Kemungkinan permasalahan yang akan muncul saat belanja daring

Belanja online atau E-Commerce adalah sebuah proses transaksi yang dilakukan melalui media (perantara) berupa situs-situs jual beli online atau jejaring sosial yang menyediakan barang atau jasa yang diperjualbelikan.

Kini belanja online telah menjadi sebuah kebiasaan bagi sebagian orang, dikarenakan kemudahan yang diberikan, orang-orang banyak beranggapan bahwa belanja online adalah salah satu sarana untuk mencari barang-barang yang diperlukan seperti kebutuhan sehari-hari, hobi, dan sebagainya.

Belanja online juga dapat diartikan sebagai keinginan konsumen untuk membelanjakan uangnya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan di toko online. Proses tersebut dapat dilakukan dengan cara memesan barang yang diinginkan melalui vendor atau produsen serta reseller dengan menggunakan internet. Selanjutnya melakukan pembayaran dengan cara mentransfer via bank, e-bank, ataupun COD (Cash on Delivery).

Perkembangan era digital semakin tak terhindarkan yang harus diikuti setiap perusahaan menyesuaikan strategi pemasarannya dengan memasuki sistem online untuk menjual produknya. Belanja online menjadi suatu kebiasaan bagi sebagian orang karena kemudahan yang diberikan, orang-orang banyak beranggapan bahwa belanja online adalah salah satu sarana untuk mencari barang-barang yang diperlukannya.

Perilaku Belanja Online

Perilaku belanja online mengacu pada proses pembelian produk dan jasa melalui internet. Maka pembelian secara online telah menjadi alternatif pembelian barang ataupun jasa. Penjualan secara online berkembang baik dari segi pelayanan, efektifitas, keamanan, dan juga popularitas.

Pada zaman sekarang berbelanja secara online bukanlah hal yang asing. Konsumen tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga saat berbelanja online, cukup dengan melihat website bisa langsung melakukan transaksi pembelian. Proses pembelian online memiliki langkah yang berbeda seperti perilaku pembelian fisik.

Kekhasan dari proses membeli melalui media internet adalah ketika konsumen yang berpotensial menggunakan internet dan mencari-cari informasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang mereka butuhkan

Produsen (pemasar) yang mengerti perilaku konsumennya akan mampu memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya, sehingga pemasar (produsen) dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai.

Oleh karena itu pebisnis online harus memiliki dan melakukan strategi yang tepat agar dapat membuat pengguna internet yang belum melakukan pembelian online tertarik melakukan pembelian secara online serta dapat mempertahankan pelanggan yang telah ia miliki. Strategi yang tepat dapat diciptakan dengan mengetahui terlebih dahulu perilaku pembelian online konsumen.

Daftar belanja online yang disesuaikan, dengan item yang dibeli sebelumnya, dapat membantu mengurangi variasi dalam ukuran keranjang elektronik. Kemungkinan terakhir ini, bersamaan dengan kemungkinan memperoleh lebih mudah informasi harga lebih lanjut (misalnya fitur produk) di situs web, mungkin juga menjelaskan bahwa konsumen kurang sensitif terhadap harga saat berbelanja online.

Akhirnya, saluran online paling cocok untuk orang sibuk dan untuk hari sibuk. Pada hari kerja selama seminggu, konsumen memiliki lebih sedikit waktu, jadi bagi kebanyakan orang. Internet adalah peluang bagus karena ini adalah cara belanja yang cepat

Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku pembelian online konsumen adalah persepsi manfaat. Persepsi manfaat merupakan keyakinan konsumen tentang sejauh mana ia akan menjadi lebih baik dari transaksi online dengan situs web tertentu.

Konsep dari kata manfaat mengacu pada sejauh mana suatu inovasi dianggap lebih baik untuk menggantikan gagasan yang telah ada. Misalnya, manfaat dari berbelanja melalui website mencerminkan pengakuan konsumen bahwa metode belanja baru ini memberikan manfaat tertentu sebagai format belanja alternatif.

Perilaku pembelian online terdiri dari 3 hal, yaitu :

1. Visiting (search) : Calon pembeli mengakses situs e-commerce. Kunjungannya ini dilakukan setelah mengidentifikasi kebutuhan yang ingin dibeli. Namun, ada pula yang hanya sekedar ingin meluangkan waktunya melihat-lihat produk, jasa atau promo yang ditawarkan pihak e-commerce.

