Mengapa potensi sumber daya alam berpengaruh terhadap mata pencaharian masyarakat

Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat, merupakan salah satu hal yang penting dalam upaya penyelamatan ekosistem mangrove. Tujuan mendasar didalam pengelolaan hutan adalah memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat. Masyarakat merupakan bagian dari ekosistem yang tidak dapat terpisahkan. Pada hakekatnya sumber daya alam akan lestari, apabila dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, terlebih apabila sumber daya tersebut dapat menjadi sumber mata pencaharian utama yang berkelanjutan. Sehingga, SDA akan lestari bergantung pada masyarakat itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model mata pencaharian masyarakat secara berkelanjutan pada ekosistem mangrove di Wonorejo. Ekosistem mangrove Wonorejo memiliki permasalahan tersendiri, karenai terletak di pesisir kota metropolitan Surabaya, dimana pembangunan dan pemanfaatan lahan secara besar-besaran dilakukan di wilayah Wonorejo tanpa memperhatikan masyarakat setempat. Penelitian ini ditujukan untuk melihat potensi keberlanjutan mata pencaharian masyarakat sebagai dasar untuk pengelolaan ekosistem mangrove berbasis masyarakat. Mata pencaharian berkelanjutan yang dimaksud adalah jenis mata pencaharian massyarakat yang ada di Wonorejo diantaranya petani tambak, petani mangrove, dan nelayan harian, yang mana mata pencaharian ini dapat dikembangkan sebagai mata pencaharian yang dapat memberikan nilai manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial. Sasaran responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bermatapencaharian pada ekosistem mangrove di Wonorejo dan stakeholder yang terkait dengan total 30 responden terdiri dari: petani tambak (15 responden); nelayan harian (2 responden); petani mangrove (2 responden); LSM (1 responden) Dinas dan lembaga yang tergabung dalam Kelompok Kerja Mangrove Daerah (10 responden). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat yang dapat dikembangkan menjadi mata pencaharian berkelanjutan adalah petani mangrove, petani tambak dan nelayan harian dengan status cukup berkelanjutan. Mata pencaharian ini dapat dikatakan cukup berkelanjutan berdasarkan hasil analisis RAP-Livelihood pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi sarana dan prasarana serta kelembagaan. Pada masing-masing mata pencaharian, masyarakat memiliki kelompok masyarakat yang terbentuk berdasarkan profesi yang ditekuni. Kelompok masyarakat ini memiliki peran yang aktif dalam pengelolaan ekosistem mangrove. Kegiatan kelompok masyarakat di Wonorejo memanfaatkan keterampilan yang dimilikinya diantaranya: pelatihan pembibitan, penanaman yang bekerjasam dengan mitra, fasilitator pendidikan lingkungan, pelatihan pengolahan makanan dari buah mangrove, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan seperti ini tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, akan tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat lainnya dan perekonomian masyarakat. 4 Keberlanjutan mata pencaharian masyarakat pada ekosistem mangrove di Wonorejo bergantung pada peran pemangku kepentingan. Berdasarkan hasil analisis pemangku kepentingan pemeran kunci dari keberlanjutan mata pencaharian di Wonorejo adalah BKSDA Provinsi Jawa Timurr, Dinas Pertanian Kota Surabaya, dan investor. BKSDA Jawa Timur diberikan mandat untuk dapat melakukan pengelolaan secara esensial di wilayah ekosistem mangrove Wonorejo. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011, kawasan ekosistem esensial, memiliki fungsi sebagai konservasi, pendidikan, penunjang ekonomi bagi masyarakat, dan ekowisata. Untuk Dinas Pertanian Kota Surabaya, instansi ini memiliki wewenang dalam pengelolaan lahan yang berada di ekosistem mangrove Wonorejo. Sehingga pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutan bisa berjalan dengan baik apabila Dinas Pertanian Kota Surabaya memiliki kebijaksaan yang tepat dalam mengelola dan memberikan izin terhadap pengelolaan lahannya. Sesuai mandat Peraturan daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 mengenai tata ruang wilayah. Selain dari kalangan pemerintahan, investor (swasta) juga memiliki pengaruh dan kepentingan yang kuat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove di Wonorejo yang berhubungan dengan pembangunan dan infrastruktur. Para pemangku kepentingan yang memilki peran yang strategis dalam melakukan pengelolaan ekosistem mangrove Wonorejo dapat melakukan kerjasama untuk mewujudkan pengelolaan yang berkelanjutan. Pengelolaan secara berkelajutan ini sesuai dengan mandat Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2012, yang mana pengelolaan wilayah pesisir yang mencakup ekosistem mangrove dikelola secara terpadu dan berkelanjutan untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk mewujudkan terlaksananya peraturan tersebut dapat dilakukan dengan mensinergikan kepentingan antar golongan. Salah satunya dengan menerapkan konsep ekowisata berbasis mata pencaharian masyarakat. Strategi pengembangan ekowisata mangrove berbasis mata pencaharian masyarakat dilakukan dengan analisis SWOT. Hasil analisis SWOT menunjukkan alternatif strategi yang dirumuskan yaitu dengan memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Startegi ini adalah dengan menghentikan alih fungsi lahan yang bersifat komersil (pembangunan perumahan dan bangunan), serta pemanfaatan sumber daya alam dengan memanfaatkan keterampilan yang dimliki oleh masing-masing kelompok masyarakat. Hasil pemilihan strategi tersebut dapat dijadikan pedoman dalam memodelkan mata pencaharian masyarakat berkelanjutan pada ekosistem mangrove di Wonorejo. Berdasarkan potensi yang ada model mata pencaharian masyarakat di Wonorejo akan semakin berkelanjutan apabila memadukan konsep wisata penelitian yang memanfaatkan keterampilan yang dimiliki oleh kelommpok masyarakat petani mangrove serta petani tambak dan wisata alam yang memanfaatkan keindahan alam yang ada. Model pengelolaan ini juga dapat mendukung terlaksanaya Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007. Sehingga, model mata pencaharian ini diharapkan dapat memfasilitasi seluruh kepentingan stakeholder.

Sumber: Photo by Rajesh Ram on Unsplash

Lingkungan memengaruhi mata pencaharian penduduk di suatu daerah. Mata pencaharian penduduk di suatu daerah berbeda dengan daerah lain. Mata pencaharian penduduk di daerah pesisir pantai berbeda dengan penduduk di daerah dataran rendah maupun di dataran tinggi.

Untuk bisa mengetahui perbedaan mata pencaharian masyarakat berdasarkan lingkungannya, perhatikan contoh di bawah ini:

  1. Penduduk di daerah pantai bermata pencaharian sebagai nelayan, petani tambak, pedagang, petani garam, dan perajin.
  2. Penduduk di daerah dataran rendah bermata pencaharian sebagai buruh, petani, pedagang, dan peternak.
  3. Penduduk di daerah dataran tinggi bermata pencaharian sebagai petani, peternak, pedagang, dan pekerja perkebunan, misalnya teh, kopi, dan cengkeh.

Mengapa mata pencaharian penduduk di setiap daerah bisa berbeda sesuai dengan lingkungannya? Simak penjelasan berikut.

Pada dasarnya, setiap daerah memiliki sumber daya alam yang berbeda-beda. Sumber daya alam di dataran tinggi tentu saja berbeda dengan sumber daya alam di dataran rendah. Selain itu perbedaan lingkungan juga mempengaruhi cara penduduk dalam memenuhi kebutuhannya. Faktor-faktor itulah yang kemudian menyebabkan terjadinya perbedaan jenis mata pencaharian.

Sama halnya dengan penduduk yang tinggal di desa dan di kota. Mereka juga memiliki mata pencaharian yang berbeda. Penduduk di desa lebih banyak bermata pencaharian sebagai petani, peternak, perajin, pedagang, buruh tani dan perkebunan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya lahan kosong yang ada di desa. Selain itu, cuaca di desa yang masih asri dianggap lebih tepat untuk bertani, beternak, maupun berkebun.

Tanaman yang ditanam petani juga berbeda berdasarkan letak datarannya. Petani di daerah dataran rendah biasanya memilih untuk menanam padi dan palawija. Sedangkan petani di daerah dataran tinggi menanam sayuran seperti kol, wortel, bawang dan kubis.

