Konflik dalam novel TENGGELAMNYA Kapal Van Der Wijck

Perpustakaan FISIB

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Konflik dalam novel TENGGELAMNYA Kapal Van Der Wijck

Text

Konflik Batin Tokoh Zainuddin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka


Tidak Tersedia Deskripsi


Ketersediaan
B42 S.Ind 43 2016 43 DWI k My Library (Skripsi Sastra Indonesia) Tersedia
Informasi Detail
Judul Seri

-

No. Panggil

43 DWI k

Penerbit Bogor : Fisib Unpak., 2016Deskripsi Fisik

v, 93 p.: bibl.; 30 Cm

BahasaISBN/ISSN

-

Klasifikasi

43 DWI k 2016

Tipe Isi

-

Tipe Media

-

Tipe Pembawa

-

Edisi

-

SubjekInfo Detail Spesifik

-

Pernyataan Tanggungjawab

Prapto Waluyo, M.Hum, Dedi Yusar,M.Pd.

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas

Tidak Ada Data

Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar


1 ANALISIS KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM ROMAN TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA BUYA HAMKA Mai Yuliastri Simarmata Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP-PGRI Pontianak, Jalan Ampera Kotabaru Pontianak Abstrak Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab duduk perkara dsb) dengan mudah mengetahui tujuan dari sebuah penelitian. Roman merupakan kerangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masingmasing. Adapun hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah konflik internal dan eksternal tokoh utama dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, untuk mengungkapkan, menggambarkan, menguraikan dan memaparkan objek yang akan diteliti. Bentuk penelitian yang digunakan ini adalah bentuk penelitian kualitatif. Konflik tokoh utama diuraikan dan di kaji dalam bentuk kata-kata maupun kalimat. Kesimpulan dalam penelitian ini Konflik Internal dalam penelitian ini terjadi karena pergolakan emosi antara tokoh-tokoh utama atau peristiwa yang terjadi pada diri tokoh-tokoh tersebut. Adapun tokoh-tokoh tersebut Zainuddin, Aziz, dan Hayati. Konflik batin yang memuncak terjadi antara Zainuddin dan Hayati, karena hubungan meraka tidak direstui oleh orang tua dan keluarga. Konflik internal antara tokoh begitu menarik, kisah yang disampaikan oleh pengarang dalam cerita ini begitu menyentuh hati semua pembaca. Karena banyak sekali pembelajaran yang dapat dipetik dari isi roman. Konflik Eksternal dalam penelitian ini terjadi karena adanya pengaruh dari orang lain, sehingga membuat tokoh utama dalam cerita ini, menjadi tidak teguh pendirian. Setiapa apa yang disampaikan oleh pihak ketiga tentang tokoh utama menjadi bahan pertimbangan yang begitu diperhitungkan oleh masing-masih tokoh utama dalam roman ini Kata Kunci: Roman, Konflik, Internal, Eksternal, Struktural, Abstract The analysis is the investigation of an event (essay, deeds, etc.) to determine the actual state (the principal case causality, etc.) easily know the purpose of a study. Roman is a shellfish prose depicting the perpetrator act according to the nature and content of each soul. The thing that is analyzed in this study are the internal and external conflicts in the novel the main character Sinking Ship Van Der Wijck work Buya Hamka. The method used in this research is descriptive method, to reveal, describe, describe and explain the object to be studied. Used this form of research is a form of qualitative research. Conflicts main character described and investigated in the form of words and sentences. The conclusion of this research the Internal Conflict in this study occurred because of the emotional upheaval between the main characters or events that happen to the characters. As these figures Zainuddin, Aziz, and Biological. Inner conflict that peaked between Zainuddin and Conservation, because meraka relationships not sanctioned by the parents and family. The internal conflict between the characters is so interesting, the story presented by the author in this story so touched the hearts of all readers. Because many of the lessons learned from the 111