2. Purchasing : Setelah seseorang melakukan kunjungan atau pencarian dan menemukan produk atau jasa yang cocok baginya, ia kemudian akan melakukan pembelian. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pembelian seseorang di situs e-commerce. Pertama, seseorang melakukan pembelian karena memang membutuhkan barang atau jasa tersebut. Kedua, seseorang melakukan pembelian karena tertarik dengan promo yang ditawarkan penyedia layanan e-commerce.

3. Multi-channel shopping adalah fitur yang disediakan oleh situs e-commerce dalam bentuk penyediaan berbagai macam jalur atau cara pembelian bagi konsumennya. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan nilai belanja konsumen. Konsumen yang akan membeli bisa membeli produk dengan cara yang disenanginya. Sebagai contoh yaitu pada e-commerce Salestock. Konsumen Salestock bisa melakukan pembelian tidak hanya melalui website, tapi bisa juga melalui aplikasi di Smartphone, Whatsapp, Line, Chat Facebook dan Instagram.

Apa saja dasar perilaku pembeli online ?

1. Lingkungan internet

Pengguna internet dapat menemukan informasi yang objektif dan subjektif tentang produk dan perusahaan lebih mudah dari sebelumnya. Perusahaan online tidak hanya menghitung satu sama lain, tetapi juga dengan calon pelanggan online (referensi positif dan positif, komunitas internet, jejaring sosial dan media sosial dll.). Media sosial menyediakan komunikasi interaktif antara penggunanya. Dengan media sosial, kegiatan pemasaran harus dirumuskan kembali.

2. Bentuk kegiatan pemasaran modern

Bentuk pemasaran tradisional tidak berada di lingkungan internet yang efektif. Dengan berkembangnya e-commerce, aktivitas pemasaran baru harus diciptakan pemasaran di jejaring sosial dan media, pemasaran viral, pemasaran kata-kata online dan buzz online, komunikasi interaktif online. Pembelanja potensial online hanya tertarik pada aktivitas pemasaran yang dapat menawarkan nilai tambah bagi mereka (permainan dan kompetisi online, identifikasi masyarakat dengan produk dan perusahaan, online sharing dll.).

3. Komunitas internet

Pengguna internet mendiskusikan tentang gaya hidup mereka tentang produk dan produk, menemukan informasi detail tentang produk mereka. Opini komunitas internet (di media sosial, forum diskusi dll) mempengaruhi proses keputusan pembelian online akhir. Perusahaan internet dalam pemasarannya harus bergabung dengan komunitas internet dan mengelola komunikasi online.

4. Subjek belanja online

Pembeli online membeli paling banyak-dengan elektronik dan teknik, buku, tiket atau pakaian dan kosmetik. Pembelian makanan secara online saat ini adalah kelangkaan (selama ini diharapkan peningkatan pembelian barang secara online). Harapannya adalah bahwa pembelian bersama akan memindahkan lingkungan online. Produk standar seperti buku, CD dan tiket lebih cenderung dibeli secara online. Karena ketidakpastian kualitas pada produk semacam itu sangat rendah, dan tidak diperlukan bantuan fisik.

5. Struktur demografis pembeli online

Saat ini, pembeli online paling sering berusia antara 18 dan 40 tahun dan berasal dari kelas berpenghasilan menengah. Ada perbedaan dalam perilaku online antara "generasi Facebook" dan generasi yang menjalani sebagian besar hidup mereka tanpa komunikasi online. Generasi online yang lebih tua meningkat perusahaan harus fokus pada mereka.

6. Pendekatan motif belanja online

Motif utama belanja online adalah biaya yang lebih rendah, kenyamanan berbelanja (tanpa henti dan di mana-mana), menghemat waktu dan membeli barang-barang non-tradisional dan eksklusif. Motif lain bisa menjadi tren peningkatan belanja online secara umum atau mengubah gaya hidup konsumen. Pertanyaannya adalah apakah motif ini bergantung pada status sosial dan peran, usia, pendidikan atau pendapatan pembeli online. Generasi yang lebih tua menemukan dan mencoba produk di pasar tradisional, setelah itu mereka melakukan belanja online. Generasi muda membuat semua proses pengambilan keputusan pembelian secara online.

Ada banyak alasan mengapa orang berbelanja online, cebagai contoh, konsumen bisa membeli barang kapan saja tanpa pergi ke toko; mereka dapat produk yang sama dengan harga yang lebih rendah dengan membandingkan berbagai situs web pada saat bersamaan; mereka kadang ingin menghindari tekanan saat berinteraksi tatap muka dengan tenaga penjualan; mereka dapat menghindari kemacetan lalu lintas di toko, dll. Faktor-faktor ini dapat diringkas menjadi empat kategori, kenyamanan, informasi, produk dan layanan yang tersedia, efisiensi biaya dan waktu.

Adapun 3 tahapan belanja online, yaitu :

1. State Diagram : Pada model State Diagram, terdapat 3 proses tahapan pembelanja online. Pertama ialah tahap stimulus untuk mengunjungi toko online, kemudian tahap proses berbelanja hingga meninggalkan toko online tersebut dan tahap terakhir ialah tahapan seperti layanan pelanggan selepas pembelian.

2. CBMG Diagram : Pada model CBMG (Customer Behavior Model Graph) Diagram, pengumpulan informasi pembeli online merupakan salah satu faktor utama. Model CBMG, menekankan pada suatu toko online yang bisa menangkap tingkah laku pengunjungnya.

3. CSID Diagram : Pada model CSID (Client/Server Interaction Diagram). Pada model ini, penekanan interaksi ant.ara pelanggan dan toko online, merupakan suatu yang utama.

Alasan belanja online lebih disukai tentu karena adanya berbagai promo dan diskon menarik. Apa saja keunggulan lain belanja online?

Belanja online merupakan sebuah tren yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut ditopang oleh kemudahan transaksi yang disediakan oleh berbagai macam platform.

Ditambah, kondisi pandemi membuat banyak orang lebih nyaman belanja dari rumah. Untuk beberapa orang yang baru pertama kali mencoba, tentu ini menjadi metode belanja yang menarik dan efisien.

Baca Juga: 10+ Pertanyaan Tentang E-Commerce yang Sering Diajukan

Pada saat banyak toko offline yang tutup dan dibatasinya kegiatan di luar rumah, peran situs belanja online sangat membantu. Pada akhirnya, tren belanja ini menjadi kebiasaan baru.

Sebab, masyarakat umumnya sudah cukup nyaman dengan sistem belanja online. Menurut data Sirclo, sebanyak 17,5% masyarakat telah berpindah dari berbelanja offline menjadi belanja online.

Peningkatan pelanggan yang berbelanja online juga cukup besar. Dari semula yang hanya 11%, meningkat menjadi 25% pada tahun 2021.

Menurut data Semrush, pergeseran perilaku berbelanja ini juga dipengaruhi oleh perkembangan e-commerce dan ditutupnya toko fisik selama pandemi.

Lantas, apa alasan belanja online kini lebih disukai konsumen?

Kemungkinan permasalahan yang akan muncul saat belanja daring

Alasan Belanja Online Lebih Disukai

Kemungkinan permasalahan yang akan muncul saat belanja daring
Foto: Freepik.com

Tercatat, ada beberapa alasan utama belanja online lebih disukai oleh konsumen, berikut penjelasannya untukmu.

Kami sedang melakukan survey mengenai website toko online. Kami sangat senang apabila Anda bisa membantu survey Kami. Terima kasih.

1. Tak Perlu Keluar Rumah

Alasan belanja online lebih disukai yang pertama adalah tidak perlu repot-repot datang ke toko fisik secara langsung.

Konsumen tinggal membuka handphone dan pilih medium belanja sesuai pilihan. Dari proses pemilihan barang sampai barang sampai di lokasi, konsumen hanya menunggu saja tanpa perlu pergi menjemputnya.

Belanja dari rumah merupakan langkah aman untuk meminimalisir diri dari paparan COVID-19. Dengan berdiam diri di rumah bermodal handphone, konsumen bisa membeli barang, membayar menggunakan m-banking, memilih jasa pengiriman barang, dan semua kemudahan belanja online bisa didapatkan tanpa bepergian.

2. Banyak Promo

Alasan belanja online sekaligus salah satu daya tarik yang membuat banyak orang belanja secara online. 

Promosi yang ditawarkan marketplace, website, atau platform lainnya bisa membuat banyak orang tergiur. Promosinya pun beragam jenisnya. Ada yang sifatnya potongan harga, kode voucher, cashback, dan lainnya.

Apalagi untuk event tertentu seperti Harbolnas, momentum ini banyak dimanfaatkan konsumen untuk berburu barang dengan beragam jenis promo menarik.

Agaknya, promosi membuat mata konsumen semakin liar mencari barang yang diinginkan. Sehingga daya tarik promosi masih menjadi alasan teratas untuk para konsumen belanja secara online.

Baca Juga: 7 Jenis E-Commerce Berdasarkan Model Bisnisnya

3. Menghindari COVID-19

Kemungkinan permasalahan yang akan muncul saat belanja daring
Foto: Freepik.com

Sebenarnya sudah dari beberapa tahun terakhir belanja online menjadi tren belanja yang marak terjadi. Akan tetapi, adanya virus corona membuat belanja online semakin meningkat pesat.

Banyak dari konsumen yang baru merasakan belanja online saat pandemi terjadi. Alasan kuatnya karena jika belanja secara langsung kemungkinan terpapar coronavirus semakin besar.

Selain itu, para pelaku usaha pun mencoba mewadahi kekhawatiran konsumen dengan membuat toko online. Sehingga keinginan konsumen untuk menghindari COVID-19 didukung oleh para pelaku bisnis yang membuatkan akses secara online. 

Dengan begitu, konsumen bisa tetap berbelanja dan terhindar dari COVID-19.

4. Relatif Lebih Murah

Alasan belanja online disukai banyak konsumen sebab merasa belanja online selain mudah dan efektif, metode belanja ini juga diyakini lebih murah dari belanja langsung ke toko fisik.

Anggaplah jika membeli barang elektronik di toko fisik akan terasa lebih mahal dibandingkan secara online. Banyak toko online menawarkan produk yang bagus serta murah dikantong.

Akan tetapi yang perlu diperhatikan konsumen adalah kebenarannya. Banyak beberapa toko online menawarkan barang dengan harga yang tidak masuk akal. Saat konsumen tergiur, ternyata toko tersebut melakukan tindakan penipuan.

Hal tersebut menjadi salah satu kendala belanja online. Solusinya konsumen dituntut untuk memilih toko yang terpercaya. Konsumen bisa melihat dari rating beserta review dari konsumen lain. 

Baca Juga: 9 Tips Cerdas Tingkatkan Retensi Pelanggan untuk Bisnis E-Commerce

5. Banyak Pilihan

Saat belanja langsung ke toko fisik, ada kalanya konsumen tidak menemukan produk yang dicari. Entah itu stok sedang habis atau memang tidak tersedia.

Permasalahan ini merupakan jawaban yang tepat jika belanja secara online. Konsumen bisa mencari produk dengan banyak pilihannya.

Contohnya saat konsumen ingin mencari mouse laptop, jika belanja secara langsung ke toko mungkin ada beberapa jenis mouse yang menarik.

Namun jika mencarinya di toko online, konsumen tinggal mengetiknya di kolom pencarian dan akan menemukan berbagai jenis mouse. Entah itu dari segi warna, ukuran, kegunan, sampai harganya.

Baca Juga: Kenali Perilaku Konsumtif Berbelanja Online, Apa Penyebabnya?

Faktor Keamanan Belanja Online Jadi Pembeda

Kemungkinan permasalahan yang akan muncul saat belanja daring
Foto: Freepik.com

Selain berbagai alasan belanja online sebelumnya, faktor yang satu ini tentu layak diulas secara khusus. Faktor keamanan memang jadi keunggulan utama belanja online.

Belakangan sempat viral kasus penolakan barang COD oleh pembeli. Hal ini sedikitnya membuat beberapa pebisnis pemula merasa khawatir. Namun, pada dasarnya e-commerce adalah platform jual beli yang sangat aman.

Berbeda dengan jual-beli offline, jika tidak cermat banyak penjual dirugikan. Pasalnya, sering sekali ditemukan kasus penipuan dengan uang palsu, tentu hal tersebut bisa menyebabkan kerugian besar.

Selain itu, semua data pribadi yang kamu masukkan akan dilindungi oleh e-commerce, artinya datamu aman dari aksi pencurian. Jika kamu khawatir dengan sistem COD, kamu juga bisa menonaktifkannya di tokomu.

Sebagai pembeli, bagaimana jika pesanan tak sesuai deskripsi penjual? Jangan cemas, kamu memiliki opsi untuk menukar produknya atau pengembalian dana. Yang terpenting ikuti ketentuan dari penjual dan e-commerce ya!

Baca Juga: Apa Perbedaan Uang Elektronik dan Dompet Digital dalam Transaksi?

Nah, itulah alasan belanja online kini lebih disukai oleh konsumen. Sebagai pebisnis, yuk coba lakukan digitalisasi dengan membuka cabang toko online!