Setelah mempelajari isi bab ini, diharapkan Anda dapat: 1. memahami hakikat lembaga sosial, 2. menyebutkan unsur-unsur lembaga sosial, 3. menjelaskan proses pelembagaan, serta 4. menjelaskan dinamika lembaga sosial dan penyebabnya. Lembaga sosial, Peran birokrasi, Proses pelembagaan, Unsur-unsur sosial, Kode perilaku, Simbol kebudayaan, Ideologi, Dinamika lembaga Sekolah merupakan perwujudan lembaga Sebagai warga masyarakat, kita dituntut untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Di sisi lain, kita semua terikat berbagai aturan. Misalnya, sebagai pelajar Anda tentu membutuhkan ilmu dan ke- terampilan sebagai bekal kehidup- an di masa depan. Untuk me- menuhinya Anda harus berhadap- an dengan seperangkat tata cara (prosedur) yang tidak bisa dielak- kan. Mula-mula Anda harus men- daftarkan diri ke sebuah sekolah. Di sana ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Selama Anda belajar di sekolah pun ada aturan yang harus dipatuhi. Inilah kenyataannya, dan hampir setiap bidang kehidupan akan me- libatkan Anda kepada lembaga-lembaga sosial yang mengatur upaya kita memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, penting sekali Anda memahami hak- ikat lembaga sosial sebagai salah satu realitas sosial yang tidak mungkin kita Sosiologi SMA/MA Kelas XII (Agama, Keluarga, Ekonomi, Pemerintah, A. Lembaga Sosial dan Birokrasi 1. Pengertian Lembaga Sosial Banyak orang menyalahartikan pengerti- an lembaga dengan organisasi atau kantor. SMA N 1 Joyobayan atau Universitas Sanjaya sering disamakan dengan lembaga pendidikan, demikian juga Bank Raya disamakan dengan lembaga perbankan. Anggapan tersebut ku- rang tepat, walaupun ada kaitan antara lem- baga pendidikan dengan SMA N 1 Joyobayan atau antara lembaga perbankan dengan Bank Raya. Sekolah merupakan sebuah organisasi atau asosiasi, demikian juga dengan Bank Raya. Untuk memahami pengertian lembaga sosial, kita mengumpamakannya dengan Anda tentu mengenal jenis olahraga permainan tersebut. Hakikat permainan sepak bola berbeda dengan tim pemain sepak bola. Permainan sepak bola merupakan perwujudan dari seperangkat peraturan permainan. Peraturan permainan merupakan seperangkat norma yang saling berhubungan dan bersifat abstrak. Kita dapat melihat wujud nyata norma tersebut, setelah dipraktikkan dalam bentuk permainan di lapangan. Pemain adalah asosiasi orang-orang yang memainkan permainan. Asosiasi pemain sepak bola yang kita kenal antara lain adalah PSIS (Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang) atau Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Sebagai sebuah asosiasi, tim tersebut memiliki struktur organisasi yang terdiri dari kapten, penyerang, gelandang, bek, dan penjaga gawang. Di samping itu, sebagai sebuah tim terdapat juga pemain cadangan, petugas kesehatan, pelatih, dan manajer. Semua unsur tersebut (tim pemain, peraturan permainan, permainannya sendiri, dan tim pendukung) merupakan suatu kesatuan yang memungkinkan terjadinya permainan sepak bola. Permainan olah raga sepak bola itulah yang merupakan suatu lembaga, sedangkan PSIS atau Persebaya merupakan asosiasi. Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian lembaga sosial berbeda dengan asosiasi. Asosiasi adalah sekelompok orang yang yang terorganisasi, memiliki struktur, dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama, sedangkan lembaga sosial merupakan perilaku warga masyarakat yang mengikuti prosedur yang telah dibakukan. Oleh karena itu, lembaga terbentuk untuk memenuhi tujuan tertentu pula. Misal, transaksi antara nasabah dengan bank antara lain bertujuan untuk menyimpan uang atau memperoleh pinjaman modal. Istilah lembaga sosial sering pula disinonimkan dengan pranata sosial. Pranata dapat diartikan sebagai aturan atau tata cara (prosedur). Oleh karena Sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan terorganisasi yang ber- kisar pada kegiatan pokok manusia; sistem hubungan yang mewujudkan nilai serta prosedur umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Sumber: Paul B. Horton dan Sosiologi SMA/MA Kelas XII itu, pranata sosial merupakan tata cara atau prosedur yang mengatur perilaku warga masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Prosedur tersebut telah disepakati bersama sehingga mengikat semua warga masyarakat. Misalnya, apabila Anda hendak menabung di bank, Anda harus mengikuti prosedur tertentu. Prosedur tersebut tidak dibuat oleh para petugas bank secara pribadi, melainkan merupakan penjabaran norma-norma lembaga perbankan. Para petugas bank hanya asosiasi orang-orang yang diserahi tugas untuk melak- Setiap lembaga sosial mempunyai kumpulan asosiasi, dan melalui asosiasi itulah norma-norma lembaga dilaksanakan. Demikian juga, dengan agama yang memiliki jamaah dan kelompok-kelompok pengajian. Lembaga pendidikan juga memiliki organisasi sekolah, komite sekolah, asosiasi alumni, tim sepak bola, tim bola voli, kelompok ilmiah remaja, dan lain-lain. Negara memiliki organisasi politik, rakyat, para wajib pajak, dan kelompok-kelompok lainnya. Lembaga dan asosiasi saling berkaitan, namun keduanya berbeda dan tidak dapat dicampuradukkan. Agama adalah lembaga, sedangkan umat adalah suatu kelompok sosial. Korporasi atau perusahaan adalah lembaga, sedangkan Bank Dengan demikian, lembaga sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisasi. Sistem hubungan merupakan jaringan peran dan status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku. Lembaga melaksanakan nilai- nilai umum dan prosedur umum tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Nilai umum mengacu kepada cita-cita dan tujuan bersama. Misal, keluarga merupakan sebuah lembaga sosial. Sebagai sebuah lembaga sosial, keluarga mencakup seperangkat nilai umum, dan sebuah jaringan peran serta status, antara lain suami, isteri, nenek, bayi, remaja, dan menantu. Semua itu membentuk sistem hubungan sosial yang menjadi wahana untuk melangsungkan kehidupan keluarga. Oleh karena itu, lembaga sosial pada dasarnya merupakan sistem gagasan yang bersifat abstrak, sedangkan organisasi atau asosiasi merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Prosedur umum adalah pola peri- laku yang dibakukan dan diikuti warga masyarakat. Berdasarkan uraian dan contoh-contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa ) bukanlah suatu bangunan, bukan sekelompok orang dan bukan organisasi. Akan tetapi, merupakan suatu sistem norma yang mengatur perilaku warga masyarakat untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting. Dapat juga dikatakan, bahwa lembaga adalah sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Di dalam suatu lembaga terjadi suatu proses yang terstruktur untuk melakukan berbagai kegiatan. Lembaga tidak memiliki anggota tetapi mempunyai pengikut. Kedua hal tersebut memiliki perbedaan arti. Untuk mempermudah pemahaman Anda, kita ambil agama sebagai contoh. Agama bukanlah suatu kelompok orang, tetapi merupakan suatu sistem gagasan, kepercayaan, praktik dan hubungan (interaksi sosial). Umat adalah sekelompok orang yang menerima kepercayaan dan mengikuti praktik ajaran agama. Apabila tidak ada orang yang percaya dan mau menerima ajaran agama, maka agama tidak ada. Setiap lembaga sosial memiliki struktur sosial sendiri-sendiri. Struktur sosial adalah jaringan yang saling berhubungan antara individu-indivdu dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Di samping itu, ukuran-ukuran perilaku yang dapat diterima dalam suatu lembaga juga bersifat khas untuk Di masyarakat terdapat lima lembaga sosial yang penting, yaitu sebagai a. Lembaga Keluarga atau Lembaga Perkawinan Lembaga ini terbentuk karena adanya kebutuhan manusia untuk melangsungkan generasi. Di dalam- nya terdapat serangkaian norma yang mengatur ikatan suami isteri, hak dan kewajiban masing-masing, tanggung jawab, aturan perkawinan, dan segala praktik pelaksanaannya. Interaksi sosial yang mendorong terciptanya lembaga ini berupa kerja sama antar individu, seorang pria dengan seorang wanita, untuk mene- gakkan rumah tangga. Dalam inte- raksi di antara keduanya, mungkin diselingi konflik-konflik kecil, namun secara umum keduanya bekerja Lembaga ini terbentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia akan hubungan dengan Sang Maha Pencipta. Di dalamnya terdapat ber- bagai nilai dan norma yang diprak- tikkan dalam bentuk peribadatan Lembaga ini terbentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup bermasyarakat secara luas. Setiap keluarga adalah sebuah ikatan sosial yang didasari oleh nilai-nilai tertentu. Sumber: Ayahbunda, 8 Juni 2005 Perwujudan lembaga agama. Sumber: Garuda, Desember 1996 Sosiologi SMA/MA Kelas XII Berbagai norma dan nilai terdapat di lembaga ini. Norma dan nilai tersebut diterapkan untuk mengatur perma- salahan sosial yang sangat kompleks. Lembaga pemerintahan prinsipnya dilaksanakan pada masyarakat yang mempunyai aspek homogenitas (keraga- man) dan heterogenitas (keaneka- ragaman). Homogenitas didasarkan pada kesamaan ideologi, sejarah, dan wilayah, sedangkan heterogenitas pada umumnya didasarkan pada etnik, aga- ma, dan budaya. Kesatuan dalam homo- genitas dan heterogenitas tersebut sering disebut dengan bangsa. Dengan demikian, praktek lembaga pemerintahan antara satu dengan bangsa lain berbeda. Di antaranya mekanisme pembentukan pemerintahan, pelaksanaan pemilihan umum, adanya partai politik dan lain-lain. Lembaga ini terbentuk dengan mak- sud untuk memberi dasar kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Norma-norma dan nilai- nilai sosial yang ada di dalamnya antara lain mengatur berbagai hubungan antar- individu atau antarkelompok sosial dalam hal pemenuhan kebutuhan ter- hadap barang dan jasa. Contoh norma dan nilai dalam lembaga ini adalah undang-undang anti monopoli, pera- turan ekspor-impor, dan lain-lain. Aso- siasi yang kita kenal antara lain Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Gabungan Pengusaha Konstruksi (Gapensi), Lembaga ini terbentuk sebagai jawaban terhadap kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Norma-norma sosial dan nilai-nilai yang ada di dalamnya antara lain mengatur berbagai hubungan antarmanusia atau antarkelompok sosial dalam hal pemenuhan kebutuhan terhadap barang dan jasa. Contohnya, UU tentang hak cipta, UU Anti monopoli, dan lain-lain. Presiden dan para menterinya merupa- kan sekelompok elit pemerintah yang menjalankan norma-norma yang mengatur sebuah pemerintahan. Sumber: Tempo, 8 Mei 2005 Bank adalah salah satu perwujudan dari Lembaga pendidikan terbentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia akan pendidikan. Seperangkat nilai dan norma mengatur mengenai batas usia sekolah, kewajiban seorang siswa dan tugas seorang murid. Di samping kelima lembaga dasar tersebut, dalam masyarakat modern ilmu pengetahuan juga sudah melembaga. Nilai-nilai dan prosedur ilmiah dianggap sangat penting dan baku, terbentuklah lembaga ilmiah sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Demikian pula, kegiatan-kegiatan sosial dan perawatan kesehatan dianggap telah mempola, kegiatan tersebut sehingga jadilah lembaga kesehatan. Hakikat lembaga sosial merupakan pembakuan nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Seiring perubahan masyarakat, nilai-nilai mengalami pergeseran dan norma-norma mengalami perubahan. Sesuatu yang semula dianggap penting, kemudian dianggap tidak penting. Sebaliknya, ada pula sesuatu yang semula tidak dianggap penting kemudian dianggap penting. Oleh karena itu, lembaga sosial sebagai bentuk pembakuan nilai dan norma yang dianggap penting, juga mengalami perubahan. Misalnya, pada masa lampau, nilai-nilai dan norma-norma feodal- isme telah melembaga. Namun, sekarang lembaga feodalisme sudah mengalami pemudaran. Lunturnya tata kelakuan kaum ningrat Jawa (priyayi) merupakan contoh nyata. Sebaliknya, nilai-nilai demokrasi semakin menguat seiring modernisasi yang dialami masyarakat kita. Nilai-nilai dan norma-norma demokrasi telah melembaga saat ini, dan mengejawantah dalam bentuk organisasi pemerintahan dan lembaga perwakilan (DPR). 2. Peran Birokrasi dalam Lembaga Sosial Sudah jelas bahwa lembaga sosial tidak sama dengan asosiasi. Namun, setiap lembaga sosial selalu memiliki asosiasi. Asosiasi merupakan organisasi sosial yang terdiri dari orang-orang yang menjalankan fungsi kelembagaan. Orang-orang tersebut menduduki posisi dan memiliki peran ter- tentu. Ada yang menduduki pimpinan organisasi dan bertanggung jawab ter- hadap seluruh fungsi dan tugas organisasi. Karena tidak mungkin semua tugas di- laksanakannya sendiri, maka terjadilah pelimpahan (pembagian) tugas dan we- wenang kepada orang lain yang memiliki kedudukan setingkat lebih rendah darinya. Begitu seterusnya, setiap tugas dan Birokrasi adalah personal admi- nistratif yang dispesialisasikan, diangkat berdasarkan prestasi atau masa dinas, impersonal dan diarahkan diarahkan oleh Birokrasi juga merupakan pira- mida jabatan yang mengarah- kan dan mengorganisasikan tugas-tugas organisasi besar se- Sumber: Paul B. Horton dan Sosiologi SMA/MA Kelas XII wewenang dibagi-bagi sampai ke struktur terendah dalam organisasi. Hal seperti ini, yang disebut dengan birokrasi. Anda dapat mempelajari kembali hakikat Setiap orang dalam birokrasi menduduki fungsi dan peran tertentu. Mereka memiliki otonomi dalam menjalankan fungsi dan perannya. Walaupun demikian, keberadaan mereka dalam sebuah asosiasi hanyalah sebagai pelaksana peran tersebut. Seorang ketua asosiasi dapat diganti sewaktu-waktu tanpa harus meme- ngaruhi lembaga itu secara keseluruhan. Sebab, yang bersifat permanen adalah lembaga sosialnya, sedangkan orang-orang yang berada dalam asosiasi (birokrat) hanya sekedar pelaksana tugas. Semua lembaga, kecuali keluarga, selalu melibatkan birokrasi. Semakin besar asosiasi maka semakin besar birokrasi yang terbentuk. Orang sering mengeluh karena panjangnya sebuah urusan yang berhubungan dengan birokrasi. Sebagai pelajar SMA kelas XII tentu banyak di antara Anda yang menggunakan sepeda motor ke sekolah. Apakah Anda memiliki Surat Izin Mengemudi? Apabila Anda mengurus SIM sendiri tentu pernah mengalami secara langsung berurusan dengan birokrasi. Kritikan-kritikan terhadap birokrasi sering dilontarkan. Perubahan- perubahan pun sering dilakukan demi menanggapi aspirasi masyarakat. Namun, kejengkelan masyarakat terhadap birokrasi masih selalu terjadi. Walaupun demikian, betapa menjengkelkannya suatu birokrasi, namun keberadaan birokrasi tidak bisa ditiadakan. Lembaga sosial diwujudkan dalam bentuk asosiasi atau organisasi, kemudian dalam organisasi terjadi pembagian tugas dan wewenang, maka terjadilah birokrasi. Oleh karena itu, mau tidak mau lembaga sosial senantiasan melibatkan birokrasi, kecuali keluarga. Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini, kemudian serahkan kepada 1. Carilah buku-buku referensi di perpustakaan yang membicarakan mengenai lembaga sosial! Catat semua definisi mengenai lembaga sosial menurut penulis buku tersebut! Jangan lupa catatlah istilah-istilah yang mereka gunakan dalam menyebut lembaga sosial! 2. Anda tentu pernah berurusan dengan birokrasi pada sebuah kantor pemerintah maupun swasta. Deskripsikan salah satu pengalaman Anda yang paling tidak terlupakan (baik secara positif maupun negatif) ketika berurusan dengan birokrasi! Satu deskripsi untuk birokrasi pemerintah dan satu deskripsi untuk birokrasi swasta! Tulis deskripsi Anda dalam bentuk makalah, kemudian presentasikan di depan kelas! Kerjakan di buku tugas Anda! 1. Apakah yang dimaksud dengan lembaga sosial? 2. Sebutkan lembaga-lembaga sosial dasar yang Anda ketahui! 3. Mengapa birokrasi dianggap menjengkelkan? 4. Jelaskan perbedaan lembaga sosial dengan asosiasi! 5. Bagaimana peran birokrasi dalam lembaga sosial? Kerjakan di buku tugas Anda! Ungkapkan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah ini, dengan cara memberi tanda cek ( ) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak Setuju) atau R (Ragu-ragu)! 1. Kantor-kantor pemerintahan yang bertugas melayani masyarakat hendaknya menyeder- hanakan birokrasi mereka agar pekerjaan 2 Setiap lembaga sosial selalu memiliki asosiasi, oleh karena itu setiap lembaga sosial selalu 3 Lembaga sosial adalah sesuatu yang bersifat abstrak atau konseptual, karena berupa sesuatu prosedur atau tata cara memenuhi kebutuhan. 4. Ketika pemerintah Indonesia direformasi, pimpinan pemerintahan (presiden) juga diganti. Hal seperti ini menunjukkan, bahwa antara lembaga pemerintahan dengan sosok seorang presiden tidak dapat dibedakan. Sosiologi SMA/MA Kelas XII B. Proses Pelembagaan dan Dinamika Lembaga Sosial Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999), lembaga muncul sebagai produk kehidupan sosial secara tidak direncanakan. Proses itu bermula ketika orang-orang mencari cara yang praktis untuk memenuhi ke- butuhannya. Pada suatu saat mereka menemukan suatu pola yang dapat dilak- sanakan dan diterima secara umum. Karena dirasa sebagai cara yang paling praktis dan diterima secara umum, maka cara itu dilakukan secara terus-menerus atau diulang-ulang. Semakin lama, pola perilaku tertentu menjadi kebiasaan, menjadi sesuatu yang rutin dilakukan, diharapkan, dan disetujui bersama. Hal seperti itu berarti, perilaku tersebut telah melembaga atau dilembagakan. Misalnya, sepasang pemuda dan pemudi yang berpacaran. Pada awalnya, pemuda dan pemudi berpacaran karena didorong rasa saling tertarik antarlawan jenis. Lama-kelamaan menjadi suatu cara yang diterima dan dibiasakan dalam masyarakat. Cara ini mereka lakukan untuk mencari kecocokan dalam mencari jodoh. Karena dianggap baik dan praktis, maka pacaran diterima di masyarakat sebagai bagian dari proses pembentukan keluarga (ikatan perkawinan). Dalam dunia bisnis, orang-orang yang terlibat dalam bisnis selalu mengadakan transaksi. Semakin lama, transaksi menjadi kebutuhan yang tak terelakkan, sehingga perlu dibentuk asosiasi yang bertugas melayani kebutuhan tersebut. Karena cara itu 5. Birokrasi yang berbelit-belit pada dasarnya hanyalah cara yang diterapkan para pejabat pemerintah untuk mempersulit urusan. Tujuan- nya agar warga masyarakat yang jengkel ber- urusan dengan mereka mengambil jalan pintas dengan cara menyuap petugas (birokrat) agar Upacara akad nikah dengan segala tata cara dan simbol-simbolnya merupakan salah satu proses dirasa praktis, maka berkembang menjadi bank seperti yang sekarang, yaitu suatu lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan untuk bertransaksi, menyetor, meminjam, mentransfer dan menyimpan uang. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa, lembaga sosial terbentuk sebagai akibat adanya norma-norma sosial yang mengalami proses pelembagaan (institusionalisasi). Di masyarakat selalu terdapat norma-norma sosial yang berfungsi sebagai pengatur perilaku warga masyarakat dalam berinteraksi. Suatu norma dikatakan mengalami proses pelembagaan, apabila norma tersebut telah diketahui, dipahami atau dimengerti, ditaati, dan dihargai oleh warga masyarakat. Proses institusionalisasi menjadikan norma sosial bersifat mengikat bagi warga masyarakat untuk mematuhinya. Kelanjutan proses institusionalisasi norma adalah proses internalisasi norma- norma sosial. Artinya, norma-norma sosial mendarahdaging dalam jiwa atau kepribadian seseorang. Seseorang yang telah mengalami intenalisasi norma- norma sosial, sepanjang hidupnya akan mengikti aturan norma tersebut dan menjadi bagian dari kepribadiannya. Seperti yang pernah Anda pelajari pada Kelas X, di masyarakat terdapat empat macam norma, yaitu cara ( ). Norma adalah suatu tatanan yang mengatur seseorang agar berperilaku pantas. Perilaku yang tidak pantas akan mendapat sanksi berupa celaan atau kritik. Cara-cara yang baik akan diterima sebagai kebiasaan. Norma kebiasaan berupa perilaku yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama, misalnya berjalan menundukkan badan ketika melewati orang yang lebih tua. Karena kebiasaan dapat diterima oleh lebih banyak orang, maka mempunyai kekuatan lebih besat daripada cara. Suatu kebiasaan dapat berkembang menjadi tata kelakuan, apabila dijadikan sarana pengontrol perilaku warga masyarakat. Sebagai sarana pengontrol, tata kelakuan sering dijadikan ukuran mengenai perilaku yang boleh dan yang tidak boleh. Tata kelakuan dapat memaksa agar seseorang berperilaku sesuai ke- laziman dalam masyarakat, sehingga tercipta solidaritas antaranggota masyarakat. Selanjutnya, tata kelakuan meningkat menjadi adat-istiadat apabila diterima secara permanen dan terintegrasi secara kuat dalam kebudayaan masyarakat. Sanksi berat akat diterima seseorang yang melanggar adat-istiadat. Tingkatan norma di atas menunjukkan proses diterimanya cara-cara menjadi kebiasaan, kemudian orang membuat tata kelakuan yang baku dan bersifat legal (memiliki dasar hukum pasti). Dengan demikian, kebiasaan telah berubah menjadi suatu lembaga. Proses pelembagaan mencakup juga penetapan norma- norma yang pasti. Norma-norma mengatur penentuan status dan posisi serta peranan seseorang dalam bertindak. Oleh karena itu, proses pelembagaan (institusionalisasi) berarti mengganti perilaku yang semula bersifat spontan atau coba-coba (eksperimental) menjadi perilaku yang teratur, berpola, dan sesuai dengan harapan semua orang sehingga dapat diramalkan diramalkan adalah bahwa periku yang diharapkan tersebut seharusnya berjalan sebagaimana mestinya sesuai ketentuan (norma). Sosiologi SMA/MA Kelas XII Di masyarakat, banyak terdapat kebiasaan ( ). Namun, tidak semua kebiasaan dan tata kelakuan dianggap penting. Hanya norma-norma yang penting akan mengalami pelembagaan. Misalnya norma yang mengatur hubungan antara pria dan wanita dinilai sangat penting sehingga mengalami institusionalisasi dan terbentuklah lembaga perkawinan. Suatu kebiasaan atau tata kelakuan dianggap penting bila berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang lebih penting pula. Misal, pe- menuhan kebutuhan untuk membentuk keluarga sifatnya lebih penting daripada pemenuhan kebutuhan olah raga dan rekreasi. Oleh karena itu, kebiasaan dan tata kelakuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan untuk mem- bentuk keluarga mengalami proses institusionalisasi. Setiap masyarakat telah melembagakan perkawinan. Sebaliknya, norma-norma tentang bermain layang- layang dinilai kurang penting sehingga belum melembaga. Apabila suatu saat masyarakat menganggapnya penting, norma tersebut juga dapat melembaga. Proses pelembagaan seperti dijelaskan di atas menunjukkan, bahwa lembaga sosial berhubungan erat dengan nilai-nilai dan cita-cita, norma-norma perilaku, dan sistem hubungan. Apabila suatu kebiasaan atau tata kelakuan telah melembaga berarti norma-norma yang mengaturnya bersifat memaksa dan mengikat. Orang yang berkeluarga terikat oleh norma-norma keluarga. Seorang ayah harus bertanggung jawab terhadap nafkah hidup anak dan isterinya. Seorang ibu terikat untuk mendidik dan membesarkan anaknya. Di antara ayah, ibu, dan anak-anak terdapat jaringan hubungan yang terorganisasi untuk me- wujudkan nilai-nilai kekeluargaan. Selain mengikat, norma-norma yang telah melembaga tidak lagi bersifat spontan. Artinya, norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan tersebut mempunyai pola, teratur, dan dapat diramalkan. Kita semua akan dapat meramalkan apa yang terjadi terhadap sepasang suami isteri yang telah resmi menikah. Keduanya akan hidup bersama, saling menyayangi, membangun tempat tinggal bersama, dan mengasuh anak mereka apabila telah lahir. Begitulah yang seharusnya terjadi sesuai harapan masyarakat. Apabila harapan itu tidak terbukti, maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan norma. Setiap penyimpangan norma akan menghadapi konsekuensi berupa kontrol sosial. Kontrol sosial mencakup segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai dan norma yang berlaku. Kontrol sosial dapat dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain. Proses pelembagaan juga dapat dilihat dari sudut interaksi sosial. Walaupun, sebenarnya antara interaksi sosial dan norma sosial saling berkaitan. Norma sosial menjadi pedoman berlangsungnya interaksi, sementara itu interaksi diatur oleh norma sosial. Interaksi sosial juga dapat melahirkan norma sosial. Seperangkat interaksi sosial dikatakan melembaga bila memenuhi kiteria berikut, ada suatu sistem yang dikembangkan untuk mengatur status dan peran, dan sistem itu sudah diterima masyarakat. Cara-cara mendidik anak dengan mengirimkannya ke sekolah termasuk perilaku yang melembaga karena diterima oleh masyarakat secara umum. Begitu juga cara mendidik anak dalam hal pengetahuan agama dengan mengirimkannya ke pondok pesantren atau sekolah minggu telah menjadi suatu kebiasaan yang diterima masyarakat dan melembaga. Pada hakikatnya, suatu sistem yang mengatur status dan peran sosial adalah Lembaga pendidikan terbentuk akibat adanya interaksi manusia dalam hal transformasi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial. Setiap orang tua menginginkan agar anak-anak mereka memiliki dan menguasai semua hal yang diperlukan dalam hidup di masyarakat. Sementara itu, setiap orang tua juga tidak cukup memiliki waktu dan kapasitas untuk melakukan semua itu sendiri, maka diperlukan adanya guru sebagai transformator. Terbentuklah kelompok orang yang tugasnya mendidik dan mengajar. Selain itu, diperlukan sarana, baik berupa gedung, kurikulum, buku sumber belajar, media ajar, maupun sarana lainnya. Diperlukan pula norma-norma yang mengatur semua aspek yang berhubungan dengan pendidikan. Bagaimana kewajiban seorang siswa. Apa hak dan wewenang guru. Bagaimana hubungan orang tua dan guru. Semua unsur ini membentuk apa yang dinamakan lembaga pendidikan. Agar semua unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya, maka diperlu- kan pengaturan kerja dalam bentuk organisasi atau asosiasi. Sekolah tempat Anda belajar kini tentu ada kepala sekolah, dewan guru, staf tata usaha, dan komite sekolah. Semua itu merupakan satu kesatuan yang disebut asosiasi. Organisasi atau asosiasi merupakan perwujudan lembaga pendidikan. Norma- norma sosial yang telah melembaga diwujudkan oleh asosiasi. Di dalam sebuah asosiasi yang mewujudkan lembaga pendidikan terdapat pembagian status dan peran sosial. Ada yang menjadi kepala sekolah, guru, siswa, atau staf tata usaha. Setiap orang yang memperoleh status dan peran tertentu dalam asoasiasi tentu mengalami pembatasan perilaku Dia harus berperilaku sesuai dengan peran yang diembannya. Misalnya, seorang kepala sekolah harus bisa mencerminkan diri sebagai pemimpin yang adil, jujur, dan bertanggung jawab sekaligus sebagai pengelola sekolah yang cakap (kompeten). Peran sebagai guru atau pendidik juga mengalami pembatasan perilaku. Seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Sementara itu, para siswa dituntut rajin belajar dan mematuhi gurunya. Seiring melembaganya sekolah sebagai lembaga sosial, maka peran-peran tersebut pun dikatakan telah melembaga. Suatu peran dikatakan melembaga bila dikenal, diakui, dihargai, dan ditaati dalam kehidupan sehari-hari. 2. Unsur-unsur Lembaga Sosial Penjelasan mengenai hakikat dan proses pelembagaan di atas selalu melibatkan norma perilaku, dan nilai sosial. Norma-norma sosial yang telah melembaga akhirnya membentuk suatu pola perilaku yang diatur oleh norma Sosiologi SMA/MA Kelas XII tersebut. Pola perilaku seperti ini telah mengalami standarisasi (pembakuan). Nilai-nilai sosial yang mendasari perilaku yang melembaga, kemudian membentuk sikap tertentu yang melembaga juga. Nilai-nilai sosial itu juga dapat berkembang menjadi keyakinan tertentu yang akhirnya dapat menjadi ideologi Suatu pola perilaku berdasarkan norma yang melembaga dengan didasari oleh nilai dan sikap yang melembaga, akhirnya melahirkan ciri-ciri khusus lembaga tersebut. Ciri-ciri itu dapat berbentuk ritual dan upacara (lembaga agama), atau pakaian-pakaian khas dan simbol-simbol tertentu. Semua hal tersebut merupakan unsur-unsur yang membentuk suatu lembaga sosial. Dengan kata lain, lembaga sosial mencakup tiga unsur, yaitu seperangkat pola perilaku yang telah distandarisasi, serangkaian tata kelakuan, sikap, dan nilai-nilai yang mendukung, dan adanya perlengkapan tertentu berupa tradisi, ritual dan upacara, simbol dan pakaian khas, dan simbol-simbol lainnya. Semua unsur tersebut di atas (norma, sikap, nilai, simbol, ritual, dan ideologi) dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur. Ketiganya diuraikan satu per satu Setiap lembaga sosial senantiasa memiliki nilai dan norma dasar yang mengatur perilaku orang-orang yang berinteraksi sebagai pengikut lembaga tersebut. Misalnya, para pemeluk agama memiliki tuntunan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran agama masing- masing. Pemeluk agama Islam dituntut berperilaku sesuai dengan tuntunan akhlaq yang baik sesuai ajaran agama Islam. Demikian juga agama-agama lain tentu memiliki hal yang sama. Tidak hanya agama yang menuntut pengikutnya berperilaku sesuai norma tertentu. Lembaga pemerintahan me- nuntut para aparat untuk bersumpah setia terhadap negara. Para prajurit dituntut mematuhi norma perilaku yang tercantum dalam janji kesetiaan prajurit. Singkatnya, setiap profesi dan lembaga sosial yang bukan profesi senantiasa memiliki kode etik (kode perilaku). Kode perilaku menjadi ciri khas dan patokan interaksi orang-orang yang terlibat dalam lembaga tersebut. Bahkan, Anda sebagai anggota pramuka memiliki Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka. Begitu pula guru-guru, mereka diikat oleh norma perilaku yang disebut Kode Etik Guru. Tanyakanlah kepada guru Anda, aturan-aturan apa saja yang tercakup Setiap kali upacara bendera di hari Senin, pembina upacara membacakan teks Pancasila. Apa Suatu hari mungkin Anda menonton pertandingan bola voli tingkat SMA di daerah Anda. Banyak tim pemain tampil secara bergantian. Bagaimana cara Anda mengenali tim sekolah Anda? Tentu dari corak, warna, atau aksesori tertentu pada kaos tim yang mereka kenakan. Kaos tim menjadi simbol identitas tim sekolah Anda yang tentu sengaja dibuat agar berbeda dengan tim sekolah lain. Kira-kira seperti itulah makna dan fungsi simbol kebudayaan bagi setiap Simbol kebudayaan sebenarnya merupakan konsekuensi adanya nilai dan norma perilaku yang kemudian menimbulkan kekhasan pada lembaga tersebut. Sebagai sebuah ciri khas, simbol merupakan tanda pengenal yang mewakili sebuah lembaga sosial. Wujud simbol lembaga sosial dapat berupa benda, pakaian khas, lambang, maupun lagu. Simbol-simbol lembaga keagamaan misal- nya bulan sabit, salib, atau patung. Simbol negara dapat berupa bendera dan lagu kebangsaan. Simbol suatu lembaga ekonomi (perusahaan) dapat berupa logo atau lagu himne perusahaan. Dengan melihat atau mendengar simbol- simbol tersebut kita dapat mengenali lembaga yang diwakilinya. Seperti yang telah dijelaskan sebelum- nya, bahwa setiap lembaga sosial pada dasarnya merupakan perwujudan dari nor- ma tertentu. Norma tersebut menjadi pedoman perilaku orang-orang yang men- jalankan peran tertentu dalam lembaga yang diikutinya. Setiap norma berakar pada nilai-nilai yang diyakini dan dijunjung dalam lembaga itu. Nilai-nilai itu tidak lain berupa gagasan-gagasan yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu sistem. @ungsi sistem gagasan (ideologi) adalah untuk memberi penjelasan atau dasar hukum bagi norma-norma yang Misalnya, pemerintahan Republik Indonesia merupakan perwujudan sebuah lembaga pemerintahan. Salah satu norma yang mengatur kehidupan ber- masyarakat di Indonesia adalah norma kehidupan beragama. Secara rinci antara lain diatur keharusan warga negara menganut agama tertentu, hubungan antaragama, dan lain-lain. Apabila dipertanyakan, mengapa itu semua perlu diatur, maka dasar hukum atau alasan rasionalnya diambil dari sila pertama Pancasila. Pancasila merupakan ideologi lembaga pemerintahan di Indonesia. Setiap norma yang mengatur interaksi sosial dalam kerangka fungsi pemerintahan harus berdasarkan Pancasila sebagai ideologi. Ideologi yang mendasari pe- nyelenggaraan lembaga pemerintahan RI adalah Pancasila. Pancasila adalah suatu sistem gagasan yang dirumuskan oleh Bung Karno. Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka Sosiologi SMA/MA Kelas XII Selain lembaga pemerintahan, ideologi juga dimiliki oleh semua lembaga sosial. Agama Islam dan Kristen memiliki sistem keyakinan yang dapat menjelaskan proses penciptaan alam semesta. Lembaga perekonomian kapitalis memiliki asumsi-asumsi (anggapan dasar) yang dapat menjelaskan pentingnya pasar bebas. Asumsi-asumsi itu juga merupakan ideologi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah suatu sistem gagasan yang didasarkan pada asumsi, kepercayaan, dan penjelasan mengenai tatanan sosial, struktur sosial, atau cara berperilaku orang-orang terlibat dalam lembaga sosial. Ideologi dapat berisi gagasan dalam bidang ekonomi, politik, filsafat, atau agama. Apabila seseorang telah menganut dan meyakini suatu ideologi, maka segala sesuatu yang dihadapinya selalu didasarkan kepada ideologi yang diyakininya. Pandangan-pandangan lain yang tidak sejalan dengan keyakinan ideologinya aka ditolak. Oleh karena itu, sebuah lembaga sosial yang memiliki ideologi tertentu akan berjalan sesuai dengan ideologi yang 3. Dinamika Lembaga Sosial Lembaga sosial adalah bagian dari masyarakat. Apabila masyarakat berubah, maka lembaga sosial pun turut berubah. Apalagi lembaga sosial berasal dari nilai dan norma sosial yang mempola. Apabila nilai-nilai bergeser dan norma- norma sosial berubah, maka lembaga sosial pun berubah. Masyarakat adalah suatu sistem. Sebagai suatu sistem, setiap unsur dalam masyarakat saling berkaitan. Begitu pula lembaga sosial sebagai bagian dari sistem yang membentuk masyarakat. Berbagai lembaga sosial yang ada di masyarakat saling mempengaruhi. Apabila terjadi perubahan pada salah satu lembaga maka lembaga lain akan terpengaruh. Perubahan atau dinamika lembaga sosial dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut ini. Di masyarakat terdapat berbagai macam lembaga sosial. Keberadaan mereka dalam satu masyarakat selalu saling memengaruhi. Perubahan di satu lembaga dapat menyebabkan perubahan Sebagai contoh, kita akan kembali melihat perubahan lembaga pemerin- tahan kita. Semua sistem pemerintahan kita bersifat sentralisasi, segala sesuatu ditentukan oleh pusat (Jakarta). Sejak reformasi 1998 terjadilah perubahan ke Suatu bentuk dinamika lembaga pen- didikan berkat kemajuan teknologi. Sumber: Tempo, 28 Agustus –3 September 2006 arah desentralisasi. Kewenangan terbesar dilimpahkan kepada pemerintah kabupaten atau kota dengan bentuknya otonomi daerah. Perubahan yang terjadi pada lembaga pemerintahan ternyata berpengaruh kepada berbagai lembaga lain. Dalam bidang pendidikan, dulu semua lembaga pendidikan harus mengajarkan materi yang seragam secara nasional. Sekarang, materi pelajaran lebih banyak ditentukan oleh daerah masing-masing disesuaikan dengan kondisi setempat. Walaupun pemerintah masih memberikan standar minimal yang berlaku secara nasional, namun saat ini setiap daerah (sekolah) lebih banyak berperan dalam menentukan apa-apa yang akan diajarkan kepada Dalam masyarakat modern yang semakin menganggap penting nilai-nilai ilmu pengetahuan, lembaga ilmu pengetahuan sangat berpengaruh terhadap banyak lembaga sosial lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan, me- mungkinkan manusia menemukan berbagai cara (prosedur) baru dan teknologi baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat sehari-hari. Berbagai cara lama terpaksa ditinggalkan dan digantikan cara-cara dari hasil penemuan baru. Saat ini dapat dikatakan hampir tak ada lembaga sosial yang tidak terpengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan ditemukannya berbagai teknologi baru membuat dunia industri (lembaga ekonomi) mengubah cara produksinya. Penemuan-penemuan baru juga memengaruhi metode pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran zaman dulu belum dipermudah dengan teknologi multimedia yang berbasis komputer, sekarang Anda mengalaminya. Lembaga agama pun harus menyesuaikan de- ngan perkembangan baru di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Pesantren- pesantren yang selama ini dianggap berpegang teguh pada nilai tradisional, akhirnya juga mengadopsi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu yang membuat masyarakat semakin bernalar logis, harus diikuti oleh para pemuka agama dalam menerjemahkan ajaran kitab suci agar lebih banyak menggunakan pendekatan ilmiah daripada semata-mata menuntut b. Pengaruh Kaum Cendekiawan @aktor lain yang sangat berpengaruh terhadap dinamika lembaga sosial adalah kaum cendekiawan atau kaum intelektual. Secara umum, kaum cendekiawan adalah orang-orang terpelajar. Namun, tidak semua orang terpelajar dapat disebut cendekiawan. Hanya mereka yang suka berpikir, bergelut dengan dunia gagasan (ide), menguji dan mengritisi segala sesuatu, lalu menyampaikan hasil pemikirannya. Mereka selalu mencermati gejala-gejala di masyarakat, berusaha memahaminya, menemukan hukum-hukum di balik gejala tersebut, mendeskripsikan pemikirannya kepada masyarakat. Termasuk yang tidak dilepaskan dari sorotannya adalah keberadaan lembaga-lembaga sosial. Apabila lembaga-lembaga yang ada di masyarakat bersifat positif, tentu para cendekiawan akan menjelaskan kepositifannya. Namun sebaliknya, apabila lembaga-lembaga itu bersifat negatif maka para cendekiawan akan mengritiknya dengan menjelaskan keburukannya. Sosiologi SMA/MA Kelas XII Tidak jarang para cendekiawan sering dimusuhi oleh para para penguasa. Kejadian seperti ini umumnya terjadi apabila para cendekiawan berseberangan sikap dengan pemimpin lembaga pemerintahan. Banyak contoh yang me- nunjukkan penguasa memusuhi kelompok cendekiawan tertentu yang kritis terhadap pemerintahannya. Misalnya, Bung Karno pernah dibuang dan dipenjarakan pemerintah kolonial Belanda. Sebaliknya, Bung Karno sendiri pernah bersikap yang sama terhadap lawan-lawan politiknya ketika berkuasa. Ketika masa Orde Baru kejadian yang sama banyak terjadi. Walaupun tidak semua orang yang dipenjarakan itu berasal dari golongan cendekiawan. Itulah bentuk-bentuk pengaruh kaum cendekiawan terhadap lembaga pemerintahan. Sebenarnya lembaga-lembaga lain pun mengalami hal yang sama. Lembaga ekonomi (perusahaan) yang perilaku bisnisnya merugikan kelestarian lingkungan hidup tidak jarang memperoleh kritik dari cendekiawan. Tulisan-tulisan atau pidato-pidato ilmiah para cendekiawan banyak orang memengarui pandangan masyarakat terhadap sebuah lembaga sosial. Lembaga perbankan yang dulu mengutamakan kepentingan pebisnis besar sering dikritik para pengamat ekonomi. Akhirnya, banyak bank yang kemudian membuat program layanan kepada masyarakat kecil. Bahkan, kini tumbuh menjamur lembaga keuangan kecil yang khusus melayani kebutuhan masyarakat ekonomi kelas bawah. Lembaga keuangan mikro itu antara lain koperasi simpan pinjam, ), dan badan-badan perkreditan rakyat lainnya. Masih banyak lagi contoh-contoh dinamika lembaga sosial sebagai akibat pengaruh lembaga lain atau pengaruh kaum cendekiawan. Coba sebutkan dinamika yang terjadi pada lembaga peradilan, lembaga keluarga atau perkawinan, dan lembaga-lembaga lain! c. Kredibilitas Lembaga Sosial Pandangan-pandangan kritis kaum cendekiawan yang disampaikan lewat media massa, buku yang mereka tulis, atau melalui forum diskusi dan seminar dapat memengaruhi opini masyarakat secara umum. Walaupun, masyarakat juga memiliki daya kritis sendiri dalam menilai kinerja lembaga-lembaga yang ada. Kedua hal tersebut akhirnya mem- buat tingkat keterpercayaan (kredibilitas) terhadap lembaga menjadi berubah. Semua orang pasti menilai kinerja lem- baga sosial. Apabila penilaian itu negatif, maka kepercayaan terhadap lembaga sosial merosot pula. Sebaliknya, apabila penilaian meningkat kepercayaan terhadap suatu lembaga sosial terjaga dan Kadang-kadang kredibilitas sebuah lembaga dipengaruhi oleh perilaku orang-orang yang tergabung dalam organisasi tersebut. Demikian juga yang dialami lembaga pertahanan dan keamanan kita. Kedua lembaga itu diwujudkan oleh ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) Demikianlah kuatnya penilaian masyarakat terhadap keberadaan sebuah lembaga sosial, apabila masyarakat kurang mempercayai keberadaan sebuah lembaga, maka mau tidak mau lembaga tersebut harus mengoreksi diri. Perubahan tidak harus besar-besaran seperti yang terjadi pada contoh di atas. Perubahan dan penyesuaian kecil seiring tuntutan kebutuhan masyarakat lebih banyak terjadi. Karena kecil, maka pada umumnya kita tidak terlalu me- Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini, kemudian serahkan kepada 1. Buatlah angket dan bagikan kepada teman-teman Anda satu kelas. Mintalah mereka membuat urutan peringkat mengenai tingkat keter- percayaan lembaga-lembaga berikut ini! Kumpulkan jawaban dan buatlah kesimpulan umum untuk menentukan peringkat tingkat keterpercayaan mereka terhadap kelima lembaga tersebut! Lakukan wawancara kepada beberapa orang yang mewakili suara terbanyak untuk setiap lembaga sesuai peringkatnya! Mintalah bantuan guru untuk mengatur teknik pelaksanaan tugas ini! Tulis hasil angket beserta ulasan hasil wawancara kemudian tampilkan di majalah 2. Tentukan salah satu lembaga pemerintahan yang menurut Anda paling besar perubahan yang dialaminya pada tahun-tahun terakhir. Deskripsi- kan proses dan penyebab perubahannya. Tulis deskripsi Anda dalam bentuk makalah dan presentasikan di depan kelas! Sosiologi SMA/MA Kelas XII Kerjakan di buku tugas Anda! 1. Sebutkan empat macam norma sosial yang dapat mengalami proses 2. Bagaimana pengaruh kaum cendekiawan terhadap dinamika lembaga 3. Berikan contoh perubahan lembaga pendidikan yang dipengaruhi oleh perubahan lembaga ilmiah! 4. Apakah yang dimaksud dengan birokrasi? 5. Jelaskan pendapat Anda mengenai penyebab merosotnya keterper- cayaan lembaga sosial di mata masyarakat! Kerjakan di buku tugas Anda! Ungkapkan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah ini, dengan cara memberi tanda cek ( ) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak Setuju) atau R (Ragu-ragu)! 1. Lembaga sosial selalu berubah seiring dengan 2 Keterpercayaan lembaga sosial di mata masya- rakat sangat penting agar lembaga itu dapat menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, kaum intelektual sebaiknya tidak perlu mengeritik keberadaan lembaga sosial. 3 Setiap norma memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami proses pelembagaan. 4 Lembaga yang paling baik adalah yang paling stabil, artinya, tidak terpengaruh oleh perubahan 5 Untuk mengubah lembaga-lembaga pemerin- tahan agar sesuai dengan keinginan masyarakat luas, kalau terpaksa perlu dilakuan gerakan 1. Lembaga sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisasi. Lembaga sosial merupakan suatu sistem norma yang mengatur perilaku warga masyarakat untuk mencapai tujuan atau kegiatan yang dianggap penting oleh masyarakat. Lembaga juga dapat dikatakan sebagai sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu 2. Di masyarakat terdapat lima lembaga sosial yang penting, antara lain: a. keluarga atau lembaga perkawinan, d. lembaga perekonomian, dan 3. Proses pelembagaan adalah proses pergantian perilaku yang semula bersifat spontan atau coba-coba menjadi perilaku yang teratur, berpola, dan berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan (norma). 4. Norma-norma yang mengalami pelembagaan, antara lain: 5. Lembaga sosial mencakup tiga unsur, yaitu a. seperangkat pola perilaku yang telah distandarisasi, b. serangkaian tata kelakuan, sikap, dan nilai-nilai yang mendukung, c. adanya perlengkapan tertentu yang berupa tradisi, ritual dan upacara, simbol dan pakaian khas. Sosiologi SMA/MA Kelas XII 6. Perubahan atau dinamika lembaga sosial dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: a. pengaruh antarlembaga, b. pengaruh kaum cendekiawan, dan c. kredibilitas lembaga sosial. LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) Di antara lembaga-lembaga sosial yang ada di masyarakat, ada yang tergolong Lembaga Swadaya Masayrakat (LSM). Istilah LSM sebenarnya terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggris, yaitu atau disingkat dengan NGO. Dalam masyarakat kita sering pula disebut Ornop (Organisasi Non Pemerintah). LSM merupakan organisasi yang didirikan oleh peorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya, dan organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi, ataupun negara. Secara umum, lembaga swadaya masyarakat memiliki ciri-ciri antara lain: a. bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara; b. kegiatannya tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba); c. kegiatan mereka dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang dilakukan koperasi ataupun organisasi profesi. Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, maka secara umum LSM di Indonesia berbentuk yayasan. Dari ribuan dan bahkan jutaan LSM yang ada di masyarakat dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut. a. Lembaga donor, yaitu LSM yang memberikan dukungan biaya bagi b. Lembaga mitra pemerintah, yaitu LSM yang bermitra dengan pemerintah dalam menjalankan kegiatannya. Sumber: www.tokohindonesia.com c. Lembaga profesional, yaitu LSM yang melakukan kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti LSM pendidikan, lembaga bantuan hukum, ikatan wartawan, ikatan dokter kesehatan, dan lain- d. Lembaga oposisi, yaitu LSM yang melakukan kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang kebijakan pemerintah. LSM jenis ini bertindak melakukan kritik dan pengawasan terhadap keberlangsungan Menurut sebuah laporan PBB, diperkirakan terdapat sekitar 29.000 LSM lintas negara pada tahun 1995. Apabila dilihat per negara, jumlah LSM Amerika Serikat kira-kira 2 juta buah, di Rusia terdapat 65.000 LSM, dan di Kenya dibentuk sebanyak 240 LSM setiap tahun. Cobalah Anda cari informasi, ada berapa banyak LSM di daerah Anda, dan berapa banyak pula se-Indonesia? Sumber: www.wikipedia.org DOKTOR PENDIRI LEMBAGA PEDULI PEREMPUAN Gadis Arivia lahir di New Delhi, India, pada tanggal 4 September 1964. Beliau adalah seorang dosen filsafat di Universitas Indonesia. Pendidikan yang Beliau jalani adalah Sekolah Dasar di , Budapest; Kelas 1 SMP Tebet, Program Diploma III Sastra Prancis Universitas Indonesia, Studi filsafat di Universitas Indonesia, Ecole Haute Etudes Scientifique Sociale menjadi Doktor bidang @ilsafat di Universitas Indonesia dengan disertasi Dekonstruksi ilsafat Barat Pada tahun 1990-an, di Indonesia mulai menyebar pandangan pos- modernisme. Pandangan ini bermula dari kritik seni, arsitektur dan filsafat, kemudian berkembang menjadi kritik dan keraguan terhadap teori-teori Sosiologi SMA/MA Kelas XII modernisasi dan industrialisasi. Pelopor paham ini adalah Jacques Derrida, Ecole Haute Etudes Scientifique Sociale tempat Gadis Arivia kemudian belajar. Sekembalinya ke Tanah Air, Beliau bersana rekan-rekannya mendirikan Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) pada tahun 1996. Yayasan itu merupakan LSM yang bertujuan untuk memperjuangkan nasib kaum perempuan di Indonesia. Menurut Gadis, kaum perempuan di pelosok wilayah Indonesia sangat membutuhkan batuan, baik dalam hal pendidikan ataupun masalah lain yang belum tersentuh oleh pemerintah. Beliau mengelola yayasan tersebut dengan sepenuh hati walau tidak memperoleh bayaran, sambil Dalam memperjuangkan nasib kaum perempuan, YJP menerbitkan jurnal bertiras 2.000 eksemplar untuk kalangan menengah atas dan akademisi. Selain itu, Beliau juga menyelenggarakan penyiaran program radio (102 stasiun), yang ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah. Sumber: www.tokohindonesia.com Kerjakan di buku tugas Anda! A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Lembaga sosial tidak sama dengan asosiasi atau organisasi, karena …. a. lembaga sosial bersifat abstrak, sedangkan asosiasi bersifat konkret b. organisasi sosial memiliki pengurus, sedangkan lembaga sosial tidak c. lembaga sosial terjadi dengan sendirinya, sedangkan organisasi d. asosiasi merupakan pengejawantahan lembaga sosial, sedangkan lembaga sosial merupakan pola perilaku sosial e. lembaga sosial terdiri dari norma-norma sedangkan asosiasi terdiri 2. Hakikat lembaga perbankan adalah …. a. struktur organisasi para pegawai bank b. semua jaringan bank-bank yang ada di masyarakat c. prosedur untuk memenuhi kebutuhan bertransaksi d. suatu perusahaan yang mengelola keuangan e. suatu industri keuangan yang menarik bunga dari masyarakat 3. Sekolah tempat Anda belajar merupakan sebuah asosiasi, karena …. a. memiliki struktur organisasi sosial b. berungsi memenuhi kebutuhan akan pendidikan c. merupakan kumpulan orang-orang yang menjalankan fungsi d. didirikan dengan ujuan untuk mendidik warga masyarakat e. dikelola berdasarkan prinsip birokrasi yang rasional 4. Lembaga sosial terbentuk dengan tujuan …. a. memperoleh keuntungan ekonomi b. memenuhi kebutuhan masyarakat c. memberikan lapangan pekerjaan e. mengatur perilaku warga masyarakat 5. Manusia memiliki kebutuhan dasar untuk meneruskan keturunan. Untuk itu diperlukan prosedur yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut, 6. Lembaga pemerintahan tetap kekal walaupun presiden dan menteri- menterinya demisioner. Hal ini karena …. a. lembaga pemerintahan tidak membutuhkan presiden b. presiden dan para menteri hanya merupakan aparat pelaksana tugas c. masa tugas seorang presiden dibatasi oleh undang-undang d. presiden dan para menteri memang dapat diganti sewaktu-waktu e. presiden dan para menteri telah habis masa tugasnya 7. Lembaga sosial tidak dapat dilepaskan dari birokrasi (kecuali keluarga), a. pada hakikatnya lembaga sosial sama dengan birokrasi b. birokrasi selalu terjadi dalam setiap lembaga sosial c. lembaga sosial dan birokrasi adalah dua hal yang sama d. lembaga sosial memerlukan asosiasi e. asosiasi dikelola dengan birokrasi Sosiologi SMA/MA Kelas XII 8. Setiap birokrasi selalu cenderung berbelit-belit, karena …. a. terjadi kecenderungan pembagian tugas secara rinci b. para petugas (birokrat) senang mengulur-ulur urusan c. para birokrat bekerja sama dengan instansi lain d. jaringan kerja birokrasi sangat luas dan panjang e. setiap urusan melibatkan bagian-bagian yang tidak perlu 9. Keberadaan lembaga sosial bersifat kekal, artinya …. a. lembaga sosial tetap ada walaupun pengelola asosiasinya berkali b. sampai kiamat pun suatu lembaga sosial akan selalu ada c. lembaga sosial tidak dapat bubar atau mati d. proses regenerasi selalu terjadi pada lembaga sosial e. lembaga sosial selalu berusaha menyesuaikan diri 10. Bila sistem pendidikan berubah karena undang-undang pendidikan berubah, maka dinamikan yang terjadi disebabkan oleh …. a. pengaruh antarlembaga sosial b. pengaruh perkembangan teknologi c. pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan d. kritikan para cendikiawan e. pengaruh perubahan sosial secara umum 11. Proses pelembagaan berlangsung tidak direncanakan, maksudnya a. lembaga sosial terjadi secara tiba-tiba b. proses pelembagaan ditentukan oleh konsensus c. terbentunya lembaga sosial bergantung kebutuhan d. terbentuknya lembaga sosial berlangsung dengan sendirinya e. lembaga sosial tidak dapat direkayasa 12. Institusionalisasi norma sosial terjadi bila …. a. norma-norma berubah menjadi kebiasaan dan diterima umum b. masyarakat menganggap norma tersebut penting c. perkembangan masyarakat sejalan dengan norma tersebut d. lembaga sosial memerlukan norma tersebut e. norma tersebut dinilai penting bagi masyarakat 13. Perilaku yang telah melembaga adalah …. a. perilaku yang bersifat eksperimental b. diterimanya perilaku oleh lembaga c. perilaku yang telah mempola d. perilaku yang dianggap penting e. perilaku yang teratur dan sistematis 14. Suatu kebiasaan dianggap penting apabila …. a. disukai masyarakat secara umum b. berkaitan dengan kebutuhan yang penting c. menyangkut nilai-nilai sosial yang penting d. telah melembaga dan diterima masyarakat e. telah berlangsung rutin dan disetujui bersama 15. Agar kode perilaku dalam lembaga sosial tidak terlupakan, maka perlu 16. Setiap lembaga pemerintahan memiliki simbol lembaga, yaitu berupa …. a. lagu kebangsaan dan bendera negara b. bendera negara dan jumlah penduduk c. lagu kebangsaan dan semboyan d. flora dan fauna nasional e. maskot lembaga pemerintahan 17. Nilai-nilai yang berupa gagasan-gagasan yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu sistem disebut …. 18. Perubahan lembaga sosial dapat terjadi karena hal-hal berikut ini, 19. Perkembangan ilmu pengetahuan yang berpengaruh terhadap lembaga keluarga terjadi pada aspek-aspek berikut ini, Sosiologi SMA/MA Kelas XII 20. Suatu lembaga sosial akan bubar apabila …. a. tidak ada warga masyarakat yang membutuhkannya b. tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat c. muncul lembaga lain yang lebih menarik d. terjadi pergantian pimpinan asosiasi e. lembaga tersebut ketinggalan zaman B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan singkat dan jelas! 1. Jelaskan proses pelembagaan suatu norma! 2. Mengapa lembaga sosial secara tidak disengaja? 3. Jelaskan pengertian lembaga sosial menurut Horton dan Hunt! 4. Jelaskan pengaruh kaum cendekiawan terhadap lembaga sosial! 5. Berikan contoh perubahan lembaga akibat pengaruh lembaga lain! 6. Sebutkan unsur-unsur lembaga sosial! 7. Apakah yang dimaksud dengan kode etik? 8. Mengapa kredibilitas lembaga sosial dapat meningkat dan merosot? 9. Jelaskan pengertian cara ( ). Berikan masing-masing satu contoh! 10. Apa hubungan antara lembaga sosial dengan birokrasi? |