2 Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 4, No. 1, Juni 2015 contents of the novel. External conflict in this study is due to the influence of others, so as to make the main character in this story, be not firm stance.setiapa what is submitted by third parties on the main character into consideration so each is calculated by the main character in this novel Keyword: Romance, Conflict, Internal, External, Structural, PENDAHULUAN Roman merupakan cerita fiksi atau rekaan yang menceritakan serta menggambarkan pengalaman-pengalaman baik lahir maupun batin dari beberapa orang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam suatu keadaan. Zaidar (1994: 136). Sedangkan pendapat Sudjiman (1992: 53) roman merupakan karangan prosa yang menceritakan seluruh kehidupan pelakunya. Roman lahir dari peritiwa (kejadian) yang terjadi dalam masyarakat. Peristiwa yang terjadi diangkat dan dituangkan melalui daya melalui imajinasi pengarang, sehingga menjadikannya sebagai karya sastra yang menilai tinggi. Keberadaan roman di tahun 1920-an dirasakan sangat bermanfaat mengingat fungsinya sebagai penyampain aspirasi bagi masyarakat atau golongan tertentu. Dengan adanya roman di masyarakat kita dapat mengetahui dan menemukan berbagai promblematika kehidupan suatu masyarakat yang diceritakan dalam roman. Di tahun 1920-an pada umumnya menawarkan problematika tentang adat-istiadat, pertentangan antara kaum tua dan kaum muda, serta kebiasaan yang kurang baik di tengah kehidupan masyarakat atau golongan tertentu yang diceritakan. Roman tidak hanya dapat dijadikan sebagai hiburan atau untuk mengisi waktu luang bagi pembaca, namun roman dapat dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian terhadap roman dapat dilakukan dengan meneliti berbagai segi, seperti aliran sastra maupun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan sastra klasik yang di dalamnya sangat mementingkan unsur kebudayaan masyarakat itu sendiri, dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini pengarang mengungkapkan bagaimana kisah percintaan dua insan yang terhalang oleh adat istiadat, karena pola pendidikan yang beda latarbelakang antara Ibu dan Ayah. Orang tua gadis yang 112

3 dicintai tokoh utama menganggap bahwa tokoh utama bukanlah keturuan asli Minang (Padang), sehingga tidak menyetujui hubungan mereka. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah unsur konflik. Konflik adalah percekcokan, perselisihan, ketegangan di dalam cerita rekaan atau drama (KBBI, 1997:518). Sedangkan menurut Wellek dan Warren (1995:122) Konflik adalah sesuatu yang dramatik mengacu pada pertaruhan antar dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi balasan. Berbeda dengan pendapat tersebut, Nurgiantoro (1995: 124) membedakan konflik dalam cerita menjadi dua jenis yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu yang diluar dirinya. Konflik ini memiliki dua kategori yaitu konflik fisik dan social. Konflik internal adalah konflik kejiwaan, hal ini terjadi karena pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, dan pilihan yang berbeda. Alasan peneliti tertarik meneliti unsur konflik karena melihat beberapa pertimbangan. Pertama, konflik merupakan unsur penting alur suatu cerita karya sastra. Setiap karya fiksi memiliki konflik karena tanpa konflik yang merupakan cermin kehidupan nyata akan terasa hambar. Kedua roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menceritakan tentang cinta antara dua insan yang bernama Zainuddin dan Hayati. Zainuddin adalah sosok pemuda yang tampan dan keras. Kerasnya sikap Zainuddin karena latar belakang budaya antara Ayah dan Ibunya. Ayahnya asli keturunanan Bugis (Makasar) dan Ibunya keturunan Minang (Padang). Semenjak Ayahnya meninggal Zainuddin mengikuti Pamannya, sehingga pola didikan yang diterapkan dalam keluarga adalah Pola Bugis (Makasar). Sedangkan Hayati adalah gadis keturunan ningrat Minang (Padang). Orang tua Hayati sangat kental terhadap adat istiadat yang ada. Mendengar putrinya berpacaran dengan Zainuddin yang bukan keturunan asli Minang (Padang), orangtua Hayati tidak menyetujui hubungan tersebut. Disinilah mulai munculnya konflik baik yang timbul secara eksternal maupun internal. Buya Hamka menyajikan cerita tersebut dengan gaya yang memikat. Dalam romantika kehidupan percintaan dengan segala masalahnya. 113

