Lidya melayani Tuhan dengan menampung Para pengikut Tuhan di rumahnya ia juga bekerja sebagai

Perempuan yang Bekerja dan Beribadah

Kisah Rasul 16:13-15

Ibu-Ibu yang terkasih dalam Kristus Yesus,

Salah satu alasan dari kaum perempuan tidak hadir dalam ibadah adalah karena sedang mengurus hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, baik pekerjaan bisnis maupun pekerjaan rumah tangga. Perempuan yang berkerja serta mengurus pekerjaan tidak salah, sebab hal itu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan jasmani kita di dunia ini. Akan tetapi, kita juga butuh merawat dan memenuhi kebutuhan jiwa dan rohani kita melalui persekutuan dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama komunitas perempuan di gereja. Dengan kata lain, diperlukan keseimbangan dalam hidup perempuan sehingga ibadah tidak tertinggal karena melulu mengurus pekerjaan. Sebagai perempuan Kristen, kaum Ibu diajak untuk tetap memiliki dan menetapkan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan dalam ibadah. Membagi waktu yang kita terima dari Tuhan untuk bekerja dan beribadah.

Hari ini, melalui teks Firman yang tertulis dalam Kisah rasul 16:13-15 kita akan merenung dan belajar dari teladan yang ditunjukkan oleh Lidia, seorang perempuan di kota Filipi. Dalam perjalanan penginjilannya, Paulus dan Silas, atas perkenanan Tuhan, berangkat menuju Makedonia dan memberitakan injil di sana. Filipi adalah salah satu kota yang menjadi bagian dari Makedonia, kota tempat perantauan orang roma. Di kota ini, mereka bertemu dengan Lidia yang baik hati dan beribadah kepada Tuhan.

Berkumpul dan beribadah pada Hari Sabat

Ibu-Ibu yang terkasih, teks kita hari ini dimulai dengan berita bahwa Paulus dan Silas keluar pintu gerbang kota pada hari sabat. Di sana mereka menemukan tempat ibadah orang Yahudi. Di tempat itu, mereka melihat ada sekelompok perempuan dan menggabungkan diri dalam percakapan dengan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa para perempuan itu adalah perempuan Yahudi yang taat menjalankan ibadah di bait suci. Sesibuk apapun mereka, pada waktu Sabat mereka datang berkumpul dan memuji Tuhan yang mereka sembah sesuai dengan ajaran Yahudi. Pekerjaan bukan alasan untuk tidak mengikuti ibadah bersama dengan perempuan yang lain. Inilah yang kiranya kita tiru saat ini. Apapun aktivitas kita, marilah tetap setia mengikuti persekutuan perempuan di jemaat ini yang kita lakasakan setiap minggu pertama bulan berjalan dan juga dalam kebaktian minggu dan sektor bersama dnegan seluruh jemaat.

Berbisnis dan Beribadah

Ibu-Ibu yang terkasih, salah seorang yang namanya disebut dalam teks kita hari ini dari para perempuan tersebut adalah Lidia. Dia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Kota Tiatira sangat jauh dari Filipi. Kemungkinan ia datang dan berdiam di Filipi karena pekerjaannya sebagai pedagang kain ungu. Ia seorang pebisnis yang menampung dan menjual kain ungu. Ia perempuan yang mapan dan berhasil. Meski seorang pebisnis, rupanya Lidia yang tentunya repot, tidak meninggalkan persekutuan perempuan dan senantiasa ikut beribadah. Ia sadar kebutuhan jasamaninya perlu dirawat dengan bekerja, sekaligus jiwanya dengan beribadah. Ia memeragakan kesimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani. Hal inilah yang ingin kita teladani dari Lidia. Kiranya kita tidak membuat pekerjaan, bisnis, urusan rumah tangga, yang semuananya adalah berkat dari Tuhan, menjadi alasan kita untuk tidak ikut dalam persekutuan seksi perempuan dan ibadah di jemaat ini. Seluruh pekerjaan yang kita tekuni saat ini adalah berkat dari Tuhan dan kiranya berkat itu tidak menjauhkan anda dari sang sumber berkat. Sebaliknya, kita tetap butuh Tuhan agar bisa merawat dan menjalankan pekerjaan itu dengan baik. Cintailah kehidupan jasmanimu dan cintai jugalah kehidupan jiwa dan rohanimu. Hidup jasmani bisa terasa kering dan hampa meski kita memiliki banyak harta jika jiwa kita gersang.

Hati yang terbuka bagi Firman

Ibu-ibu yang terkasih, tentu penting datang dan mengikuti ibadah perempuan tidak hanya fisiknya yang hadir tetapi pikiran dan hatinya melayang entah kemana. Ketika beribadah ketiganya,tubuh, hati, dan pikiran kiranya betul-betul hadir terutama ketika mendengar pemberitaan Firman. Sebab akan selalu ada godaan untuk tidak memperhatikan pemberitaan firman. Pikiran dan hati kita bisa saja memikirkan hal lain meski telinga kita mendengar Firman. Misalnya, ketika pengkhotbah memberitakan Firman, dalam hati dan pikiran ibu-ibu sekalian berseliwearan banyak hal seperti: jemuran, kompor gas, makan malam, pekerjaan di ladang, di toko, harga tomat atau kopi, dll sehingga tidak memperhatikan pengkhotbah sebaliknya sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia pulang dari Ibadah tidak mendapat apa-apa. Ia datang dan pulang degan pikiran dan beban yang sama.

Oleh karena itu, kita perlu mendengar Firman dan meyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Terutama hati kita agar Tuhan yang berkuasa didalamnya. Lidia yang mendengar Firman Tuhan itu, dalam teks ini disebutkan Tuhan membuka hatinya sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Lihat kunci supaya dapat memperhatikan Firman yang disampaikan adalah Tuhan membuka hati. Kapankah itu terjadi? ketika kita mendengar Firman dan menyerahkan hati kita untuk Tuhan. Tuhan yang berkuasa membuka hati yang tertutup, meneduhkan hati yang gusar, menertipkan hati dan pikiriran yang berseliweran. Itu sebabnya, dalam setiap ibadah kita perlu berdoa agar Tuhan membuka hati kita untuk Firmanya dan menutupnya bagi yang lain.

Ibu-Ibu yang terkasih, hati yang dibuka oleh Tuhan membuat Lidia mampu memperhatikan apa yang diberitakan oleh Paulus. Kata memperhatikan di sini bisa juga dimaknai merenungkan secara mendalam dan kemudian berujung dengan mempraktikkan apa yang didengarnya. Ia fokus dan tidak terganggu oleh apapun. Hatinya dipenuhi oleh Firman dan diselimuti sukacita dan kekuatan dari Tuhan. Kemudian ia memberi diri dan hidupnya kepada Tuhan Yesus. Ia dibaptis dan menjadi pengikut Kritus yang percaya. Ia menjadi perempuan pertama di Eropa yang percaya pada Tuhan dan namanya dicatat dalam Alkitab. Lihatlah betapa iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan (Rom. 17:17). Tidak hanya dia, tetapi seisi rumahnya, kelaurga dan pekerjanya dibabtis dan mengikut Tuhan (ay. 15). Betapa Lidia menjadi akar dan buah sulung yang merangkul seluruh keluarganya menjadi pengikut Yesus. Tanpa disadari, Lidia berhasil menjadi pokok yang membawa cabang-cabangnya pada Tuhan. Ia perempuan tetapi dimampukan membawa seluruh isi rumahnya mempercayai dan menyembah Tuhan. Apa kuncinya? Hati yang dibuka oleh Tuhan.

Jika ibu-ibu sekalian ingin membawa seisi rumahmu kepada Tuhan, maka mulailah membuka hatimu kepada Tuhan, dengar, perhatikan, renungkan, dan praktikkan Firman Tuhan. Agar engkau diubahkan Tuhan dan menjadi teladan bagi seisi keluargamu. Jangan lagi menunggu suamimu mengajak keluargamu berdoa dan beribadah, mulai saat ini Ibu-Ibu yang berinisiatif mengajak seisi rumah untuk berdoa dan beribadah.

Hati yang terbuka dan Keramahtamahan

Ibu-Ibu yang dikasihi oleh Tuhan,

Dampak lain dari hati yang dibuka oleh Tuhan adalah Lidia menjadi orang yang mampu memeragakan kemurahan dan keramahtamahan. Dalam teks ini disebutkan Ia mengajak kami, katanya:" Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku" Ia mendesak sampai kami menerimany (ay.15b). Dengan ajakan ini, lidia ingin menunjukkan bahwa ia benar benar percaya dan dapat dipercaya oleh Paulus dan Silas. Ia juga ingin mendapat kepastian bahwa Paulus dan Silas  yakin akan iman percayanya. Selanjutnya, Lidia ingin menunjukkan rasa syukur dan terimakasihnya kepada Tuhan melalui Paulus dan Silas yang telah mengubah hidupnya. Ia ingin menjamu mereka yang sudah memberi kelimpahan bagi jiwanya. Rumahnya terbuka bagi orang yang Melayani Tuhan dan menjamunya dengan makanan terbaik di rumahnya. Dia tidah hanya meminta, tetapi mendesak Paulus dan Silas sampai mereka mau. Iman dan keterbukaan hati Lidia telah memabawanya kepada keteguhan tekad, keramahtamahan, dan kemurahatian. Ia perempuan yang kaya, berhasil dan tidak pelit.

Akan tetapi, kita tidak bisa melupakan bahwa hal terbesar yang diperoleh Lidia dalam keramahannya itu adalah kesempatan yang terbuka baginya untuk semakin banyak mendengar dan belajar dari Paulus dan Silas. Sebab jika Paulus dan Silas singgah di rumahnya, Lidia akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar dan berdoa bersama. Betapa Lidia menjadi orang yang haus akan kebenaran Firman Tuhan.

Akhirnya, kiranya teladan Lidia ini dapat kita tiru dalam kehidupan rohani kita sehari-hari. Kehidudpan yang berimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani. Perempuan pekerja keras dan tekun beribadah. Perempuan yang mau diubahkan dan mengubah seisi rumahnya. Perempuan yang tidak mau hanya dirinya yang selamat tetapi membawa keluarganya pada keselamatan. Perempuan yang fokus pada pekerjaan saat bekerja dan fokus pada Firman Tuhan saat beribadah. Perempuan yang terbuka hatinya serta haus akan Firman yang mendorong menjadi perempuan yang ramah, murah hati, dan senantiasa bersyukur. Mari membuka hati bagi panggilan Tuhan, jangan keraskan hati, buang kesombongan, dengar, perhatikan dan praktikkan firman Tuhan dalam kehidupanmu seharihari. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin