Kitab satapatha brahmana merumuskan tentang panca yadnya sebagai berikut

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 15 are not shown in this preview.

Kitab satapatha brahmana merumuskan tentang panca yadnya sebagai berikut

Satha Pata "Sathapata" Brahmana merupakan kitab brahmana dari Yajurveda, yaitu ilmu tentang upacara yadnya sebagai warisan leluhur.
Dan kitab ini juga berkaitan dengan uraian panjang tentang ketuhanan dan teologi, teristimewa observasi tentang jalannya upacara kurban suci, sebagaimana yang dijelaskan dalam kutipan kitab suci Yayur Weda tersebut.

Dalam pelaksanaan caru, sebagai bagian dari upacara butha yadnya, dengan jumlah urip 33 dari panca wara yang menurut Satha Pata Brahmana ini pula disebutkan para dewata berperan menjaga keselamatan bhuwana agung.


Satapatha Brahmana juga merupakan salah satu tonggak dalam perkembangan literatur dalam Veda.

Beberapa abad mesti dilalui semenjak Perang Mahabharata sampai pada penulisan Satapatha Brahmana ini, karena Satapatha Brahmana menunjukkan kehilangan yang luar biasa sains dalam Veda. 

Ada beberapa ide baru dalam Satapatha Brahmana yang tidak terdapat dalam Veda. 

Hampir tidak ada legenda tentang penciptaan dunia kuno yang sumbernya tidak bisa dilihat di Satapatha Brahmana.

Gelombang kedua emigrasi dari India terjadi setelah penulisan Satapatha Brahmana, dan sekelompok dari mereka tinggal di Yunani.

Jadi mitologi Yunani juga meminjam / berkaitan langsung dengan Satapatha Brahmana ini. 

Banyak legenda Yunani tidak akan ditemukan dalam Veda tapi bisa dilihat di Satapatha Brahmana, dan makna inilah yang menunjukkan lubang besar dalam teori Veda berasal dari luar India. 

Jika semua ras Indo-Eropa punya asal lain darimana mereka tersebar, maka legenda Yunani seharusnya sama dengan Veda bukan dengan Satapatha Brahmnana. 

Paling tidak ada tiga emigrasi besar dari dari sejarah India kuno yang terjadi dalam tiga kurun waktu,

  • Pertama setelah Perang MahaBharata,
  • Kedua setelah penulisan Satapatha Brahmana dan
  • Ketiga setelah penyusunan Purana yang pertama.


Page 2

Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website.

To keep our site running, we need your help to cover our server cost (about $400/m), a small donation will help us a lot.

Please help us to share our service with your friends.

PANCA YADNYA

Panca Yadnya adalah lima

Kitab satapatha brahmana merumuskan tentang panca yadnya sebagai berikut
macam korban suci dengan tulus ikhlas yang wajib dilakukan oleh umat Hindu. Pelaksanaan Panca yadnya adalah sebagai realisasi dalam melunasi kewajiban manusia yang hakiki yaitu Tri Rna ( tiga hutang hidup). Dalam beberapa kitab dan pustaka memberikan penjelasan tentang Panca Yadnya yang berbeda, namun pada intinya memiliki kesatuan tujuan yang sama. Penjelasan-penjelasan tersebut antara lain :

1.    Kitab Sathapata Brahmana.
Kitab ini merupakan bagian dari Reg Weda, menjelaskan panca yadnya sebagai berikut :

  • Bhuta Yadnya, yaitu yadnya untuk para bhuta
  • Manusa Yadnya, yaitu persembahan makanan untuk sesama manusia.
  • Pitra Yadnya, yaitu persembahan yang ditujukan untuk leluhur ( disebut swadha).
  • Dewa Yadnya, yaitu persembahan kepada para dewa ( disebut swaha ).
  • Brahma yadnya, yaitu yang dilaksanakan dengan mempelajari pengucapan mantram cusi weda.

2. Kitab Manawa Dharmasastra
Kitab Manawa Dharmasastra memberikan penjelasan tentang Panca Yadnya sebagai berikut :

  • Brahma Yadnya, adalah persembahan yang dilaksanakan dengan belajar dan mengajar secara tulus ikhlas.
  • Pitra Yadnya, adalah persembahan tarpana dan air kepada leluhur.
  • Dewa yadnya, adalah persembahan minyak dan susu kepada para dewa.
  • Bhuta Yadnya, adalah pelaksanaan upacara bali untuk butha.
  • Nara Yadnya , adalah penerimaan tamu dengan ramah-tamah.

3. Lontar Korawa Srama Dalam lontar Korawa Srama terdapat penjelasan Panca yadnya sebagai berikut: 1.    Dewa Yadnya, adalah persembahan dengan sesajen dan mengucapkan Sruti dan Stawa pada waktu bulan purnama. 2.    Rsi Yadnya, adalah persembahan punia, buah-buahan, makanan, dan barang yang tidak mudah rusak kepada para Maha Rsi. 3.    Manusa Yadnya adalah persembahan makanan kepada masyarakat. 4.    Pitra Yadnya adalah mempersembahkan puja dan banetn kepada leluhur.

5.    Bhuta Yadnya, adalah mempersembahkan puja dan banten kepada bhuta.

4. Lontar Agastya Parwa

Penjelasan tentang Panca Yadnya dari lontar Agastya Parwa adalah yang menjadi acuan utama pelaksanaan yadnya di Indonesia. Menurut lontar ini Panca yadnya adalah : 1.    Dewa Yadnya, yaitu persembahan dengan minyak dan biji-bijian kehadapan Dewa Siwa dan Dewa Agni di tempat pemujaan dewa. 2.    Rsi Yadnya, yaitu persembahan dengan menghormati pendeta dan membaca kitab suci. 3.    Pitra Yadnya, yaitu upacara kematian agar roh yang meninggal mencapai alam Siwa. 4.    Bhuta Yadnya, yaitu persembahan dengan mensejahterakan tumbuhan dan menyelenggarakan upacara tawur serta upacara panca wali krama.

5.    Manusa Yadnya, yaitu persembahan dengan memberi makanan kepada masyarakat.

Dari beberapa sumber di atas yang lebih tepat digunakan sebagai dasar pelaksanaan yadnya di Indonesia adalah Lontas Agastya Parwa. Tetapi dalam konteks pengertian dan pelaksanaannya mengacu pada penjelasan-penjelasan Kitab Weda sehingga di Indonesia Panca Yadnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.    Dewa Yadya, adalah persembahan yang tulus iklhas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya. Dewa Yadnya dilaksanakan terutama dalam rangka memenuhi kewajiban Dewa Rna, yakni hutang hidup kepada Ida Sang Hyang Widhi.

Pelaksanaan Dewa Yadnya dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Aktivitas kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan menjadi yadnya dengan cara melaksanakan semua aktivitas yang didasari oleh kesadaran, keikhlasan, penuh tanggung jawab dan menjadikan aktivitas tersebut sebagai persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagaimana sabda Tuhan melalui Bahagawad Gita dalam beberapa sloka seperti :

Yajòàathàt karmano ‘nyatra loko ‘yaý karma-bandhanah,
Tad-artham karma kaunteya mukta-saògaá samàcara
( Bhagawad Gita, III.9 )

Artinya:
Kecuali kerja yang dilakukan sebagai dan untuk tujuan pengorbanan, dunia ini terbelenggu oleh kegiatan kerja. Oleh karena itu, wahai putra Kunti ( Arjuna), lakukanlah kegiatanmu sebagai pengorbanan dan jangan terikat dengan hasilnya.

Tasmàd asaktaá satataý kàryaý karmasamàcara,
Asakto hy àcaran karma param àpnoti pùrsaá
( Bhagawad Gita, III.19 )

Artinya:
Oleh karena itu, tanpa keterikatan, lakukanlah selalu kegiatan kerja yang harus dilakukan, karena dengan melakukan kerja tanpa pamrih seperti itu membuat manusia mencapai tingkatan tertinggi.

Saktàá karmaóy awidwàmso yathà kurwanti bhæata,
Kuryàd widwàýs tathàsaktaú cikìrûur loka-saògraham
( Bhagawad Gita, III.25 )

Artinya: Bhàrata

Seperti orang bodoh yang bekerja karena pamrih dari kegiatannya, demikian pula hendaknya orang terpelajar bekerja, wahai ( Arjuna ), tetapi tanpa pamrih dan semata-mata dengan keinginan untuk memelihara kesejahteraan tatanan dunia ini saja.

Selanjutnya jika kita beryadnya dalam bentuk dana/harta , atau beryadnya dalam bentuk jnana (pengetahuan), atau yadnya dalam bentuk tapa serta yadnya dalam bentuk persembahan/upakara haruslah dilakukan dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Jika semua yadnya yang dilaksanakan dengan tujuan sebagai persembahan kepada Tuhan maka jadilah yadnya tersebut Satwika. Dalam Kitab Suci Bhagawad Gita banyak dijelaskan berbagai bentuk yadnya yang Satwika.

>    Rsi Yadnya, adalah persembahan yang tulus ikhlas kepada para rsi dan orang suci. Pelaksanaan yadnya ini sebagai wujud terima kasih atas segala jasa yang telah diberikan oleh para rsi dan orang suci pada kita . Menurut Hindu atas jasa para rsi dan orang suci ini menyebabkan kita memiliki hutang yang disebut Rsi Rna.

Contoh Rsi Yadnya yang berbentuk Upakara adalah Rsi Bojana. Sedangkan bentuk lain Rsi Yadnya adalah dengan melaksanakan ajaran-ajaran suci para rsi, hormat dan bakti serta melayani para sulinggih/ orang suci secara tulus ikhlas. Dalam melaksanakan upacara seharusnya sang yajamana menghaturkan punia daksina pada sulinggih/ pemuput karya yang sesuai, sebab jika tidak maka karma baik atas upacara yadnya yang dilaksanakan akan menjadi milik sang pemuput karya.

>    Pitra Yadnya, adalah pengorbanan yang tulus ikhlas untuk para leluhur dan orang tua. Pitra yadnya wajib dilakukan untuk membayar hutang hidup kepada orang tua dan leluhur yang disebut Pitra Rna.Tanpa ada leluhur dan orang tua sangat mustahil kita akan lahir di dunia ini. Oleh karena itu hutang hidup ini harus dibayar dengan bentuk Upacara Pitra Yadnya.

Di Bali Upacara Pitra Yadnya dikenal memiliki beberapa tingkatan seperti :
a. Sawa Prateka, yakni upacara perawatan dan penyelesaian jenasah seperti dikubur ( mekingsan ring pertiwi ), dibakar ( mekingsan ring geni) dsb.

b. Asti Wedana yaitu tingkatan upacara pitra yadnya yang lebih tinggi yang umumnya disebut NGABEN. Bentuk asti wedana adalah :

1.    Sawa Wedana yaitu upacara ngaben bila yang dibakar adalah jenasah. Upacara ini dikenal juga dengan nama SWASTA. 2.    Asti Wedana yaitu upacara pengabenan dengan membakar jenasah yang sudah berbentuk tulang ( sudah dikubur terlebih dahulu).

3.    Ngerca Wedana yaitu upaca ngaben dengan membakar simbol sebagai pengganti tulang/jenasah orang yang sudah meninggal. Upacara ini biasanya dilakukan untuk orang yang waktu meninggal telah mekingsan ring geni, atau meninggal tetapi jenasahnya tidak ditemukan ( misalnya meninggal di laut atau di hutan ), atau juga jenasah yang dikubur tetapi tulangnya tidak ditemukan.

c. Atma Wedana, yaitu upacara tingkat berikutnya yang bertujuan lebih menyempurnakan jiwatman yang telah diabenkan dari alam surga menuju alam dewa/moksa.
Bentuk atma wedana antara lain, ngeroras, mukur, maligia.

Disamping bentuk upacara pitra yadnya sebagaimana dijelaskan di atas yang lebih penting dilakukan masa kini adalah bagaimana usaha kita untuk menjunjung nama baik dan kehormatan leluhur dan orang tua. Jadi pitra yadnya dalam kaitan kewajiban sebagai siswa adalah dengan belajar sebaik-baiknya sebagaimana harapan orang tua. Melayani orang tua semasih hidup dengan ikhlas serta tidak mengecewakan dan menyakiti hati orang tua adalah merupakan pitra yadnya utama.

>    Manusa Yadnya, adalah pengorbanan yang tulus ikhlas untuk kebahagiaan hidup manusia. Sesuai dengan pengertian tersebut maka segala bentuk pengobanan yang bertujuan untuk kebahagiaan hidup manusia adalah tergolong manusa yadnya. Selama ini pemahaman sebagian umat Hindu bahwa manusa yadnya semata-mata upacara yang dilaksanakan oleh orang tua bagi anak-anaknya, sejak dalam kandungan sampai menuju grahasta ( perkawinan).

Jika memahami pengertian manusa yadnya, maka bentuknya tidak selalu upacara, serta peruntukannya bukan hanya untuk anak ( keturunan sendiri). Bentuk manusa yadnya bisa bermacam-macam seperti yadnya dalam bentuk dana, upacara, jnana, dan karma sepanjang tujuan yadnya tersebut adalah untuk kebahagiaan hidup manusia. Artinya jika kita memberikan nasehat atau ilmu kepada orang lain yang menyebabkan orang tersebut memperoleh kebahagiaan hidup maka itu tergolong juga manusa yadnya. Demikian pula memberikan dana punia untuk pendidikan anak bagi keluarga tidak mampu atau melaksanakan bhakti sosial pengobatan bagi masayarakat kurang mampu juga termasuk manusa yadnya. Dengan demikian maka sasaran manusa yadnya bukan hanya untuk anak/ keturunan sendiri, tetapi bagi semua manusia tanpa memandang suku, agama maupun golongan.

>    Butha Yadnya, adalah pengorbanan yang tulus iklhas untuk para butha agar tercipta kedamaian dan keharmonisan hidup di dunia. Menurut konsep Hindu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Hyang Widhi yang memiliki fungsi tersendiri dalam memutar roda kehidupan. Jadi semua mahluk termasuk para bhuta memiliki hak hidup. Manusia sebagai mahluk yang memiliki sabda, bayu dan idep memiliki peranan penting dalam menciptakan keharmonisan kehidupan. Oleh karena itu manusia melaksanakan bhuta yadnya agar keseimbangan hidup tercipta. Tujuan bhuta yadnya adalah agar para bhuta kala “somya”, sempurna kembali menuju alamnya sendiri dan tidak mengganggu kehidupan manusia.

Secara sekala wujud bhuta yadnya adalah usaha kita agar menjaga kelestarian alam, tidak merusak mata air, hutan lindung, serta tindakan-tindakan lain yang dapat menjadi penyebab bencana alam.