4 Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 4, No. 1, Juni 2015 METODE Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode dskriptif adalah metode yang mengungkapkan, menggambarkan, menguraikan dan memaparkan objel yang akan diteliti. Metode ini digunakan untuk member gambaran mengenai hasil analisis tentang konflik tokoh utama dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka. Menurut Maleong (1991: 16) di dalam metode deskriptif data yang dikumpulkan dapat berasal dari catatan-catatan, naskah wawancara, photo, video, tape, dokumen pribadi, memo atau catatan, dan dokumen resmi lainnya. Data yang berupa kutipan perlu dideskripsikan atau dipaparkan apa adanya sehingga akan diketahui konflik tokoh yang terdapat dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan konflik internal dan Eksternal yang terdapat dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka. 1. Konflik internal yang terdapat dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka. (DT. 1, Karya Buya Hamka).Tuhanku, benar.. sebenar-benarnya hamba-mu ini kasihan kepada mahluk yang malang itu, oh Tuhanku! Hamba sayang akan dia, hamba cinta dia! Penggalan cerita pada DT. 1 menggambarkan bahwa terjadi konflik batin pada tokoh utama yang bernama Hayati. Hayati sangat kasihan melihat Zainuddin yang tidak memiliki sanak saudara. Dia adalah anak perantauan, dan ayahnya pun sudah meninggal dunia. Akan tetapi hayati mulai menyukai Zainuddin sejak pertemuan pertama ketika Zainuddin meminjamkan paying kepadanya. Hayati bimbang dengan perasaannya, dia takut jika mencintai Zainuddin akan menjadi dosa. Dosa besar dalam adat istiadat mereka, karena Zainuddin tidak sederajat dengan latarbelakang dan budaya mereka. (DT. 2, Karya Buya Hamka) 114

5 perasaan itu kian lam kian mendalam, sehingga matanya tak mau tidur;hatinya tak mau tentram. Pernah juga dia akan bertemu di satu jalan, dia mengencong ke tempat lain. Berdasarkan penggalan cerita di atas dapat disimpulkan bahwa semakin lama, tokoh utama yang bernama Hayati mulai merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ia selalu teringat akan sosok lelaki yang dianggapnya adalah lakilaki yang baik, soleh, dan tampan, serta berbudi pekerti yang bersahaja. Jantungnya selalu berdebar kencang jika melihat Zainuddin, setiap akan tidur dia selalu terbayang akan wajah Zainuddin, sehingga membuat dia tidak bias tidur. Akan tetapi Ia berusaha untuk menyembunyikan perasaannya tersebut. (DT. 3, Karya Buya Hamka) Ya, tapi kasihan Hayati. Engkau sendiri tahu bagaimana dia dipandang bunga di dalam persukuannya. Dahulu dia lurus, gembira, tetapi sekarang telah pemenung dan pehiba hati. Hatinya telah rusak binasa semenjak berkenalan dengan engkau dan kalau diperturutkan agaknya badannya akan kurus kering, dan kalau dia terus binasa, bukankah segenap persukuan dan perlindungan di rumah gedang kehilangan mustika? Penggalan cerita di atas menggambarkan konflik internal antara Hayati dan Zainuddin. Hayati telah susah tidur, banyak diam, mulai melamun. Hatinya betulbetul sudah di curi oleh Zainuddin. Akan tetapi, Zainuddin tidak berpikir bahwa Hayati adalah sosok bunga desa yang sangat cantik jelita, hyang sangat di puja dan dipandang dalam adat istidat sukunya. (DT. 4, Karya Buya Hamka) Zainuddin serba susah saya di dalam hal ini. Nama saya sendiri, gelar pusaka turun-temurun menjadi buah mulut orang, dikatakan mamak yang pandai mengatur kemenakan. Dan lagi engkau sendiri, belumlah tinggi pemandangan orang kepada didikan sekolah. Kejadian ini telah mereka pertalikan dengan sekolah, itulah bahaya anak kemenakan diserahkan ke sekolah-kata mereka-bukan jodonya. Sebab itu, sangatlah saya minta kepadamu, Zainuddin sudilah kiranya engkau melepaskan Hayati dari dalam kenangmu, dan berangkatlah dari negeri Batipuh yang kecil ini segera, untuk Kemaslahatan Hayati 115

