لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ perilaku yang sesuai dengan kandungan ayat tersebut adalah

Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:

Ayat-ayat ini merupakan seruan kepada segenap para pendurhaka dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lainnya agar bertobat dan kembali kepada-Nya.
Juga sebagai pemberitahuan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengampuni semua dosa bagi orang yang mau bertobat kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya, betapapun banyaknya dosa yang telah dilakukannya dan sekalipun banyaknya seperti buih laut.
Tidak benar menakwilkan ayat ini untuk pengertian selain tobat, karena dosa syirik tidak mendapatkan ampunan selama pelakunya tidak bertobat dari kemusyrikannya.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, bahwa Ibnu Juraij pernah menceritakan kepada mereka bahwa Ya’la pernah mengatakan,
"Sesungguhnya Sa’id ibnu Jubair pernah bercerita kepadanya dari Ibnu Abbas r.a., bahwa pernah ada segolongan orang dari kalangan kaum musyrik yang banyak membunuh dan banyak berbuat zina, lalu mereka mendatangi Nabi ﷺ dan berkata, ‘Sesungguhnya yang engkau katakan (maksudnya Alquran) dan yang engkau serukan itu benar-benar baik, sekiranya engkau menceritakan kepada kami bahwa apa yang telah kami perbuat ada kifaratnya (penghapus dosanya)."
Maka turunlah firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).

(QS. Al-Furqaan [25]: 68)


Lalu turun pula firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah."

(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai melalui hadis Ibnu Juraij, dari Ya’la ibnu Muslim Al-Makki, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a.

Makna yang dimaksud oleh ayat pertama dijelaskan oleh firman-Nya:

kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh.
(QS. Al-Furqaan [25]: 70), hingga akhir ayat.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Abu Qabil yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Muzani mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sauban maula Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Aku tidak suka bila diberikan kepadaku dunia dan seisinya sebagai ganti dari ayat ini, yaitu: "Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, ‘hingga akhir ayat." Lalu ada seorang lelaki bertanya,

"Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan orang yang musyrik?"


Rasulullah ﷺ diam, lalu bersabda,
"Ingatlah, dan juga terhadap orang yang musyrik,"
sebanyak tiga kali.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (tunggal).

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu’man, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Asy’as ibnu Jabir Al-Haddani, dari Mak-hul, dari Amr ibnu Anbasah r.a. yang telah menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki tua datang menghadap kepada Nabi ﷺ dengan bertelekan pada tongkatnya, lalu lelaki itu bertanya,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku pernah melakukan banyak perbuatan khianat dan durhaka, maka apakah diriku ini masih dapat diampuni?"
Nabi ﷺ balik bertanya, "Bukankah engkau telah bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah?" Lelaki itu menjawab, "Benar, dan aku bersaksi pula bahwa engkau adalah utusan Allah."

Maka Rasulullah ﷺ bersabda:


Semua perbuatan khianat dan durhakamu telah diampuni.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid radiyallahu anha mengatakan bahwa aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya:

Sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik.

(QS. Hud [11]: 46).


Dan aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."

(QS. Az-Zumar [39]: 53)

tanpa peduli betapa pun banyaknya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Sabit dengan sanad yang sama.

Semua hadis di atas menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah bahwa Allah mengampuni semua dosa tersebut bila disertai dengan tobat.

Dan seorang hamba tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya, karena sesungguhnya pintu rahmat dan pintu tobat itu luas.

Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya.
(QS. At-Taubah [9]: 104)

Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. An-Nisa’ [4]: 110)

Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman berkenaan dengan orang-orang munafik:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan.

(QS. An-Nisa’ [4]: 145-146)

Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwa Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa.

Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.


(QS. Al-Ma’idah [5]: 73)

Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Al-Ma’idah [5]: 74)

Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat.
(QS. Al-Buruj [85]: 10)

Al-Hasan Al-Basri rahimahullah telah mengatakan bahwa perhatikanlah kemuliaan dan kedermawanan ini, mereka telah membunuh kekasih-kekasih-Nya, tetapi Dia menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun kepada-Nya;
ayat-ayat yang semakna cukup banyak.

Di dalam kitab Sahihain dari Abu Sa’id r.a., dari Rasulullah ﷺ disebutkan sebuah hadis yang mengisahkan tentang seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa.
Lalu ia menyesali perbuatannya dan bertanya kepada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil, "Apakah masih ada pintu tobat bagiku?"

Si ahli ibadah itu menjawab,

"Tidak ada,"

maka si ahli ibadah itu dibunuhnya hingga genaplah jumlah orang yang dibunuhnya menjadi seratus orang.


Kemudian orang tersebut bertanya kepada seorang ulama di antara ulama mereka yang terkenal, bahwa apakah masih ada tobat baginya.
Ulama itu balik bertanya,
"Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu dan tobat?"

Kemudian ulama itu memerintahkannya untuk pergi ke kota lain untuk beribadah kepada Allah di dalamnya, lalu lelaki itu pergi menuju ke kota yang dimaksud, tetapi di tengah jalan maut merenggut nyawanya.
Maka bertengkarlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang lelaki itu (siapakah di antara keduanya yang berhak mengambilnya).

Maka Allah memerintahkan kepada mereka agar mengukur jarak di antara kedua kota tersebut (kota tempat si lelaki dan kota yang ditujunya). Mana yang lebih dekat kepada jenazah si lelaki itu, maka dialah yang lebih berhak untuk mengambilnya. Setelah diukur, ternyata mereka menjumpainya lebih dekat ke kota yang ditujunya, tempat ia akan berhijrah, bedanya hanya satu jengkal.

Lalu roh lelaki itu diambil oleh malaikat rahmat.

Disebutkan bahwa lelaki itu pada saat matinya menggulirkan tubuhnya menjauh (dari negeri yang baik), maka Allah memerintahkan kepada negeri yang baik agar mendekat dan memerintahkan kepada negeri yang jahat (tempat asal lelaki itu) agar menjauh.
Demikianlah kesimpulan dari makna hadis, dan kami telah menulisnya di tempat lain dengan lengkap.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."

(QS. Az-Zumar [39]: 53), hingga akhir ayat.


Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menyerukan untuk memohon ampunan dari-Nya terhadap mereka yang mengira bahwa Al-Masih adalah tuhan, juga orang yang menduga bahwa Al-Masih adalah anak Allah, orang yang mengira bahwa Uzair anak Allah, orang yang mengira bahwa Allah fakir, orang yang mengira bahwa tangan Allah terbelenggu (kikir), dan orang yang mengira bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga.
Terhadap mereka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Al-Ma’idah [5]: 74)

Kemudian Allah menyerukan untuk bertobat terhadap orang yang ucapannya jauh lebih berat dosanya ketimbang mereka, yaitu orang yang mengatakan, "Aku adalah Tuhan kalian yang tertinggi,"

yaitu ucapan yang disitir oleh firman-Nya:

aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku.
(QS. Al-Qashash [28]: 38)

Kemudian Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa barang siapa di antara hamba Allah yang berputus asa dari tobat sesudah kesemuanya itu, berarti dia telah mengingkari Kitabullah.
Tetapi seseorang hamba tidaklah mampu bertobat sebelum Allah menerima tobatnya.

Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui jalur Asy-Sya’bi, dari Sunaid ibnu Syakl;
ia pernah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa sesungguhnya ayat dari Kitabullah yang paling agung ialah firman-Nya:

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).
(QS. Al-Baqarah [2]: 255)

Sesungguhnya ayat yang paling banyak memuat kebaikan dan keburukan di dalam Alquran adalah firman-Nya:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.
(An-Nahl: 90)

Sesungguhnya ayat Alquran yang paling menggembirakan adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala di dalam surat Az-Zumar, yaitu:

Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah."

(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Dan sesungguhnya ayat yang paling menonjolkan masalah berserah diri adalah firman-Nya:

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
(At-Talaq: 2-3)

Maka Masruq berkata kepadanya,
"Engkau benar."

Al-A’masy telah meriwayatkan dari Abu Sa’id, dari Abul Kanud yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas’ud r.a. berjalan melewati seorang tukang dongeng yang sedang bercerita kepada orang-orang. Maka Ibnu Mas’ud berkata kepadanya, "Hai tukang cerita, mengapa engkau membuat manusia berputus asa dari rahmat Allah?"

kemudian Ibnu Mas’ud membaca firman-Nya:

Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah."

(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Berikut ini hadis–hadis yang menyebutkan tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu’man, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Abdul Mu’min ibnu Ubaidillah As-Saddi, telah menceritakan kepadaku Hasan As-Sadusi yang mengatakan bahwa ia masuk mengunjungi Anas ibnu Malik r.a., lalu Anas berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:


Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya, sekiranya kalian berbuat kesalahan sehingga kesalahan kalian memenuhi antara langit dan bumi, kemudian kalian mohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala, niscaya Dia memberi ampun bagi kalian.
Dan demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sekiranya kalian tidak berbuat kesalahan (dosa), tentulah Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat kesalahan, kemudian mereka mohon ampun kepada Allah, maka Allah memberi ampun bagi mereka.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Qais tukang dongengnya Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, dari Abu Sirmah, dari Abu Ayyub Al-Ansari r.a. yang mengatakan ketika sakit yang membawa kepada kematiannya, bahwa ia telah menyembunyikan sesuatu yang pernah ia dengar dari Rasulullah ﷺ, yaitu Rasulullah ﷺ telah bersabda:


Seandainya kalian tidak berdosa, tentulah Allah subhanahu wa ta’ala akan menciptakan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia memberi ampun bagi mereka.

Demikianlah menurut Imam Ahmad;
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan hal yang sama, dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula;
semuanya meriwayatkannya melalui Qutaibah dari Al-Lais ibnu Sa’d dengan sanad yang sama.
Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan lafaz yang sama dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, dari Abu Sirmah Al-Ansari r.a., dari Abu Ayyub r.a.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Amr ibnu Malik Al-Bakri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kifarat (penghapus) dosa ialah penyesalan.

Rasulullah ﷺ telah bersabda pula:


Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia memberi ampun bagi mereka.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.

Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdul A’la ibnu Hammad Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Maslamah ibnu Abdullah Ar-Razi, dari Abu Amr Al-Bajali, dari Abdul Malik ibnu Sufyan As-Saqafi, dari Abu Ja’far alias Muhammad ibnu Ali, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah, dari ayahnya (yaitu Ali ibnu AbuTalib r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:


Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang teperdaya oleh dosa lagi suka bertobat.

Mereka tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit dan Humaid, dari Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair yang mengatakan bahwa iblis la’natullah berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengusirku dari surga karena Adam, dan sesungguhnya aku tidak dapat mengalahkannya kecuali dengan kekuasaan dari-Mu."

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

"Kalau begitu, engkau mendapat kekuasaan itu."

Iblis berkata,

"Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Tidak sekali-kali dilahirkan bagi Adam seorang anak, melainkan dilahirkan pula seorang anak bagimu."

Iblis berkata,

"Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Aku jadikan dada mereka sebagai sarang kamu, dan kamu dapat merasuki mereka melalui aliran darahnya."

Iblis berkata,

"Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Aku datangkan terhadap mereka dengan pasukan kuda dan pasukan jalan kakimu, dan bersekutulah dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak, dan umbarkanlah janjimu kepada mereka. Dan tiadalah yang dijanjikan oleh setan kepada mereka, melainkan hanya tipuan belaka." Maka Adam ‘alaihis salam berkata,

"Ya Tuhanku, Engkau telah memberi kekuasaan kepada Iblis untuk dapat menggodaku, dan sesungguhnya aku tidak mampu menahannya kecuali dengan pertolongan-Mu."


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
"Tidak sekali-kali dilahirkan seorang anak bagimu, melainkan Aku perintahkan kepada malaikat untuk menjaganya dari qarin-nya (teman setannya) yang jahat." Adam ‘alaihis salam berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan."

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

"Satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan lagi kelipatannya, dan satu keburukan ditulis satu atau Aku hapuskan." Adam berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan."

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

"Pintu tobat tetap terbuka selama roh berada di dalam tubuh." Adam berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan."

Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Nafi’ telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar, dari Umar r.a. tentang pendapatnya yang mengatakan,
"Dahulu kami mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah menerima amal sunnah, amal wajib, dan tobat seseorang yang teperdaya melakukan dosa. Mereka telah mengenal Allah, tetapi berbalik ingkar kepada (nikmat)-Nya, sungguh itu merupakan petaka yang menimpa mereka." Dan pada mulanya para sahabat pun mempunyai pendapat yang sama.

Ketika Rasulullah ﷺ tiba di Madinah, maka Allah menurunkan firman-Nya sebagai jawaban terhadap pendapatku dan juga pendapat mereka yang demikian itu, yaitu firman-Nya:

Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya.

(QS. Az-Zumar [39]: 53-55)

Umar r.a. mengatakan bahwa lalu ia menulisnya pada suatu lembaran dan ia kirimkan kepada Hisyam ibnul As r.a. Maka ketika Hisyam menerima surat itu, ia membacanya di Zi Tuwa dengan terlebih dahulu mendaki ke puncaknya, lalu membacanya dengan bersuara, tetapi masih belum mengerti.

Akhirnya ia berkata, "Ya Allah, berilah aku pemahaman terhadap ayat-ayat ini."

Maka Allah subhanahu wa ta’ala memberikan pemahaman ke dalam hatiku, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami dan pendapat kami terhadap diri kami, dan dikatakan berkenaan dengan sikap kami.


Maka aku turun menuju ke untaku, lalu kukendarai dan langsung bergabung dengan Rasulullah ﷺ di Madinah.