Selasa, 13 Maret 2018 | 08:21 WIB
Bobo.id – Pernahkan teman-teman melihat tanaman bakau? Tanaman bakau ini biasanya teradapat di beberapa pantai yang memiliki rawa-rawa. Pohon bakau ini adalah jenis tanaman mangrove tropis. Bakau memiliki akar tunjang yang berfungsi untuk memperkokoh cengkraman pohon agar tidak goyang. Akar ini juga berguna sebagai alat pernapasan tanaman bakau. Bakau memiliki keistimewaan dibandingkan tumbuhan lain, lo. BACA JUGA: Kepiting Ini Suka Melakukan Tarian Kemenangan Apa, ya, keistimewaan bakau? Bakau mampu betahan hidup di lingkungan yang mengandung air asin. Padahal air asin ini dapat membahayakan kehidupan tumbuhan, lo! Kadar garam yang terlalu banyak pada jaringan tumbuhan dapat mengganggu proses metabolisme dan dapat membunuh tumbuhan dengan cepat. Lalu, Bagaimana Caranya Pohon Bakau Bisa Hidup di Air Asin?
Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hal ini yang menyebabkan ekosistem mangrove mempunyai karakter unik dan khas. Adaptasi mangrove terhadap salinitas tinggi antara lain memiliki sel-sel khusus pada daun yang berfungsi untuk menyimpan garam, berdaun tebal dan kuat serta daun memiliki struktur stomata yang khas untuk mengurangi penguapan. Sonneratia alba memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada lingkungan dengan salinitas tinggi dengan memiliki karakteristik kutikula tebal sebagai pertahanan struktural daun, mesofil terdiri dari jaringan penyimpan air yang terletak diantara dua jaringan palisade, memiliki kelenjar garam, permukaan daun yang tertutup trikoma serta memiliki struktur stomata amfistomatik bertipe anomosit yang sangat tenggelam untuk mengurangi penguapan. Sonneratia alba berperan penting dalam menghasilkan produktivitas primer berupa serasah. Serasah merupakan lapisan tanah bagian atas yang terdiri dari organ tumbuhan yang telah mati. Serasah yang jatuh akan mengalami proses dekomposisi oleh fungi. Fungi memiliki enzim pendegradasi dengan kemampuan lebih kuat dibandingkan dengan enzim pendegradasi yang dihasilkan bakteri. Selain itu, fungi memiliki kemampuan adaptasi dan toleransi terhadap kadar garam yang tinggi sehingga mampu tumbuh pada habitat ekstrim seperti daerah pasang surut air laut. Fungi yang dapat bertahan hidup pada kadar garam tinggi dapat dimanfaatkan salah satunya untuk memproduksi enzim seperti xilanase yang diaplikasikan sebagai biopulping dalam industri pulp dan kertas karena dapat mendegradasi seluruh komponen kayu dengan enzim pendegradasi lignin, selulosa, hemiselulosa yang dihasilkan secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis genus fungi yang mendekomposisi serasah daun mangrove Sonneratia alba melalui proses isolasi dan identifikasi serta mempublikasikan hasil penelitian melalui produk book chapter yang telah melalui tahapan analisis kelayakan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yaitu dengan cara megisolasi fungi dari serasah daun mangrove Sonneratia alba yang diperoleh dari kawasan Pantai Cemara Kawang Wringinputih, Banyuwangi. Berdasarkan hasil isolasi, terdapat 28 isolat fungi yang berhasil diisolasi dari serasah daun mangrove Sonneratia alba. Isolat tersebut terdiri dari 7 genus yang terdiri atas Aspergillus sp., Aspergillus fumigatus, Trichoderma sp., Trichoderma hamatum, Penicillium sp., Scopulariopsis sp., dan Paecilomyces sp. Book chapter dibuat dengan tujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian ini. Kelayakan produk book chapter ditentukan melalui uji validasi oleh 3 orang validator yakni validator ahli materi, validator ahli media, dan pengguna buku. Book chapter dengan judul “Fungi yang Mendekomposisi Serasah Mangrove” memperoleh nilai validasi oleh ahli materi, yaitu sebesar 83,92 % termasuk dalam kategori layak untuk dijadikan bahan bacaan. Nilai validasi oleh ahli media, yaitu sebesar 80,68% termasuk dalam kategori layak untuk dijadikan bahan bacaan. Serta nilai validasi oleh pengguna buku,yaitu sebesar 91,25 % termasuk dalam kategori sangat layak untuk dijadikan bahan bacaan.
Deskripsi dan Zonasi Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang-surut yang kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung.Penyebaran hutan mangrove ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan, salah satu diantaranya adalah salinitas. Berdasarkan salinitas kita mengenal zonasi hutan mangrove sebagai berikut (De Haan dalam Russell & Yonge, 1968): (A) Zona air payau hingga air laut dengan salinitas pada waktu terendam air pasang berkisar antara 10 – 30 0/00 :
(B) Zona air tawar hingga air payau, dimana salinitas berkisar antara 0 – 10 0/00 :
Salah satu tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia adalah sebagai berikut :
Macnae (1966), distribusi mangrove dan zonasinya merupakan interaksi antara :
Chapman (1976) : faktor yang paling penting adalah jumlah hari tanpa penggenangan pasut , Jonstone and Frodin (1982) menganalisis lebih jauh bahwa zonasi dan penggenangan tergantung dari :
Zonasi Watson (1928) : mempelajari mangrove di Malaysia dan membagi komunitas mangrove di Malaysia Barat menjadi 5 kelas berdasarkan frekuensi penggenangan. De Hann (1931) : salinitas merupakan faktor utama dalam mengontrol distribusi dan penggenangan pasut merupakan faktor sekunder. Skema zonasi De Hann Zona Payau sampai asin dengan salinitas pada saat pasang berkisar antara 10-30‰
Tawar sampai Payau dengan salinitas antara 0-10‰
Struktur Vegetasi dan Daur Hidup Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga: Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus. Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis herba, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove . Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk ke dalam empat famili: Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Aviceniaceae (Avicennia), dan Meliaceae (Xylocarpus). Jenis mangrove tertentu, seperti Bakau (Rhizophora sp.) dan Tancang (Bruguiera sp.) memiliki daur hidup yang khusus, diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi beratnya berubah, sehingga menjadi lebih berat pada bagian terluar dan akhirnya lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dari pohon induk, masuk ke perairan dan mengapung di permukaan air.Semaian ini kemudian terbawa oleh aliran air ke perairan pantai yang cukup dangkal, di mana ujung akarnya dapat mencapai dasar perairan, untuk selanjutnya akarnya dipancangkan dan secara bertahap tumbuh menjadi pohon. Pembungaan dan polinasi Pembungaan dimulai pada umur 3-4 tahun dan dipengaruhi oleh alam bukan ukuran, Polinasi terjadi melalui kerjasama angin, serangga, dan burung Produksi Propagule; Pembuahan terjadi hanya 0-7,2% dari bunga yang dihasilkan Vivipary dan Cryptovivipary Vivipary : Embrio keluar dari pericarp dan tumbuh diantara pohon atau tidak berkecambah selama masih berada pada induknya (Bruguiera, Ceriops, Rhizophora, Kandelia, Nypa) Cryptovivipary : Embrio berkembang melalui buah tidak keluar dari pericarp (Aegialitis, Acanthus, Avicennia, Laguncularia) Penyebaran Propagule Propagule tersebar melalui burung, arus, pasang surut. Kerusakan propagule diakibatkan oleh substrat yang tidak sesuai, penenggelaman oleh organisme, pelukaan oleh organisme atau gelombang, salinitas tanah tinggi. Adaptasi Pohon Mangrove Hutan mangrove yang umumnya didominasi oleh pohon mangrove dari empat genera (Rhizophora, Avicennia, Sonneratia dan Bruguiera), memiliki kemampuan adaptasi yang khas untuk dapat hidup dan berkembang pada substrat berlumpur yang sering bersifat asam dan anoksik. Kemampuan adaptasi ini meliputi: Adaptasi Terhadap Kadar Oksigen Rendah Pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas bertipe cakar ayam, penyangga, papan dan lutut. Sistem perakaran cakar ayam yang menyebar luas di permukaan substrat, memiliki sederet cabang akar berbentuk pinsil yang tumbuh tegak lurus ke permukaan substrat. Cabang akar ini disebut pneumatofora dan berfungsi untuk mengambil oksigen (Avicennia spp., Xylocarpus spp., Sonneratia spp.). Sistem perakaran penyangga berbeda dengan sistem perakaran cakar ayam, dimana akar-akar penyangga tumbuh dari batang pohon menembus permukaan substrat. Pada akar penyangga ini tidak ditemukan pneumatofora seperti pada akar cakar ayam (Rhizophora spp) dan akar lutut (Bruguiera spp.), tapi mempunyai lobang-lobang kecil yang disebut lentisel yang juga berfungsi untuk melewatkan udara (mendapatkan oksigen). Adaptasi Terhadap Kadar Garam Tinggi Berdaun tebal dan kuat yang mengandung kelenjar-kelenjar garam untuk dapat menyekresi garam. Mempunyai jaringan internal penyimpan air untuk mengatur keseimbangan garam. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan. Mangrove yang dapat mensekresi garam (salt-secretors).
Mangrove yang tidak dapat mensekresi garam (salt-excluders).
Mangrove yang dapat mengakumulasi garam di dalam jaringan tubuhnya (accumulators)
Conserving Desalinated Water Xeromorphic : Kutikel tebal di atas daun, rambut2, wax coating, sunken stomata, distribusi dari cutinized dan sclerenchymatous cell di daun, succulence (tempat penyimpanan air di jaringan daun) merupakan respons terhadap keberadaan Cl– Transpiration : transpirasi rate rendah jika dibandingkan dengan non saline plant Kadar garam tinggi (halofit)
Adaptasi Terhadap Tanah yang Kurang Stabil dan Adanya Pasang Surut
Adaptasi Respon Terhadap Cahaya Cahaya dan Bentuk Kondisi tampilan xeromorphic diakibatkan oleh respon terhadap intensitas cahaya yang tinggi Fotosintesis Daun cahaya memiliki kecepatan fotosintesis lebih cepat dibandingkan daun naungan Cahaya dan Faktor-faktor Fisik Lain
Fauna Hutan Mangrove Komunitas fauna hutan mangrove membentuk percampuran antara 2 (dua) kelompok:
Fungsi Ekologis Hutan Mangrove Sebagai suatu ekosistem khas wilayah pesisir, hutan mangrove memiliki beberapa fungsi ekologis penting :
Pemanfaatan Hutan Mangrove Hutan mangrove dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku untuk membuat arang, dan juga untuk dibuat pulp. Di samping itu ekosistem mangrove dimanfaatkan sebagai pemasok larva ikan dan udang alam. July 31, 2009 — eckoeffendi |