Manakah pernyataan dibawah ini yang bukan merupakan teknik mendengarkan yang efektif?

Salam dan Bahagia Sahabat Sains

Pada sesi berbagi ini, admin sahabat sains akan meresume modul 2.3.a.4.2 Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 1. 

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching
  2. CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam rangka coaching pada murid

Manakah pernyataan dibawah ini yang bukan merupakan teknik mendengarkan yang efektif?

Pengertian Komunikasi Secara Umum

Komunikasi dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak kepihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan ataupun tanda peraga. Komunikasi dapat terjadi satu arah dan dua arah, dimana ada peran pemberi pesan dan penerima pesan.

Manakah pernyataan dibawah ini yang bukan merupakan teknik mendengarkan yang efektif?


Dalam bukunya Beck, Benet dan Wall mendeskripsikannya sedemikian: Komunikasi adalah tentang diri kita, berawal dari dalam kita dan melalui kita. Komunikasi merepresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan memberikan arti bagi kehidupan. Makna komunikasi menjadi lebih luas dan dalam ketika ada keinginan dari dalam diri manusia yang mendorong komunikasi mereka untuk menjadi lebih berdampak bagi kehidupan baik sang pemberi pesan ataupun penerima pesan, yakni komunikasi yang memberdayakan potensi setiap pihak sehingga dapat menghasilkan perubahan arti kehidupan. Komunikasi yang sedemikian dapat membentuk relasi, menciptakan kenyamanan, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan.

Unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan:

1) Hubungan saling mempercayai

Rasa aman dan nyaman akan hadir dalam sebuah hubungan jika ada rasa saling memperhatikan baik keadaan pribadi atau kesejahteraan profesionalnya. Bagi murid, bahwa kita peduli pada kualitas belajarnya akan membuat murid berasumsi bahwa komunikasi kita bertujuan untuk perbaikan mutu. Kepercayaan merupakan jalan dua arah.

2) Menggunakan data yang benar

Dalam setiap komunikasi diperlukan data yang benar dan dinamika yang sesuai. Tanpa gambaran akurat tentang pesan atau masalah yang sedang dibahas, maka kesan subjektivitas akan hadir dalam proses komunikasi.

3) Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi

Komunikasi memberdayakan seyogyanya menuntun rekan bicara kita untuk mampu berefleksi atas diri mereka dan mengenali pesan atau isu yang dibahas dengan benar. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab atas pesan dari proses komunikasi yang ada akan membuat dampak pada jangka yang lebih panjang.

4) Rencana tindak lanjut atau aksi

Jika diperlukan, buatlah rancangan konkrit sebagai hasil dari proses komunikasi. Hal ini sebagai bentuk komitmen dari sebuah komunikasi yang bertujuan positif dan efektif.

Coaching adalah salah satu kompetensi pemimpin di abad 21 yang perlu untuk terus dikembangkan, dan lewat keterampilan berkomunikasi yang terus diasah, kita dapat memberdayakan potensi murid kita sehingga baik mereka ataupun diri kita sendiri dapat optimal dalam belajar dan berkarya 

Aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik Coaching ada empat, sebagai berikut:

A. Komunikasi Asertif

Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan seringkali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respon yang tepat. Untuk lebih memahami, simaklah video berikut ini.


Pengertian


Komunikasi asertif adalah gaya berkomunikasi yang tegas dan lugas tetapi tetap mempertimbangkan perasaan dan kondisi lawan bicara. Pola komunikasi ini melibatkan 3C, yaitu:

  • Confidence (Percaya diri). Anda harus percaya dengan kemampuan diri Anda untuk menghadapi situasi ini.
  • Clear (Jelas). Pastikan bahwa semua apa yang ingin disampaikan jelas dan mudah dipahami agar tidak terjadi miskomunikasi.
  • Controlled (Terkontrol). Anda adalah pihak yang menyampaikan informasi dan mengontrol emosi dengan tenang.

Ciri komunikator asertif

Komunikator dapat memadukan gaya komunikasi agresif dan gaya komunikasi pasif secara tepat dan bermanfaat. Pada komunikator asertif ada kepercayaan diri untuk memandang status sama, bahwa semua orang berhak menyampaikan pendapatnya untuk mencari pemecahan masalah, dan belajar mendengarkan pendapat orang lain. Ada juga tindakan proaktif dan ekspresif sehingga pesan dapat tersampaikan dengan jelas.

Makna asertif yaitu jujur dan rasa hormat. Komunikator asertif lebih melihat ke dalam diri seseorang. Memahami perasaan, bertanggung jawab terhadap apa yang dipikirkan dan jujur melakukan pesan verbal, dan non verbal. 

Berdasarkan video di atas langkah - langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator asertif, yaitu :

  1. Memahami situasi dan gaya komunikasi orang yang diajak berkomunikasi.
  2. Menyampaikan fakta dan tidak menghakimi.
  3. Menggunakan kata saya. Kata “saya” juga membantu Anda menguasai reaksi Anda sendiri dan lebih sedikit menyalahkan lawan bicara. Anda akan cenderung memberikan contoh solusi atau rasa tanggung jawab dan menggerakkan lawan bicara untuk sama-sama melakukan perubahan positif.
  4. Melatih bahasa tubuh dan nada bicara. Posisikan tubuh Anda untuk mencerminkan kepercayaan diri saat berkomunikasi, misalnya berdiri tegak, menatap mata lawan bicara, namun tetap rileks. Bicaralah dengan nada yang tegas, tapi tetap menyenangkan, tidak intimidatif.
  5. Mendengarkan dan bertanya. Ketika berkomunikasi, dengarkan baik-baik apa yang lawan bicara Anda sampaikan. Bertanyalah agar Anda juga dapat  memahami sudut pandang lawan bicara.
  6. Mencari win-win solution (bijaksanalah) untuk mencapai kompromi. 

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain. Dalam coaching, sebagai seorang coach kita akan menghendaki adanya hasil yang dicapai dan ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun. Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:

1. Menyamakan Kata Kunci 

Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi. Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya. 

Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya. 

Misal: “Pikiranmu ternyata mudah ambyar ya Nak. Bisa kamu ceritakan apa faktor yang mudah sekali membuat konsentrasi belajarmu di kelas ambyar?”; “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan tadi?”

2. Menyamakan Bahasa Tubuh 

Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya. 

Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.

3. Menyelaraskan Emosi 

Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya. Contoh: 

Murid : “Saya sudah gak bisa kerja sama Toni lagi Bu. Dia tidak pernah menerima ide yang saya berikan.” 

Guru : “Ya, Ibu dapat memahami perasaan kamu. Tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pendapat orang lain.” 

Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.


B. Pendengar aktif

I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant~Alan Greenspan

(Saya tahu bahwa anda percaya diri bahwa anda memahami apa yang anda pikir saya katakan, namun saya tidak yakin bahwa anda menyadari bahwa apa yang anda pikir sudah didengar, dan ini bukanlah yang saya maksudkan).

Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.

Simaklah Video Berikut ini.


Ketika kita mendengar kita harus membawa hormat kepada pembawa pesan dan memperhatikan pesannya. Baik sang pendengar ataupun penyampai pesan berkomunikasi dengan optimal. Kita harus memandang wajah lawan bicara dan melakukan kontak mata. saat mendengarkan harus fokus pada lawan bicara. Mendengarkan dengan kesungguhan hati dan niat untuk berkomunikasi dengan lawan bicara. Dengan empat karakter tersebut, telinga, orang, mata, dan hati sudah menjadikan kita pendengar yang baik, karena berfokus pada isi dan makna pesan yang disampaikan. Ketika kita mendengarkan kita diharapkan membawa kebaikan dan mendengarkan hal baik. Mendengarkan adalah sebuah proses yang membutuhkan keutuhan diri. 

Mendengarkan adalah bagian dari proses komunikasi yang akan membangun relasi kita dengan orang lain. Karenanya kita harus fokus mendengarkan lawan bicara kita. Mendengarkan aktif memerlukan komitmen diri untuk kita melatihnya sehingga kita mampu menjadi komunikator yang memberdayakan. 

Mendengarkan yaitu  proses aktivasi saraf pendengaran yang dilakukan secara sadar dan bertujuan. Mendengarkan berarti memberikan perhatian bukan hanya pada cerita, tapi bagaimana cerita itu disampaikan. Memperhatikan pesan verbal maupun non verbal. Mendengarkan memerlukan sebuah konsentrasi. Mendengarkan memerlukan keterampilan dan memiliki peran penting dalam menjaga sebuah relasi dalam sebuah hubungan. Mendengarkan memperluas kegiatan mendengar  karena kita menaruh fokus pada makna pesan yang disampaikan lawan bicara pada bahasa lisan dan bahasa tubuh mereka dan bagaimana kita meresponnya. 

Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:

  • Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
  • Emosi dan perasaannya
  • Pikirannya
  • Bahasa tubuh dan mimik wajah
  • Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
  • Usaha dan hasil yang dicapai
  • Materi lainnya yang disampaikan

Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.

Teknik mendengarkan aktif

  1. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan. Pesan yang disampaikan bisa terkomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Karenanya, sebagai coach kita perlu fokus dakomitmen diri pada awal sesi.
  2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan. Bahasa tubuh dan respon kita dapat secara efektif menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita bahwa kita memperhatikan setiap pesan yang disampaikan. Contoh bahasa tubuh dan respon kecil yang menunjukkan bahwa seseorang mendengarkan secara aktif:  Respon singkat – ‘oh’ , ‘iya’, ‘hm…” Anggukan kecil – tanda mengerti apa yang disampaikan. Raut wajah positif – senyum Kontak mata – jaga kontak mata Postur tubuh – condong ke arah rekan bicara kita dan hindarimelipat tangan di depan dada  Gerakan tubuh – hindari menggoyangkan jari atau kaki
  3. Menanggapi perasaan dengan tepat. Nada positif dan berikan afirmasi kepada apa yang disampaikan oleh rekan bicara kita. Fokus kepada masalah atau topik yang disampaikan. Contoh: “Saya merasakan apa yang kamu alami saat ini.”, “Sepertinya kamu telah menangani masalahmu dengan cukup baik.”, “Saya kagum dengan usahamu.”
  4. Parafrase. Ini digunakan ketika kita hendak menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri. Contoh: Murid: “Saya kecewa orang tua saya tidak pernah mau mengurusi sekolah saya.”  Anda: “Jika boleh Ibu simpulkan, kamu ingin ayah ibu mu aktif mendampingi kamu dalam pemilihan jurusan dan sekolah?”
  5. Bertanya. Pendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita. Bagian ini akan kita bahas pada aspek komunikasi yang memberdayakan berikutnya.

C. Bertanya Efektif

Apa sulitnya ya bertanya? Tiap hari kita mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain di sekeliling kita dan kepada diri kita sendiri. Coba kita pikirkan bersama, mengapa keterampilan bertanya perlu untuk dipelajari?

‘Bertanya’ pada coaching merupakan kemampuan bertanya dengan tujuan tertentu. Bukan sekedar jawaban singkat yang diharapkan, namun pertanyaan yang diberikan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.


Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.


1. Pertanyaan tertutup
Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat
coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi. JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk. Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.

2. Pertanyaan yang mengarahkan

Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon 

coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam sesi coaching, peran kita yang sedemikian harus ditanggalkan. Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan. Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”

Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”

Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”
Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus
memasak?”

D. Umpan Balik Positif
Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee

Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):


  • Langsung diberikan saat komunikasi. Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”
  • Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”
  • Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan. Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”
  •  Apresiasi – menyertakan motivasi positif. Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”

Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui.

Selamat Berkomunikasi secara Asertif Bapak/ Ibu Calon Guru Penggerak