Membeli barang secara berlebihan kemudian tidak dimanfaatkan sehingga menjadi terlantar disebut

Di era globalisasi ini, keadaan kerap mengharuskan kita untuk dapat beradaptasi dalam mengikuti perkembangan zaman. Dari tahun ke tahun, berkembangnya teknologi yang semakin canggih dan cukup pesat ini pun menuntut kita untuk meningkatkan daya beli.

Memiliki daya beli memang merupakan hal yang patut untuk disyukuri. Namun, dengan memiliki daya beli ini bukan berarti kamu bisa menghamburkan uang kamu dengan menghabiskannya untuk membeli barang-barang yang kamu inginkan secara berlebihan. Bersifat konsumtif akan menyebabkan pemborosan yang nantinya akan merugikan kamu.

Apa itu gaya hidup konsumtif? Dan bagaimanakah cara kita menghindari perilaku tersebut? Simak jawabannya dalam artikel ini!

Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup konsumtif merupakan gaya hidup dimana seseorang yang secara berlebihan membeli suatu barang atau jasa dengan mengutamakan keinginannya daripada kebutuhannya dan secara ekonomi akan menyebabkan pemborosan.

Ciri Gaya Hidup Konsumtif

Siapa nih, yang suka gengsian? Selain memiliki gengsi yang tinggi, ciri-ciri gaya hidup konsumtif adalah ketika seseorang secara terus menerus selalu berusaha untuk mengikuti tren.

Keinginan mengikuti tren ini bisa disebabkan dari dua faktor, yaitu faktor internal yang dimana kamu selalu mempunyai rasa tidak pernah puas dengan apa yang kamu miliki sekarang sehingga kamu merasa harus selalu membeli barang baru yang sedang tren saat itu.

Kemudian, faktor kedua yaitu faktor eksternal. Ketika orang-orang disekitar kamu memiliki suatu barang keluaran terbaru, bukan tidak mungkin hal ini akan menimbulkan keinginan kamu untuk memiliki barang itu juga. Tekanan sosial ini pun mendorong kamu untuk berperilaku konsumtif.

Hayo, siapa yang masih bersifat seperti ini?

Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif dan Hedonisme

Gaya hidup konsumtif ini cukup sering disalah artikan sebagai hedonisme. Secara umum, kedua hal tersebut memang cukup mirip. Tetapi, jika dilihat dari artinya, konsumtif dan hedonisme merupakan dua hal yang berbeda.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, hedonisme merupakan pandangan hidup yang menganggap bahwa kenikmatan atau kesenangan secara materi merupakan satu-satunya tujuan utama hidup.

Perbedaan gaya hidup konsumtif dan hedonisme adalah hedonisme merupakan suatu pandangan hidup sedangkan gaya hidup konsumtif merupakan tindakan yang dilakukan ketika kamu berpegang dan menganut pandangan tersebut. Jadi, orang yang hedonis sudah dapat dipastikan bahwa mereka memiliki sifat yang konsumtif.

Contoh Gaya Hidup Konsumtif

Pernahkah kamu membeli berbagai macam barang hanya karena barang tersebut lucu atau hanya sekedar ingin tanpa memperhatikan nilai guna barang tersebut? Jika iya, kamu baru saja berperilaku konsumtif, lho!

Pembelian barang ini pun biasanya akan berakhir sia-sia, karena tidak jarang bahwa barang yang dibeli ini tidak memiliki fungsi yang dibutuhkan dan hanya berakhir menjadi pajangan saja.

Penyebab Gaya Hidup Konsumtif

Hukum sebab akibat merupakan hal yang mutlak dalam hidup. Gaya hidup konsumtif pun tentu memiliki sebab dan akibat. Salah satu penyebab gaya hidup konsumtif yaitu ketika kamu memiliki rasa gengsi yang tinggi.

Rasa gengsi ini pun yang akhirnya akan mendorong kamu untuk bersifat konsumtif agar kamu dapat terlihat mampu dalam pandangan orang lain.

Pembelian berlebihan atau sikap konsumtif yang dilandaskan rasa gengsi ini hanya dilakukan untuk mendapat pengakuan dan membuat orang lain terkesan. Hal ini tentu saja bukan sifat yang baik untuk dimiliki.

Akibat Gaya Hidup Konsumtif

Setelah membahas tentang sebab, sekarang kita akan membahas akibat. Akibat atau dampak gaya hidup konsumtif ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi finansial kamu.

Karena, jika sifat konsumtif sudah menjadi kebiasaan, sifat boros pun tidak dapat dihindari. Pemborosan ini pun akan mengganggu kesehatan finansial kamu dan kamu tidak dapat menghindari melemahnya kondisi keuangan kamu.

Jika kondisi keuanganmu melemah, maka daya beli kamu pun akan berkurang secara berkala, sementara tingkat kebutuhan akan bertambah seiring berjalannya waktu. Maka, bijaknya jika kamu sebisa mungkin untuk berhati-hati dan menghindari sifat konsumtif ini.

Cara Menghindari Sifat Konsumtif

Setelah mengetahui dampak negatif dari sifat konsumtif, tentu kita semua harus sebisa mungkin untuk menghindarinya. Cara yang dapat kamu lakukan untuk menghindari sifat konsumtif ini adalah dengan mengelola keuangan kamu dengan bijak. Bagaimana? Simak dibawah ini, ya!

  1. Buat anggaran pengeluaran bulanan dengan menentukan prioritas kebutuhan kamu. Jadikan anggaran ini sebagai patokan agar kamu tidak overspend pada hal-hal yang tidak penting.
  2. Alokasikan uang kamu pada produk asuransi dan juga investasi. Asuransi dan investasi merupakan tabungan yang dapat bermanfaat bagi kamu dimasa depan. Dan dengan memiliki asuransi, kamu akan mendapatkan proteksi dari resiko yang dapat sewaktu-waktu menimpa kamu.
  3. Buang jauh-jauh rasa gengsi yang kamu miliki. Tanamkan pemikiran bahwa kamu tidak harus selalu punya apa yang orang lain punya. Hiduplah dengan bijak dan kelola keuanganmu secara cermat tanpa harus melihat orang lain. Jika kamu merasa bahwa orang-orang disekitar kamu membawa pengaruh buruk, kamu harus mencari lingkaran pertemanan baru yang lebih positif.

Itulah penjelasan tentang pengertian, ciri-ciri, contoh, penyebab, dampak, serta tips untuk menghindari perilaku konsumtif. Kamu harus dapat mengatur keuangan dengan bijak dan hindari gaya hidup konsumtif agar kamu dapat mencapai kebebasan finansial.

Senin , 16 Sep 2013, 11:11 WIB

Belanja

Red: Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID,Berbelanja ( shopping) adalah aktivitas yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang, terutama kaum Hawa. Kala berbelanja, tak sedikit rupiah yang digelontorkan untuk membeli barang yang diinginkan.

Tak jarang, hingga menghabiskan dana dan menimbulkan kesan berlebih-lebihan. Akibat ‘virus’ berbelanja yang kelewat batas, tak sedikit dari mereka yang terpaksa terlilit utang kartu kredit.

Bagaimana Islam memandang hukum berbelanja dengan gambaran kasus di atas, alias berlebih-lebihan dalam berbelanja? Bolehkah Muslimah membelanjakan hartanya sedemikian rupa?

Syekh Yusuf Al Qaradhawi, dalam laman resminya menyebutkan sikap ‘rakus’ berbelanja menghabiskan uang, sangat dikecam dalam Islam. Hukumnya pun haram dilakukan. Meskipun uang tersebut adalah hasil jerih payahnya sendiri. Konsep kepemilikan harta yang berlaku dalam Islam, pada dasarnya uang yang dimiliki bukanlah kepunyaan pribadi secara mutlak.

Harta itu hanya dititipkan kepada yang bersangkutan. Ada hak orang lain di sebagian harta itu. Karena itu, ada hukum pemblokiran dana bagi mereka yang belum dapat mengelola keuangan. “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (QS An Nisaa’ [4] : 5).

Qaradhawi yang menjabat ketua Perhimpunan Ulama se-Dunia itu mengatakan bukan berarti Islam melarang berbelanja. Tetapi, yang ditekankan ialah pentingnya prinsip keseimbangan. Artinya, berbelanja boleh-boleh saja, tetapi tetap tidak menghambur-hamburkan uang. Di sisi lain, keseimbangan itu juga melarang sikap terlalu irit hingga menyulitkan diri sendiri.

Apakah takaran belanja yang berlebihan? Menurut Qaradhawi yang memperoleh gelar doktor di Univer sitas Al Azhar, Kairo, Mesir, itu ukuran nya ialah pengalokasian dana untuk membeli barang yang terlampau mewah dan kurang dari segi peruntukkannya. Misalnya saja berbelanja wadah atau aksesori berbahan dasar emas, perak, intan, dan permata hanya untuk keperluan perabotan rumah.

Qaradhawi pun lantas mengutip pendapat para bijak yang mengatakan keutamaan itu akan melimpah berada di antara sikap berlebih-lebihan dan kikir. Belanja berlebihan termasuk kate gori tabzir yang dilarang. Sedangkan terlalu mengirit adalah kikir. Tidak terlalu boros dan tidak pula irit adalah keutamaan.

  • hobi belanja
  • shopping
  • shopping berlebihan

Berbelanja bisa dibilang kegiatan yang seru dan mengasyikkan. Namun, jangan sampai kamu mengalami kecanduan belanja. Kecanduan ini sering dikaitkan dengan kecemasan, depresi, dan berbagai emosi negatif. Selain itu, kecanduan belanja juga dapat menyebabkan beragam masalah, termasuk dalam hubungan rumah tangga serta kondisi finansial.

Kecanduan belanja juga dapat disebut sebagai compulsive buying disorder (CBD) atau gangguan belanja kompulsif yang dapat diartikan sebagai hasrat tidak tertahankan untuk membeli barang secara berlebihan, yang dapat mendatangkan pengaruh negatif dalam keluarga dan keuangan.

Memahami Tanda-tanda Kecanduan Belanja

Kemungkinan seseorang yang mengalami kecanduan belanja, tidak menyadari hal tersebut terjadi pada dirinya. Untuk mengenali apakah kamu termasuk orang yang mengalami kecanduan belanja atau tidak, berikut tanda-tanda kecanduan belanja yang perlu kamu ketahui:

  • Belanja hanya bertujuan untuk meredakan stres.
  • Terobsesi membeli barang tiap minggu atau bahkan tiap hari.
  • Selalu menghabiskan banyak waktu untuk melihat-lihat barang
  • Merasa sangat gembira setelah membeli sesuatu.
  • Menghabiskan dana melampaui batas nominal kartu kredit atau kemampuan finansial.
  • Selalu membeli barang-barang yang akhirnya tidak digunakan.
  • Merasa bersalah setelah membeli banyak barang, meski terus belanja kembali di hari-hari berikutnya.
  • Mengalami kesulitan di masa mendatang akibat boros berbelanja di masa lalu.

Tanda lainnya yang dominan dimiliki orang kecanduan belanja adalah lebih suka berbelanja sendiri daripada bersama teman maupun keluarga, agar tidak merasa malu saat membeli barang.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Penanganan kecanduan belanja dapat dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan dan sumber masalahnya. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk meredakan kecanduan:

  • Kerabat, pasangan, ataupun teman dekat perlu membantu mengambil alih kendali atas pengeluaran dana kamu.
  • Jalani konseling dan terapi psikologis agar dapat belajar mengontrol dorongan dan mengenali pemicu kecanduan belanja.
  • Para pecandu dapat belajar tentang mengatur keuangan dan belajar mengadopsi gaya belanja yang sehat.

Jangan biarkan kebiasaan belanja yang seharusnya menyenangkan, menjadi kecanduan belanja yang berisiko. Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala kecanduan belanja, jangan sungkan untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater demi mendapat penanganan yang tepat.

Terakhir diperbarui: 13 Februari 2019

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA