Isinya telah diterima luas oleh para pengguna dan dianggap sebagai standar yang harus diikuti oleh semua pengguna, meskipun sebaiknya dipahami dengan akal sehat, dan pengecualian dapat berlaku sewaktu-waktu. Segala penyuntingan substansial yang dilakukan di halaman ini harus menggambarkan konsensus. Jika Anda ragu, diskusikan terlebih dahulu di halaman pembicaraan. Pintasan: Kosakata bahasa Indonesia yang sering salah dieja adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia yang tidak baku, yang sering rancu, salah dieja, memiliki standar berlainan, berubah standar, dan sering salah kaprah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dikategorikan untuk memudahkan pencarian. Perlu diketahui, ketentuan ini tidak berlaku apabila kata/frasa di bawah ini digunakan sebagai nama diri. Contohnya Iqbaal Ramadhan (nama orang), Universitas Sumatera Utara (nama institusi), dan lain-lain.
Kata-kata ini harus ditulis serangkai, tetapi kadang-kadang salah ditulis dan dipisah menjadi dua kata.
Ditulis terpisah
Bentuk terikatSelain itu ada pula kategori 'bentuk terikat'. Kata "antar" adalah salah satu contoh bentuk terikat yang jika digabungkan dengan bentuk dasar maka penulisannya harus disatukan. Jika diikuti dengan kata dasar, bentuk terikat ditulis tanpa jeda (spasi), namun apabila digabungkan dengan bentuk turunan (kata berimbuhan), maka penulisannya harus dipisah.[3][4] Contoh bentuk terikat lain di antaranya:
Catatan: 1 Unsur 'maha-' dan 'peri-' sebagai unsur gabungan ditulis serangkai dengan unsur berikutnya. Contoh: perilaku, peribahasa, mahabaik, mahakasih. Apabila kata berikutnya sudah berimbuhan, unsur peri dituliskan terpisah. Contoh: peri keadilan, peri kemanusiaan, maha pemurah, maha penyayang
Partikel 'pun'Partikel 'pun' kadang dipisah kadang disambung. Jika partikel 'pun' yang berpadanan dengan kata 'saja'/'juga', maka penulisannya dipisah (kabar pun, saya pun). Ada dua belas (12) bentuk 'pun' yang sudah dianggap padu harus ditulis serangkai[7][8]. Berikut daftar artikel 'pun' yang digabung:
1 Khusus untuk partikel 'pun' pada "adapun" dan "maupun" dapat ditulis secara terpisah karena frasa 'ada pun'/'mau pun' dapat bermakna 'walau ada'/’walau mau’, misalnya dalam kalimat 'mau pun ia sudah tidak bisa lagi' 2 Khusus untuk partikel 'pun' pada "sekalipun" dapat ditulis secara terpisah karena frasa 'sekali pun' dapat bermakna ’satu kali juga’, atau ‘meski satu kali’, atau ‘walau satu kali’, atau dalam frasa superlatif, misalnya dalam kalimat 'orang baik sekali pun terkadang berbuat jahat' Partikel per harus ditulis terpisah jika:
Selain dari ketiga kasus tersebut, bentuk terikat "per-" yang berarti pecahan dan yang tergolong imbuhan ditulis serangkai, misalnya: lima persen, dua pertiga, tujuh persembilan, seperlima, perhatikan, perbaiki, permudahlah, persatukan. Sebelum kata-kata berikut tidak boleh ada tanda koma.
Ungkapan penghubung antarkalimat diikuti tanda koma.
Tanda hubung
Bentuk terikat dapat pula ditulis dengan menyertakan tanda hubung (-) apabila:
Kata depan "di" yang menyatakan arah atau tempat dan merupakan jawaban atas pertanyaan "Di mana?" ditulis terpisah.
Beberapa kata yang memiliki arti beda jika ditulis terpisah. Kata-kata ini khusus untuk kata dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (penunjuk tempat) sekaligus kata kerja. Beberapa contohnya
Beberapa kata dapat diberi konfiks "di-kan", misalnya "diseberangkan", atau konfiks "di-i", misalnya "diawali" "Ke" yang menyatakan arah dan dapat menjawab pertanyaan "Ke mana?" ditulis terpisah.