6 Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 4, No. 1, Juni 2015 Mendengarkan perkatan Datuk, sungguh membuat hati Zainuddin terkejut. Dia tidak tahu bahwa akan serumit ini, karena menyukai seorang gadis yang bernama hayati. Bagi Zainuddin Hayati adalah sosok gadis yang sangat didambakannya. Apalagi ketika datuk menyuruh Ia pergi meninggalkan negeri Batipuh. Hal ini menimbulkan konflik internal tokoh utama Zainuddin. (DT. 5, Karya Buya Hamka) Banyak benar fitnah-fitnah orang terhadap dirinya dan dirimu sendiri Penggalan kutipan tersebut mengisyaratkan bahwa hubungan antara Hayati dan Zainuddin sudah menjadi pembicaraan yang hangat di desa Batipuh. Oleh karena itu, sangat meresahkan hati datuk dan orang tua Hayati. (DT. 6, Karya Buya Hamka) Hai Upik, baru kemarin kau memakan garam dunia, kau belum tahu belit-belitnya. Bukankah kau sembarang orang, bukan tampan Zainuddin itu jodohmu. Orang yang begitu tak dapat untuk menggantungkan hidupmu, pemenung, pehiba hati, dan kadang-kadang panjang angan-angan. Di zaman sekarang, haruslah suami penumpangkan hidup itu seorang yang tentu pencaharian, tentu asal usul. jika perkawinan dengan orang yang demikian langsung, dan engkau beroleh anak, ke manakah anak itu akan berbako? Tidakkah engkau tahu bahwa Gunung Merapi masih tegak dengan teguhnya? Adat masih berdiri dengan kuat, tak boleh lapuk oleh hujan, tak boleh lekang oleh panas?... Perkataan Engku Hayati membuat sedih Hayati, karena Hayati beranggapan bahwa hubungan dengan Zainuddin adalah hubungan denga yang suci. Hubungan mereka tidak bercampur dengan perbuatan yang melanggar sopan santun. Engku beranggapan bahwa Hayati tidak berjodoh dengan Hayati, karena Hayati harus mencari orang yang sesuai dengan budaya dan adat istiadat mereka. Serta bermata pencaharian yang bagus, suapaya kelak hidupnya bahagia. Hayati tidak boleh melanggar adat istiadat yang sudah turun temurun. (DT. 7, Karya Buya Hamka) Tidak Hayati, kau harus tenangkan pikiranmu. Hari ini kau bersedih, karena segala sesuatu kau pandang dengan mata percintaan, bukan mata pertimbangan. Akan datang zamannya kau sadar; kau puji perbuatanku dan 116

7 tidak kau sesali. Moga-moga habis cinta kau kepadanya, karena cinta demikian berarti menghabiskan umur dan perbuatan sia-sia. Mamakmu bukan membunuh, tetapi meluruskan kembali jalan kehidupanmu, pengalamanku telah banyak. Mamak tak pandai membaca yang tertulis, tetapi tahu pahit dan getirrnya hidup ini Konflik internal tokoh utama Hayati semakin memuncak. Perkataan Engku seolah telah menyayat ulu hatinya, dan membuat batinnya terasa tersiksa. Ia merasa tidak salah jika Ia mencintai Zainuddin. Dan Zainuddin mencintainya. Cinta mereka begitu tulus, tanpa memandang harta dan tahta. Akan tetapi Engku tetap bersikeras supaya hayati tetap melupakan Zainuddin. Hal ini dilakukan Engku demi kebaikan Hayati. Engku beranggapan biarlah hayati sedih saat ini, daripada Ia kelak tidak bahagia. (DT. 8, Karya Buya Hamka) Tidak berat, demikianlah yang sebenarnya, dan jika engkau, kekasihku, berjalan jauh atau dekat sekalipun, entah tidak kembali dalam masa setahun, masa dua tahun, masa sepuluh tahun, entah hitam negeri Batipuh ini baru engkau kembali kemari, namun saya tetap menunggumu. Carilah bahagia dan keberuntungan kita kemana jua pun, namun saya tetap untukmu. Jika kita bertemu pula, saya akan tetap bersih dan suci, untukmu, kekasihku, untukmu Hayati telah mengambil keputusan, walau dengan terpaksa, bahwa mereka harus berpisah. Hayati pun mengatakan isi hatinya kepada Zainuddin dengan kata dan kalimat yang sedikit halus, supaya tidak menyinggung hati Zainuddin. Hayati juga bersumpah bahwa sampai kapan pun Ia akan bersih dan suci untuk Zainuddin. Zainuddin beranggapan bahwa sumpah hayati terlalu berat, akan tetapi hayati menyakinkan bahwa walau jarak mereka jauh, hati mereka tetap dekat. Hayati berpesan supaya Zainuddin memperbaiki kehidupan untuk masa depan meraka. Berapa lamapun Zainuddin pergi Ia menyakinkan bahwa hati dan jiwanya hanya untuk Zainuddin seorang. (DT. 9, Karya Buya Hamka) 117

8 Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 4, No. 1, Juni 2015 Baiklah hayati, saya akan berangkat dengan harapan yang penuh, harapan yang tadinya sebelum kau kelihatan berdiri di sini sudah hampir hilang. Cuma nasib ada permintaanku kepada engkau: kirimi saya suratsurat, dan kalau tak berhalangan, surat-surat itu akan saya balasi pula Penggalan cerita di atas menggambarkan konflik internal dalam diri Zainuddin. Zainuddin merasa berat hati untuk meninggalkan Hayati, karena Ia sangat mencintai gadis pujaan hatinya tersebut. Akan tetapi apa hendak dikata adat istiadat telah membutakan atau menjadi jarak pemisah antara mereka berdua. Zainuddin harus menjadi orang yang kaya raya demi menjadikan hayati sebagai Istrinya kelak. Zainuddin dengan berat hati menuruti kata pujaan hatinya tersebut, dengan syarat bahwa Ia boleh mengirimkan surat dan hayati harus membalas surat-surat yang akan Ia kirim. Supaya hati dan pikiran Zainuddin tenang di tempat orang lain. (DT. 10, Karya Buya Hamka) Ditariknya tangan Hayati ke dalam, disendenganya Aziz dengan sudut matanya, sambil tersenyum. Aziz pun tersenyum, kawan-kawannya yang lain tersenyum pula. Mereka terus ke dalam tribune. Zainuddin tinggal berdiri seorang dirinya. Jelas terdengar dan Nampak nyata olehnya anakanak muda itu setelah jauh dari dia, tertawa terbahak-bahak, hanya Hayati seorang yang berjalan menekurkan muka sehingga lantaran kebingungan hampir terlepas tas yang dipegangnya dan tangannya Konflik internal yang muncul antara Zainuddin dan Hayati ketika berada di tribune tempat pacuan kuda. Hayati memperkenalkan Zainuddin kepada temantemannya, akan tetapi saat melihat Zainuddin teman-teman Hayati tersenyum. Senyum yang begitu merendahkan Zainuddin sebagai pemuda kampungan, kolot dan tidak modern. 2 Konflik Ekstenal yang terdapat dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka. (DT. 11, Karya Buya Hamka) Jangan engkau bersusah hati menempuh maut, adinda. Tenang dan sabarlah! Zainuddin adalah tanggungan ku 118

9 Data di atas termasuk konflik eksternal, peristiwa yang terjadi karena ada pengaruh dari luar, sehingga membuat pertentangan antara tokoh utama dengan tokoh-tokoh yang lain. Contoh penggalan di atas menggambarkan pertentang antara Hayatki dengan Engkunya karena masalah Zainuddin. Engku Hayati melarang karena kisah percintaan mereka karena banyaknya guncingan dari masyarakat setempat. Sehingga membuat keluarga menjadi resah. (DT. 12, Karya Buya Hamka) Segala perkataan tuan itu benar, tidak ada yang salah. Tapi, peredaran masa dan zaman senantiasa berlain dengan kehendak manusia, di dalam kita tertarik dengan tertawanya, tiba-tiba kita diberinya tangis. Saya ingat kekerasan adat di sini, saya ingat kecenderungan mata orang banyak, akan banyak halangannya jika kita bercinta-cintaan. Saya takut bahaya dan kesukaran yang akan kita temui, jika jalan ini kita tempu Konflik eksternal yang kedua tergambar pada penggalan cerita di atas. Ketika engku Hayati menemui Zainuddin dan meminta Zainuddin supaya meninggalkan dusun Batipuh, karena hubungan mereka tidak sesuai dengan adat istiadat Minangkabau. Asal usul Zainuddin tidak jelas. Jadi hal ini menjadi penghalang hubungan mereka. (DT. 13, Karya Buya Hamka) Zainuddin, ujaarnya telah banyak nian pembicaraan orang yang kurang enak kudengar terhadap dirimu dan diri kemenakanku. Rata-rata orang tua-tua, telah melakukan perbuatan yang uruk rupa, salah canda, bahwa engkau taida melakukan perbuatan yang tiada senonoh dengan kemenakanku, yang dapat merusakkan nama Hayati selama hidupnya. Tetapi, sekarang saya temui engkau untuk memeberi engkau nasihat, lebih baik sebelum perbuatan berkelanjutan, sebelum merusakkan nama kami dalam negeri, suku sako turun-temurun, yang belum lekang di papas dan belum lapuk di hujan, supaya engkau surut?... Engku Hayati secara langsung mengatakan bahwa Zainuddin harus melupakan Hayati, supaya tidak merusak nama baik keluarga mereka. Walaupun mereka berjauhan tempat, sebelum terlambat Engku tetap tegas mengatakan dan mengingatkan Zainuddin bahwa mereka tidak layak untuk merajut percintaan. Darah dan adat istiadat mereka bagaikan bumi dan langit. (DT. 14, Karya Buya Hamka) 119

10 Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 4, No. 1, Juni 2015 memang, tuan Zainuddin, ah Engkau tak akan kubahasakan tuan lagi, memang Zainuddin sahabatku. Sejak saya mendengar sikap yang telah di ambil oleh mamakku terancamlah perbuatan kasih sayang kita. Dan orang kampungku telah syak wasangka kepada kita yang bukanbukan. Sebab itu, saya ddatang kemari melepasmu pergi, dan biar engkau pergi sejauh-jauh pun, namun jiwamu telah dekat dengan jiwaku. Sekali seoarang anak perempuan jujur telah member bujukan kepada seorang laki-laki yang menghamparkan sayap pengharapan, maka selama hidupnya, kematianlah yang akan menceraikan perjanjiannya itu Hayati juga merasa syok mendengar fitnah dari orang-orang sekitar, yang mengatakan bahwa hubungan mereka tidak baik. Padahal mereka tidak melakukan hal melanggar norma dan adat istiadat. Hayati dengan perkataan dan ucapannya yang penuh semangat menyakinkan Zainuddin bahwa sampai kapan pun Ia akan selalu menunggunya walapun bertahun-tahun lamanya. (DT. 15, Karya Buya Hamka) Sedang dia asyik membaca surat itu, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, masuklah Khaddijah. Hayati mencoba hendak menyembunyikan surat itu ke bawah bantal, tetapi direbut segera oleh Khadijah dan membacanya. Sehabis dibacanya, mukanya marah padam, bibirnya dicibirkan, Cis, alim betul orang yang engkau cintai ini. Maunya rupanya supaya kau coreng mukamu dengan arang, pakai pakaian orang dusun Batipuh semasa 30 tahun yang lalu alihkan pertautan sarungmu kebelakang, tindik telingamu seluas-luasnya, masukkan daun tebu yang digulung, supaya bertambah besar dan luasnya, makan sirih biar gigimu hitam, berjalan dengan kaki terangkat-angkat, junjung niru dan tampaian. Dimana duduk puji dan sanjung dia, katakana dia seorang laki-laki yang jempol. Alangkah beruntungnya engkau jika bersuami dia kelak. Engkau akan dikurung dalam rumah, menurut Adat orang Arab, tak boleh kena cahaya matahari, turun sekali sejumat. Dan bila engkau berjalan beriring-iringan dengan dia, tak boleh laki-laki lain menentang mukamu, tutup muka dengan selendang, sebagai kuda bendi dengan tutup matanya. Kalau dia hendak pergi kemanamana, kunci rumah dibawanya, engkau hanya didapur saja Diam-diam Hayati tetap berkirim surat dengan Zainuddin. Karena rasa rindunya yang mendalam akhirnya Hayati pergi ke rumah sahabat karibnya yang bernama Kahdijah. Ketika Ia mendapatkan surat dari Zainuddin betapa senangnya 120

11 hati hayti. Ia pun pergi ke kamar dan membacanya dengan penuh kegembiraan. Tiba-tiba sahabatnya khadijah masuk dan membaca surat dari Zainuddin. Kahdijah begitu marah membaca surat Zainuddin. Ia mengatakan bahwa orang yang dicintai Hayati sok suci. Terlalu alim, dan tidak pantas dengannya. Karena Hayati adalah seorang gadis yang sangat cantik. Zaman sudah berubah, walapun perempuan harus berpenampilan supaya terlihat lebih cantik. Jangan seperti orang dusun. Bagi kahdijah Zainuddin adalah lelaki zaman dulu. Yang tidak mengikuti perkembangan, kolot, ketinggalan zaman. Jika Ia menjadi suami ia akan memerintah saja. Dan kita sebagai seorang istri harus tunduk kepadanya. Katakata kahdijah membuat hayati terkejut. Ia tidak menyangka sahabatnya tersebut akan mengeluarkan kata-kata yang begitu pedas di telinganya. (DT. 16, Karya Buya Hamka) Sebetulnya didalam pergaulan seminggu itu, banyak benar perangainya yang menarik hati saya. Kalau dapat kita minta, alangkah baiknya kata ibunya pula Hayati tidak menyadari bahwa selama Ia tinggal di rumah Kahdijah sahabatnya tersebut. Keluarganya sangat menyukainya, dan mereka beranggapan bahwa Ia cocok dengan Aziz. Oleh karena itu mereka sekeluarga telah sepakat untuk meminang Hayati untuk dijadikan istri Aziz. Ibu Kahdijah juga sangat menyukai Hayati, Hayati baginya adalah sosaok gadis yang sopan, santun dan dapat menjadi istri serta menjaga Aziz kelak. (DT. 17, Karya Buya Hamka) itu adalah surat yang sebenarnya, yang timbul dari perasaan kemanusiaan, yang harus ada pada tiap-tiap laki-laki. Laki-laki menyimpuh menadahkan tangan harapan dihadapan seorang perempuan yang dicintainya, kalau harapan itu masih dirasa ada. Tetapi turunlah mutunya sebagai laki-laki, kalau orang telah jelas enggan, dia masih mendekat juga 121

12 Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 4, No. 1, Juni 2015 Jauh di sana Zainuddin masih memikirkan Hayati. karena sudah berapa kali Ia mengirim surat. Tidak satupun dib alas oleh Hayati. kabar bahwa Hayati akan dipinang oleh aziz telah terdengar oleh Zainuddin. Oleh karena itu, ia memohon, meminta belas kasih kepada hayati supaya Hayati mempertimbangakan keputusannya untuk mau dipesunting oleh Aziz. Akan tetapi harapan Zainuddin mulau pupus, karena satu surat pun belum dib alas oleh Hayati. Ibaratin hayati memang ingin menjauh dari Zainuddin. (DT. 18, Karya Buya Hamka) Cuma yang diselidikinya meskipun hanya sekedar mau tahu menurut sifat yang ada pada tiap-tiap perempuan: apakah Zainuddin masih ingat kepadanya? Perkenalan mereka itu membesarkan hatinya, dia hendak tahu fikiran Zainuddin, hanya sekedar tahu, lain tidak. Karena akan mungkir kepada pertalian yang telah dibuhulkan oleh kalimat suci dia tak mau. Dia telah ditakdirkan tuhan buat bersengsara. Dia akan melalui takdir itu sampai Tuhan sendiri pula y6ang membukakannya, yaitu dengan kafan dan pekuburan Bertahun-tahun tidak bertemu dengan Zainuddin. Akhirnya Hayati dan Aziz bertemu dalam sebuah acara. Zainuddin sekarang adalah lelaki yang sangat terkenal. Seorang pengarang hebat. Akan tetapi walau mereka dekat tersa sangat jauh. Hayati merasa Zainuddin telah berubah. Ia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Zainuddin. Pertemuan mereka seperti mengisyaatkan bahwa mereka tidak pernah kenal, tidak pernah bertemu. Pembawaannya yang tenang dan terus tersenyum membuat Hayati berpikir apakah Zainuddin masih mengingatnya atau sudah melupakannya. (DT. 19, Karya Buya Hamka) Oleh karena nasib yang demikian, Hayati telah berubah sikap. Dia telah benci kepada segala yang ramai, mengundurkan diri dari pergaulan, berbenam saja dalam rumahnya seorang diri, tidak ada temannya melainkan penjahitannya. Tidak peduli, tidak dia bertanya ke mana suaminya; hendak pergi, pergilah, telat pulang, masa bodoh! Mukanya muram, badannya telah kurus. Di sinilah dia teringat kembali salah satu dari isi surat Zainuddin kepadanya dahulu, yang menusuk sangat ke dalam jantungnya, yang kian lama kian nyata kembali meskipun beberapa waktu lamanya tersembunyi: Jangan sampai terlintas dalam harimu bahwa ada pula bahagia selain bahagia cinta. Kalau kau percaya ada 122

13 pula satu bahagia selain kebahagiaan cinta, celaka diri kau Dik! Kau menjatuhkan vonis kematian ke atas diri kau sendiri.. Berdasarkan penggalan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik eksternal terjadi karena tokoh utma Hayati terlalu mendengarkan dan mulai resah dengan apa yang dikabarkan oleh orang-orang. Sehingga apa yang dijanjikan dengan Zainuddin luntur seketika. Hayati lebih memikirkan perasaan orang tua dan sanak saudaranya. Sehingga kisah cintanya dengan Zainuddin sedikit terlupakan. Ia tidak membatah ketika akan dijodohkan dengan Aziz, pasrah akan nasib. Pasrah akan pilihan orang tuanya. Jika itu dapat membahagiakan kedua orang tua dan keluarganya, untuk menaikkan dan menjaga nama baik keluarga. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konflik Internal dalam penelitian ini terjadi karena pergolakan emosi antara tokoh-tokoh utama atau peristiwa yang terjadi pada diri tokoh-tokoh tersebut. Adapun tokoh-tokoh tersebut Zainuddin, Aziz, dan Hayati. Konflik batin yang memuncak terjadi antara Zainuddin dan Hayati, karena hubungan meraka tidak direstui oleh orang tua dan keluarga. Tidak disetujui hubungan tersebut karena adat istiadat. Sehingga Hayati akhirnya menikah dengan orang yang kaya raya, sederajat, dan sama adat istiadat. Konflik internal antara tokoh begitu menarik, kisah yang disampaikan oleh pengarang dalam cerita ini begitu menyentuh hati semua pembaca. Karena banyak sekali pembelajaran yang dapat dipetik dari isi roman tersebut. 2. Konflik Eksternal dalam penelitian ini terjadi karena adanya pengaruh dari orang lain, sehingga membuat tokoh utama dalam cerita ini, menjadi tidak teguh pendirian. Setiapa apa yang disampaikan oleh pihak ketiga tentang tokoh utama menjadi bahan pertimbangan yang begitu diperhitungkan oleh masingmasih tokoh utama dalam roman ini. Masing-masing tokoh utama memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga membuat pembaca terhipnotis dan tak bosan untuk membaca berulang-ulang roman tersebut. 123

14 Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 4, No. 1, Juni 2015 DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan KBBI. Jakarta: Balai Pustaka. Hamka, Buya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijick. Jakarta: Balai Pustaka. Moleong, j, Lexy Penelitian Kualitatif. Bandung: POT. Remaja Rosda Karya. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Uneversity Press. Sudjiman Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Wellek, Rene dan Austin warren Teori Kesusastraan, Terjemahan Malarie Budianto, Cet. Jakarta: Gramedia Zaidar Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensinda. 124

Tema apa yang menonjol dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

1) Tema yang terdapat dalam Novel yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tentang cinta yang sejati, tulus dan cinta yang setia antara laki-laki dan perempuan tetapi tidak dapat dipersatukan dan tak tersampaikan karena tradisi adat Minangkabau yang begitu mengikat.

Apa alur Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Film yang berlatar tahun 1930-an ini mengisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai namun mereka dihalangi dengan perbedaan latar belakang sosial. Adalah Zainuddin (Herjunot Ali), yang berlayar dari tanah kelahirannya Makassar, menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang.

Apa latar Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Berlatar tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makassar, Zainuddin (Herjunot Ali) berlayar menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu dengan Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di persukuannya. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta.

Kapan latar waktu cerita novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Namun, jika kita melihat perilaku masyarakat dan juga latar sosial yang masih sangat kental dengan budaya Minangkabau dapat diperkirakan bahwa latar waktu dalam cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah pada tahun 1950-an.