Lanjutkan terjemahan hadits barangsiapa yang menghitung menghafal asmaul husna akan

Lanjutkan terjemahan hadits barangsiapa yang menghitung menghafal asmaul husna akan

Pertanyaan :

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya pernah membaca sebuah tulisan yang mengangkat sebuah hadis yang isinya kurang lebih “Barangsiapa siapa yang menghafal Asmaul Husna maka akan dijamin masuk surga”.

Pertanyaan saya adalah, benarkah ada hadis seperti ini? Dan jika benar ada, bagaimana sebaiknya kita memahaminya?

Terima kasih atas jawaban ustadz.

Wassalam.

(M. Abrar melalui Facebook)

Jawaban :

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh,

Bismillahirrahmanirrahim,

Hadis yang Anda maksud itu adalah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui Abu Hurairah r.a.

Dalam riwayat itu disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, 100 kurang satu, barang siapa ‘menghafalnya’ (bahasa Arab: ahshâhâ), dia masuk surga.”

Kata ahshâ (أَحْصَى) dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian.

Imam Bukhari dan banyak ulama hadis setelahnya memahami kata itu dalam arti menghafal. Al-Khaththâbiy, seorang pakar hadis dan fikih (lahir pada 319 H/ 931 M dan wafat 388 H/ 988 M), mengatakan bahwa salah satu makna ahshâ adalah menghitung dan melafalkannya secara keseluruhan. Artinya, ketika kita berdoa dan memohon sesuatu, kita tidak hanya menyebut nama-nama tertentu saja dari ke-99 nama Allah itu, tetapi menyebut semuanya agar doa kita dikabulkan dan kita memperoleh pahala.

Baca juga: Melecehkan Al-Qur’an

Makna kedua, masih menurut Al-Khaththâbiy, adalah ‘melaksanakan hak yang tepat bagi nama-nama itu.

Jika kita menyebut nama Ar-Rahmân (Maha Pengasih) dan Ar-Rahîm (Maha Penyayang), misalnya, maka hendaknya kita merefleksikan makna nama itu agar kita saling mengasihi dan menyayangi sesama kita, bahkan sesama makhluk di dunia ini. Ketika kita mengucap Al-Ahad (Yang Maha Esa), kita harus meyakini bahwa ada pihak lain yang memiliki kekuasaan setara dengan Allah. Jika kita mengerti bahwa Allah memiliki nama Al-‘Adl (Yang Mahaadil), maka kita pun seharusnya menegakkan keadilan walau terhadap diri kita dan kelompok atau golongan kita sendiri. Dan begitu seterusnya.

Kata ahshâ juga mengandung pengertian bahwa kita berdoa dengan menyebut nama-nama Allah, sesuai dengan firman-Nya: Dan Allah memiliki al-asmâ’ al-husnâ (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut al-asmâ’ al-husnâ itu. (QS al-A‘râf [7]: 180). Ketika kita memohon ampunan, kita sebut Yâ Ghaffâr (Wahai Allah Yang Maha Pengampun). Ketika kita memohon rezeki kita sebut Yâ Razzâq (Wahai Allah Yang Maha Pemberi rezeki). Dan begitu seterusnya.

Pemaknaan hadis ini secara luas juga kita temukan dalam buku Ma‘ârij l-Qabûl bi Syarh Sullami l-Wushûl ilâ ‘Ilm l-Ushûl yang ditulis oleh Hafizh bin Ahmad al-Hakki: Tampaknya, makna ahshâha atau hafizhaha pada hadis ini adalah mengetahuinya dan melaksanakan artinya. Seperti halnya al-Qur’an yang tidak cukup kalau kita hafal ayat-ayatnya saja (hlm 125).

Jadi, persoalannya bukan pada hadis itu, melainkan lebih pada pemahaman sebagian dari kita yang terlalu harfiah.

Baik hadis-hadis Nabi saw. maupun ayat-ayat Al-Qur’an, harus kita pahami secara menyeluruh dengan hadis-hadis atau ayat-ayat terkait, tidak terpisah dari yang lain, agar kita memperoleh pemahaman yang lebih utuh.

Misalnya, jika hadis di atas seolah menginformasikan begitu mudahnya masuk surga (hanya dengan menghafal Asmaul Husna), ternyata ada ayat Al-Qur’an yang menyatakan tidak semudah itu.

Allah swt. berfirman: Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar? (QS Ali Imran [3]: 142). Untuk masuk surga perlu jihad dalam artinya yang luas dan juga perlu kesabaran, juga dalam artinya yang luas.

Demikian, wallahu a’lam.

(Muhammad Arifin)

Lanjutkan terjemahan hadits barangsiapa yang menghitung menghafal asmaul husna akan
Lanjutkan terjemahan hadits barangsiapa yang menghitung menghafal asmaul husna akan

Kang Aswad

الإحصاء يكون بالحفظ ويكون بتدبر وتعقل معانيها والعمل بمقتضى ذلكAl Ihsha’ (menghitung) itu bisa berupa menghafalnya dan bisa juga berupa mentadabburinya serta merenungkan makna-maknanya dan mengamalkan konsekuensi dari makna-makna tersebut.ولهذا قال عليه الصلاة والسلام: «إن للهِ تسعةً وتسعين اسماً من أحصاها دخل الجنة»Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barangsiapa menghitungnya ia akan masuk surga” (HR. Bukhari 2736, Muslim 2677).

Lanjutkan terjemahan hadits barangsiapa yang menghitung menghafal asmaul husna akan

وفي لفظٍ: «من حفظها دخل الجنة»Dalam lafadz yang lain: “barangsiapa yang menghafalnya, ia akan masuk surga” (HR. Bukhari 7392).والمعنى: إحصاؤها بتدبر المعاني، والنظر في المعاني مع حفظها؛ لما في ذلك من الخير العظيم، والعلم النافعYang dimaksud menghitungnya adalah mentadabburi makna-maknanya, memperhatikan makna-maknanya sambil menghafalnya. Karena di dalamnya makna-makna dari Asmaul Husna itu terdapat kebaikan yang besar dan ilmu yang bermanfaat.ولأن ذلك من أسباب صلاح القلب، وكمال خشيته لله والقيام بحقه سبحانه وتعالىKarena mentadabburi makna-makna Asmaul Husna adalah sebab kebaikan bagi hati, dan kesempurnaan rasa takut kepada Allah serta merupakan bentuk penunaian terhadap hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Lanjutkan terjemahan hadits barangsiapa yang menghitung menghafal asmaul husna akan

Saya ingin bertanya mengenai hadis berikut:
Telah menceritakan kepada kami ‘Amr An-Naqid dan Zuhair bin Harb dan Ibnu Abu ‘Umar semuanya dari Sufyan – dan lafadh ini milik ‘Amr-; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah  dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau telah bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki sembilan puluh sembilan nama. Maka barang siapa dapat menjaganya niscaya ia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah itu Ganjil dan Dia sangat menyukai bilangan yang Ganjil.”  Di dalam riwayat Ibnu Abu Umat disebutkan dengan lafazh; ‘Barang siapa yang menghitung-hitungnya’

Apa maksud hadis di atas ustadz? Lalu apa yang dimaksud menjaga 99 nama Allah, maka akan masuk surga?

Weyah ([email protected])

Jawaban:

Makna hadis: Allah memiliki 99 nama (asmaul husna), siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.

Teks hadis :

إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا ، مِائَةً إِلا وَاحِدَةً ، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.” (HR. Bukhari, no.2736, Muslim, no.2677 dan Ahmad, no.7493).

Keterangan Syekh Abdul Aziz bin Baz megenai makna hadis:

Makna dari ‘menjaga’ adalah dengan menghafalnya, merenungkan maknanya, dan mengamalkan kandungan maknanya… mengingat adanya kebaikan yang banyak dan ilmu yang bermanfaat dalam mengamalkan kandungan makna asmaul husna tersebut. Karena mengamalkannya merupakan sebab kebaikan bagi hati, kesempurnaan takut kepada Allah, dan menunaikan hak-Nya.
(http://www.binbaz.org.sa/mat/12132 )

Keterangan Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin:
Bab, Nama Allah tidak terbatas dengan bilangan tertentu.

Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ

“Saya meminta kepada-Mu dengan perantara semua nama-Mu, yang Engkau gunakan untuk menamakan diri-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang diantara makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam sebagai rahasia di sisi-Mu.” (HR. Ahmad, Ibn Hibban, dan dishahihkan Syua’aib Al-Arnauth).

Kemudian Syekh Ibnu Utsaimin membawakan keterangan Ibnul Qayim:
Ibnul Qayim mengatakan dalam Syifaul Alil Hal. 472, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama” tidaklah meniadakan bahwa Allah memiliki nama-nama yang lain. Sebagaimana ada orang mengatakan, “Fulan memiliki 100 budak untuk dijual dan 100 budak untuk pasukan perang.” Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ulama. Tidak sebagaimana pendapat Ibnu Hazm, yang beranggapan bahwa nama-nama Allah hanya terbatas 99 saja.
(Al-Qawaidul Mutsla, Hal. 13 – 14).

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Konsultasi Syariah)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Materi terkait:

1. Cara Menghafal Asmaul Husna.

2. Adakah Kasiat Asmaul Husna.

🔍 Penyakit Ain Rumaysho, Hukum Bagi Orang Yang Meninggalkan Shalat, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, Wirid Sholawat, Hukum Menjual Rokok, Cara Membaca Asmaul Husna Yang Benar