dasar yang kuat untuk para suami rela berkorban bagi isterinya. Suami rela bekerja keras untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Dia bertanggung jawab untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarganya. Seorang suami sepatutnya melindungi isterinya dan memelihara, merawat serta mengasuhnya.

Kata mengasuh berbicara tentang dua pekerjaan yang dilakukan sekaligus, yakni mendidik dan menjaga. Seorang suami yang menceritakan kelemahan dan kekurangan isterinya merupakan suami yang tidak sadar kekurangan dan kebodohan dan kegagalannya. Kelemahan dan kekurangan seorang isteri merupakan akibat suami yang tidak mendidik dan merawat isterinya dengan baik.

Maka, seorang suami harus mengikuti teladan Kristus dengan mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya. Seorang suami harus terus mengasihi istrinya apapun kondisinya sesuai dengan teladan Kristus yang mengasihi jemaat-Nya:

·      Seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya dengan menyerahkan diri-Nya dan mengorbankan nyawa-Nya, mati di kayu salib karena kesalahan dan untuk kepentingan jemaat-Nya, suami harus mau berkorban.

·      Seperti Kristus menyucikan dan menguduskan jemaat-Nya menjadi tanpa cacat cela, suami harus mengusahakan supaya istrinya tidak bercacat cela. Suami harus menjadi teladan kerohanian (imam).

Seorang suami akan gagal untuk mengasihi isterinya jika dia tidak mengandalkan Tuhan di dalam hubungannya dengan isterinya. Hanya Kristus melalui Roh Kudus yang dapat mengajar para suami untuk mengasihi isteri mereka seperti Kristus mengasihi jemaat.  

3.Sikap seorang anak dirumah tangga.

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Ayat 20.

Anak-anakharus menaati orang tua mereka dalam segala hal, kata segala hal menggambarkan ketaatan total seorang anak kepada orang tua mereka. Ketaatan total, kecuali berbuat dosa. Seorang anak sepatutnya menghormati orang tua mereka, perintah ini PENTING. Menghormati orang tua mengakibatkan kita beroleh panjang umur dan bahagia ditanah yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang menghormati orang tuanya. Solaiman mengatakan anak-anak yang tidak mengindahkan kata-kata orang tuanya akan mengalami hari-hari malang di dalam kehidupannya kelak. Anak-anak yang tidak mendengarkan pengajaran dan nasihat orang tua mereka atau didikan ayah maupun ibunya akan mengalami kerugian dan kesusahan pada masa tuanya atau juga akan mengalami kekurangan dan kemiskinan.  Para orang tua diingatkan bahwa relasinya harus bersifat mendidik serta tidak menimbulkan amarah di hati anak-anaknya. Dan anak-anak harus taat kepada orang tua, dalam ‘koridor’ kehendak Tuhan.

Tetapi, memang seringkali anak-anak melihat kekacauan dalam orang tua, seringkali ayah dan ibu tidak sama suaranya, sehingga anak-anak bingung. Sehingga orangtua perlu intropeksi diri sehingga menjaga kekonsistenan dalam keluarga.

Tidak sedikit ...Anak-anak yang sering disakiti sejak kecil, maka kepribadiannya akan bertumbuh menjadi manusia yang akan beringas dan jahat. Namun anak-anak yang disayang sejak kecil maka mereka akan bertumbuh menjadi manusia yang memiliki pribadi yang utuh, mandiri dan bermoral. Karena itu sebagai bapa, ada beberapa cara yang harus kita hidupi dan lakoni dalam rangka memperkuat dasar rohani anak-anak kita yaitu:

(a) Jadilah teladan. Ketika anak kita melihat hidup kita, apakah mereka hanya melihat seseorang yang memiliki pengetahuan tentang Allah, memercayai hal-hal yang benar, dan menghindari hal-hal buruk, ataukah mereka sungguh-sungguh dapat melihat seseorang yang akrab dan punya hubungan kasih yang terus bertumbuh dengan Yesus Kristus? Panggilan utama kita bukan menjadi orangtua yang baik. Panggilan utama kita adalah menjadi teladan tentang hubungan kasih yang nyata dengan Allah yang hidup.

(b) Tunjukkan kedisiplinan. Hadapilah kenyataan ini: hal penting yang dapat dilakukan orangtua adalah mencetak dan membentuk karakter rohani anak. Namun bagaimana kita dapat membantu anak-anak mengembangkan karakter yang saleh dalam masyarakat yang tidak mengetahui arti integritas? Tidak cukup sekedar mendisiplinkan anak-anak sehingga mereka berlaku baik dan tidak mempermalukan kita. Pengembangan karakter yang sejati harus dimulai dari batin, dengan motif yang benar, hasrat yang tidak mementingkan diri sendiri, dan pikiran murni yang timbul dari hubungan yang akrab dengan Allah.

Jika anak-anak sehat secara rohani, kita tidak perlu khawatir ketika mereka bergaul dalam masyarakat. Pembentukan rohani melaju melampaui informasi rohani. Pembentukan rohani meliputi proses pembentukan karakter dan sifat-sifat Kristus dalam diri kita. Unsur kunci dari pembentukan rohani adalah pengembangan rohani. Menerapkan kedisiplinan saja tidak akan menghasilkan murid. Menampilkan perilaku rohani tidak secara otomatis dapat menghasilkan kerinduan akan Tuhan.

Jadi, sebagai anak --- harus memiliki rasa taat dan hormat terhadap orang tuanya. Sejak dini, maka  anak-anak perlu belajar banyak hal di keluarga dan di Sekolah Minggu sehingga mereka bertumbuh dengan hidup takut akan Tuhan, disiplin, serta belajar dan bekerja dengan baik. Firman Tuhan Jelas dan tegas mengenai ba­gai­ma­na se­ha­rusnya re­la­si orang tua dengan anak: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di da­­lam Tuhan,” atau lebih tepatnya: “Tun­duklah kepada orang tua­mu di dalam Tuhan.” Dan di­lan­jutkan dengan: “Karena haruslah de­mi­ki­an.”  Jadi dengan kata lain, Tuhan me­­mang menciptakan hu­bung­an orang tua anak begitu rupa sehingga sudah sewajarnya se­orang anak akan tunduk di da­lam Tuhan.

Maka, jangan sampai anak-anak berlaku kurang ajar terhadap orang tua, mem­be­ron­tak, kasar dan ti­dak ta­hu so­pan santun terhadap orang tua (seperti yang dikatakan da­lam II Tim 3).

Tetapi juga ingat bagian selanjutanya sebagai orang tua,....

4.Sikap seorang Bapa terhadap anaknya.

Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinyaAyat 21

Ayat 21 ini hendak menegaskan bahwa seorang Bapak (orang tua) tidak berhak membuat sakit hati anaknya (yang juga berlangsung terus menerus), baik itu melalui perkataan maupun melalui tindakan fisik. Artinya sebagai bapa harus menunjukkan sikap yang saling menghargai dan menghormati, maka tidak ada pihak yang disakiti sekaligus tidak ada pihak yang ingin menyakiti pihak lain. Inilah makna hubungan antara orang tua dengan anaknya.

Kalau kita amati, hari ini baik anak mau­pun orang tua sedang dirusak oleh ja­man. Anak-anak dilatih dan diajar begitu rupa, baik me­lalui komik, film-film, dsb., se­hing­­ga akhirnya men­jadi pemberontak-pemberontak ter­ha­dap orang tua. Sehingga da­pat kita bayangkan sekarang dimana anak-anak belajar berelasi de­ngan orang tua bu­kan dari Firman Tuhan tetapi dari pergaulan dengan teman-teman mereka, kebu­daya­an, dan buku-buku yang mereka ba­ca.

Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa se­ha­rus­­nya setiap anak-anak dididik sejak kecil bagaimana ia belajar taat kepada orang tua­nya, dan ini menjadi kunci penting ba­gai­mana ia membangun atitude.  Saya harap ini menjadi to­lok ukur se­perti yang Alkitab gambarkan bahwa keluarga Kris­ten adalah keluarga yang in­dah dimana kita belajar hidup taat, lalu menjadi saksi di te­­ngah dunia.

Maka jikalau Firman Tuhan mengatakan..., Bapa-bapa jangan menimbulkan sakit hati dan tawar hati pada anak-anaknya. Tuhan sangat memperhatikan amarah anak bukan amarah bapa-bapa, mengapa? Amarah bapa hanya sementara, karena, setelah lewat perasaan kesal dan logikanya jalan, maka dia sudah kembali mengasihi anak-anaknya. Akan tetapi amarah anak akan membawa anak itu keluar dari rumah atau menjauh dari ayahnya. Ia akan menjauh dari pengaruh bapanya. Kemarahan seorang anak terhadap bapanya sering mendatangkan kutuk bagi dirinya sendiri.

Hal inilah yang Tuhan tidak sukai. Jika ada seorang anak marah pada bapanya, maka dia tidak akan lagi menghormati ayahnya itu. Pemberontakan mungkin bisa terjadi. Pemberontakan menyebabkan anak tidak lagi ingin menaati orang tuanya. Banyak anak-anak pemberontak akan melakukan apa yang tidak disukai atau yang dilarang oleh orang tua mereka. Mereka tahu bahwa itu sangat dibenci oleh ayah mereka, justru itu yang ia lakukan, mengapa? Itulah kutuk. Ia ingin memuaskan dirinya dengan mempermalukan orang tuanya. Itulah sebab mengapa Maleakhi menuliskan jika hati bapa tidak balik pada anak-nya dan hati anak tidak balik pada bapanya, maka Aku akan datang membinasakan bumi. Oleh karena itu sepatutnya bapa-bapa menahan dan mengawasi dirinya agar tidak menimbulkan kepahitan kepada anak-anaknya.  

 Keluarga yang berbahagia di hadapan Tuhan dan manusia, adalah pernikahan yang di dalamnya terdapat relasi yang saling mengasihi, saling mengampuni, saling menghormati, antara suami dan istri. Suami istri yang mencintai Tuhan, memegang teguh akan firmanNya, dan memberi keteladanan yang benar di hadapan anak-anaknya.

Terlebih, dalam konteks budaya dimana istri biasanya ditempatkan lebih rendah dari suami, anak dianggap sebagai harta milik keluarga, maka prinsip-prinsip Firman Tuhan ini perlu kita tegakkan. Mari kita mulai melakukan prinsip firman Tuhan ini dari keluarga kita.

Untuk menjaga agar aturan-aturan Firman Tuhan ini dapat dilaksanakan, maka tidak ada yang lebih baik, kecuali setiap keluarga memiliki mezbah ditengah keluarga mereka. Mezbah yang menyebabkan Tuhan hadir di dalam keluarga itu  Kehadiran Allah yang akan menyebabkan timbulnya keharmonisan.

Oleh karena itu adalah sangat penting untuk setiap kita mendorong agar ditiap-tiap rumah kita ada mezbah keluarga, artinya ada korban yang sedang di persembahkan. Persembahan berupa pujian, nyanyian maupun ketaatan kepada firman atau perintah Tuhan menyebabkan kehadiran Allah yang Maha Kudus. 

Ingat saudara-saudara, keluarga yang terbentuk dalam hidup kita bukanlah keluarga yang kebetulan, pasti ada rancangan Yesus didalamnya... Jangan jadikan keluarga kita sebagai “rumah sakit” dimana hanya tempat menyimpan sakit lebih spesifik lagi yaitu sakit hati,,, serta usahakan jangan jadikan keluarga kita sebagai “hotel” dimana hanya tempat singgah dan melepas lelah setelah perjalanan jauh, atau jangan jadikan keluarga sebagai “cafe” dimana hanya untuk bersantai-santai, atau jangan jadikan pula keluarga hanya sebagai “diskotik” dimana hanya untuk mencari kesenangan,, tetapi usahakan keluarga kita menjadi sebuah “gereja” dimana kita bisa melayani Tuhan, bersekutu, bersukacita, dan terlebih menyenangkan Tuhan dengan pujian atau ucapan syukur kita.

Jikalau dalam kehidupan rumah tangga, setiap keluarga Kristen senantiasa bercermin pada Tuhan Yesus, dan menjadikan kasih Kristus itu sebagai dasar kehidupan rumah tangganya. Maka Rumah tangga Kristen akan menjadi keluarga yang serasi dan harmonis.

Bangunlah keluarga di dalam RELASI yang benar! –kata “Tunduklah, kasihilah dan Taatilah” (ay 18 -20). Relasi sesama anggota keluarga sangat menentukan kekuatan dan sehatnya sebuah keluarga. Jika relasi antar anggota keluarga berjalan normal, maka ketundukan, mengasihi dan ketaatan, bukan menjadi suatu beban yang berat untuk dilakukan, tetapi dipandang sebagai sesuatu panggilan yang indah di dalam Tuhan (ayat 20 b). Di dalam Relasi yang baik, semua masalah dalam rumah tangga pasti dapat diselesaikan. Di dalam relasi yang sehat ada, semangat dan kerinduan untuk bersekutu, saling mendoakan, saling membangun, saling menghargai, saling mendahulukan & saling mengasihi.

Maka sekali lagi, ingatlah Prinsip-prinsip Firman Tuhan yang telah kita enungkan bersama tadi bahwa:

1. Prinsip untuk para suami Kristen (Kol. 3:19; Ef.5:22,23,31)

a. Suami adalah kepala rumah tangga Kristen (Ef. 5:22,23)

b. Suami harus mengasihi istri (Kol. 3:19)

c. Suami jangan berlaku kasar pada istri (Kol. 3:19)

d. Suami jangan menyakiti anak-anak (Kol. 5:31)

e. Suami harus bersatu dengan istri (Kol. 5:31)

2. Prinsip untuk para istri Kristen (Kol. 3:18; Ef.5:33).

a. Istri harus tunduk pada suami (Kol 3:18)

b. Istri harus menghormati suami (Ef. 5:33)

3. Prinsip untuk anak-anak Kristen (Kol. 3:20)

a. Anak-anak harus taat pada orangtua (Kol. 3:20)

b. Ketaatan anak-anak pada orangtua, sebatas yang sesuai dengan firman Allah (Kol. 3:20)

Maka langkah-langkah praktis yg dapat kita mulai terapkan untuk mewujudkan Kasih Kristus di dalam keluarga kita: 

·         Bersepakatlah untuk mewujudkan suasana keluarga sorgawi terjadi dirumahmu.

·         Mulailah dengan sikap istri yang tunduk kepada suami.

·         Posisikanlah dalam hatimu, pikiran dan perbuatanmu bahwa suami adalah kepala bagi istri.

·         Sesulit apapun untuk mengasihi, suami harus dapat mengasihi istrinya dan menyerahkan dirinya.

·         Kasih suami harus dinyatakan melalui kehidupan yg senantiasa kudus.

·         Kasih suami harus direalisasikan dalam mengajarkan kebenaran firman dikeluarganya.

·         Kasih suami harus ditunjukkan dengan merawat, serta memperhatikan kebutuhan istri dan keluarganya.

·         Mentaati dan menghormati orang tua, merupakan sikap respon kepada kerinduan Allah.

·         Ketaatan dan hormat kepada orang tua dapat memberi umur panjang dan kebahagiaan. Rindukanlah hal itu!

·         Bangunlah pilar kehadiran Allah di dalam rumahmu, melalui dasar kasih yang Allah kehendaki. 

Saudaraku, jika berbicara mengenai keluarga tidak cukuplah sampai disini... karena keluarga itu luas dan tak terselami... namun kasih Tuhan pasti akan mampukan kita untuk memahami apa itu keluarga lebih lagi,,, “ Marilah kita bangun keluarga  kita untuk rumah Tuhan, sehingga setiap keluarga kita diperkenan Tuhan Yesus”.Tuhan Yesus Memberkati!. Amin

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN Dalam sepanjang hidup ini, setiap dari kita tentunya sudah pernah merasakan  kebaikan Tuhan. Kita ada sampai dengan saat ini dalam keadaan yang baik tanpa kekurangan suatu apapun, juga merupakan salah satu anugrah serta kebaikan Tuhan yang patut kita syukuri. Bahkan sedikit atau banyak kita semua pasti pernah mendapatkan anugrah dari Tuhan, apakah itu berupa kesembuhan, berkat ataupun pertolongan Tuhan yang lain, sebab Yesus yang kita sembah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan dan kemurahan. Kebaikan terbesar yang Tuhan nyatakan yaitu ketika Ia rela mengorbankan diriNya di atas kayu salib bagi keselamatan umat manusia, dan tidak ada yang dapat menandingi kebaikan Tuhan. Oleh sebab itu, setiap hari kita perlu bersyukur atas kebaikan yang Tuhan nyatakan. Jangan pernah mengeluhkan kondisi yang kita alami, sebab ketika kita dapat bersyukur kita akan dapat melihat kebaikan Tuhan yang lebih besar lagi. Mazmur 34:9 mengatakan kecaplah dan

Pola Hidup Jemaat Filadelfia Wahyu 3:7-13                                                                PENDAHULUAN Melalui pembacaan firman Tuhan yang terambil dari kitab Wahyu 3:7-29 ini saya ingin mengajak kita semua untuk melihat bagaimana luar biasanya jemaat Tuhan di kota ini. Mereka yang tidak memiliki kekuatan besar tetapi mampu tetap mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus. Kota Filadelfia adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh gunung berapi sehingga di kota ini seringkali terjadi gempa bumi yang hebat dan sering disebut juga tanah berapi. Karena kota ini dikelilingi oleh banyak gunung berapi, maka kota ini memiliki tanah yang subur. Kota ini didirikan oleh Emenes, raja pergamus pada abad 2 SM dan diberi nama adiknya Atalus dan karena ketaatan adiknya itulah maka diberilah nama kota ini “Filadelfos”. Kata filadelfia ini berasal dari kata “Filos” dan Adelfos” yang artinya kasih persaudaraan. Filadelfia adalah sebuah kota yang berada di tem

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI 1 Petrus 5:1-6 Melayani menjadi satu respons yang indah ketika seseorang mengalami hidup yang diberkati Tuhan. Bukan saja mereka yang duduk di dalam jabatan, bukan saja mereka yang berada di dalam satu pelayanan di dalam gereja, setiap anak Tuhan sepatutnya dan seharusnya memiliki prinsip hidup kita adalah hidup yang melayani Tuhan. Surat 1 Petrus , khususnya pasal ke 5 adalah satu bagian dimana Petrus yang sudah tua sedang berbicara kepada hamba-hamba Tuhan yang masih muda, dan juga kepada badan-badan pengurus gereja dimana mereka melayani. Tetapi saya juga yakin dan percaya firman Tuhan ini relevan diberikan untuk setiap kita, memberi direksi bagaimana sikap kita, hidup kita melayani Kristus yang sudah datang terlebih dahulu sebagai Gembala kita yang agung yang melayani kita semua. Ada 3 Bagian tentang Hamba-hamba Tuhan yang Masih Muda Ada 3 bagian di sini, bagian pertama, ayat 1 berbicara mengenai dasar kenapa hidup kita melayani