Penulisan preposisi ke- yang ditulis serangkai hanyalah untuk
Preposisi "di" dan "pada"Menurut buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., 2003, hlm. 295), preposisi “di” adalah penanda hubungan tempat, sedangkan “pada” adalah penanda hubungan waktu. Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah penggunaan “di” di depan kata penunjuk waktu seperti “di tahun”, “di masa”, “di abad”, dll. Sesuai dengan peran semantisnya, seharusnya di depan kata penunjuk waktu digunakan kata depan “pada”: “pada tahun”, “pada masa”, “pada abad”, dll. Buku Tatabahasa Indonesia (Keraf, 1984, hlm. 81) menjelaskan lebih lanjut bahwa kata depan di, ke, dan dari digunakan hanya untuk kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Bagi kata-kata yang menyatakan orang, nama orang, nama binatang, nama waktu, atau kiasan dipergunakan kata pada untuk menggantikan di atau kata depan lain yang digabungkan dengan pada, seperti daripada dan kepada. Kebingungan ini mungkin disebabkan oleh aturan penggunaan kata depan penunjuk tempat dan waktu yang beragam dalam bahasa Inggris. On, in, dan at memang dapat digunakan sebagai penunjuk waktu dan tempat sesuai dengan konteks masing-masing. Dalam hal ini, aturan kata depan bahasa Indonesia sebenarnya lebih mudah: di digunakan untuk tempat; pada digunakan untuk selain tempat. Beberapa contoh penggunaan lain yang tidak tepat:
https://ivanlanin.wordpress.com/2011/03/27/di-dan-pada/
Awalan peN- dan meN-Jika diikuti k/p/t/s
Awalan ber- dan ter- yang diikuti suku kata berakhiran /er/Awalan /ber-/ dan /ter-/ akan menjadi /be-/ dan /te-/ jika melekat pada kata dasar yang suku pertamanya mengandung /er/. Contoh: bekerja (bukan berkerja) Huruf-huruf dalam kata-kata berikut ini kadang-kadang saling tukar-menukar Huruf vokalHuruf a dan e
Huruf a dan i
*) berlaku untuk semua akhiran -al yang lainnya. Huruf a dan o
Huruf e dan i
1 dan akhiran -ir yang lain 2 diserap dari bahasa Belanda decreten, bukan bahasa Inggris decree[10] 3 diserap dari bahasa Belanda theoretisch, bukan bahasa Inggris theoretical 4 diserap dari bahasa Inggris Britania artefact, bukan AS artifact
Huruf e dan u
Huruf e dan o
Huruf i dan u
Huruf i dan o
Huruf o dan u
Gugus vokal ua/ue/ui menjadi wa/we/wi
gugus konsonan "kw" yang tidak berubah menjadi "ku" hanyalah pada kata "dakwa" Gugus wa menjadi ua
1 diserap dari bahasa Arab jadwaal Diftong ieDiftong ini hanya diucapkan seperti "i" dengan huruf "e" yang pelan, jadi orang kadang menafsirkan bahwa penulisannya menggunakan "i":
Huruf i dan y
Huruf konsonanHuruf f, p, dan vHuruf f menjadi p/v2
1 lihat pula akhiran -iti/-itas 2 biasanya, orang suku sunda, dipengaruhi oleh bahasa daerah, mengucapkan f menjadi p. Lihat Bahasa Sunda Huruf p menjadi f
*Dari bahasa Belanda (telefoon, vermaak, vulpen) Huruf v menjadi f/p
Huruf b dan p
Huruf d dan t
Huruf g dan j
Huruf j dan y
Huruf s dan z
Huruf t menjadi th
Huruf z menjadi j
Gugus -er- dan -r-Bagian kata -er- (swarabakti) sering kali mengalami salah tulis. Meskipun dalam pengucapannya huruf "e" dalam "-er-" hanya dieja dengan pelan, namun beberapa kata penulisannya menggunakan "-er-" dan beberapa kata lainnya hanya "-r-" saja, yaitu pada gugus konsonan -dr-, -pr-, dan -tr. (lihat pula arsip diskusi) Kata-kata yang penulisannya menggunakan "-er-":
Kata-kata yang penulisannya menggunakan "-r-":
Gugus konsonan khBagian kata -kh- hanya diucapkan seperti "k" dengan huruf "h" yang pelan, jadi orang kadang salah menulis menggunakan "k" atau "h" saja:
Beberapa kata juga sering ditulis menggunakan "-kh-" padahal yang benar hanya "k" atau "h" saja:
Gugus konsonan ks menjadi x
Gugus konsonan sy
Gugus konsonan dz
Umumnya berasal dari akhiran bahasa Inggris "-ize":
Akhiran -itas/-itiUmumnya berasal dari akhiran bahasa Inggris "-ity", beberapa menjadi akhiran "-iti", dan beberapa menjadi "-itas". Kata-kata yang penulisannya menggunakan "-itas" (lihat [12]):
* Aturan untuk kata serapan utuh ini juga berlaku untuk kata yang diserap dari kata bahasa Inggris berakhiran -ivity yang lain Akhiran -asi/-ir[14]
Imbuhan dalam bahasa Indonesia kadang membingungkan bagi sebagian orang. Peluluhan maupun awalan yang mirip kadang-kadang menjadi sumber kerancuan. Berikut kata-kata yang sering salah bentukan berimbuhannya:
c dan s
m dan p
n dan t
ber-/ter- diikuti suku kata berakhiran -er
Tanda hamzah digunakan untuk memisahkan pelafalan yang berbeda dari kaidah pada umumnya. Misalnya kata "Jumat" menurut pelafalan bahasa Indonesia dieja Ju·mat, namun karena merupakan kata serapan, maka ejaannya mengikuti ejaan aslinya, yaitu Jum·at. Tanda hamzah atau tanda hambat glotal dalam ortografi bahasa Arab melambangkan bunyi hambat glotal tersebut, demikian juga dengan huruf vokal ganda di tengah-tengah kata seperti "ma·af" dan "ta·at", namun pada penulisan bahasa Indonesia modern sudah tidak digunakan lagi. Tanda hamzah juga terkadang digunakan untuk menggantikan bunyi 'k' glotal di tengah-tengah kata seperti "la(k)'·nat", "mu(k)'ji·zat", dan "ni(k)'·mat"
Berikut beberapa pasang kata yang bunyinya sama (homofon) atau hampir sama, namun artinya jauh berbeda. Hati-hati dalam memilih kata-kata berikut:
Bentuk mirip makna berbeda
*Dari bahasa Inggris: ballpoint
|