Di sisi lain, penduduk di kota bermata pencaharian sebagai pekerja jasa [pegawai bank, konsultan, pengacara, sopir], karyawan, pedagang, dan buruh pabrik. Wilayah perkotaan yang padat membuat sebagian besar penduduk mengembangkan mata pencaharian yang berbasis jasa.

Apa yang dimaksud dengan pekerja jasa? Pekerja jasa adalah orang-orang yang memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Contoh pekerja jasa adalah guru, dokter, penjahit, konsultan, pengacara, dan lain-lain.

Di kota, kita juga bisa menemui mata pencaharian berbasis produksi seperti pabrik. Namun, biasanya hanya pabrik atau produsen berskala kecil dan menengah yang ada di perkotaan.

Pabrik produksi skala besar cukup jarang ditemukan berdiri di pusat perkotaan. Biasanya pabrik-pabrik besar ditempatkan di daerah pinggir perkotaan atau malah di pedesaan. Alasannya karena aktivitas pabrik besar akan mengganggu jika ditempatkan di dekat pusat kota.

Itulah beberapa alasan dan contoh mata pencaharian penduduk yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh lingkungan.

BACA JUGA:

Sumber daya alam yang berlimpah dan beragam mempengaruhi mata pencarian yang ada di masyarakat. berikut ini berbagai mata pencarian yang ada di masyarakat sesuai wilayahnya;

Mata Pencarian di Dataran Rendah

Petani

Sebagaian besar mata pencarian masyarakat di Indonesia adalah Petani, terutama petani padi. Selain padi, tumbuhan yang cocok ditanam di dataran rendah antara lain jagung, Kangkung, bayam, cabai, dan tobat. Kegiatan petani ini termasuk kegiatan produksi yang menghasilkan barang.

Pedagang

Selain petani, mata pencarian didaerah dataran rendah adalah sebagai pedagang. Misalnya pedagang pakaian, makanan dan minuman serta bahan bangunan. Ada pedagang kaki lima hingga pedagang besar. Kegiatan para pedagang besar. Kegiatan para pedagang ini termasuk kegiatan distribusi.

Pengrajin

Para pengrajin mebel juga banyak terdapat didataran rendah. Biasanya, mereka mengolah hasil hutan dari daerah sekitar atau mendatagkannya dari luar kota. Barang-barang yang dihasilkan oleh pengrajin diantaranya lemari, kursi, tempattidur, meja, dan hiasan [patung, asbak, gantungan kunci serta bingkai foto].

Mata Pencarian di Daratan Tinggi

Peternak

Peternak hewan banyak terdapat didaerah dataran tinggi karena memiliki udara yang sejuk. Contoh; peternak sapi, kuda, ayam, dan domba. Para peternak biasanya menjual hasil hasil ternaknya kepada pengelola hasil peternakan. Misalnya susu, telur, dan daging dijual ke pedagang bahan makanan. Kulit sapi dan rambut domba dijual ke pembuat pakaian dan aksesori.

Petani kebun

Petani kebun seperti teh, cengkih, dan pala banyak dijumpai didaerah daratan tinggi. Hal ini karena tanaman tersebut cocok di tanam didaerah sejuk. hasil kebun tersebut kemudian didistribusikan kepada pengolah hasil perkebunan. misalnya; teh dijual ke pembuat bahan minuman dan pala dijual ke pedagang bahan makanan.

Mata Pencarian di Perkotaan

Perkotaan merupakan pusat aktivitas ekonomi, dengan kegiatan yang lebih bervariasi dan modern. hal ini memengaruhi banyknya mata pencarian diperkotaan. Mata pencarian tersebut antara lain pekerja swasta [pagawai bank, editor, satpam, sales], pegawai pemerintah [guru, pegawai kelurahan, lurah], atau wiraswasta [pegadang keliling, bengkel].

  • bengkel
  • pedang
  • pengrajin
  • petani
  • petani kebun
  • peternak
  • sales
  • satpam

Mengapa mata pencaharian penduduk berbeda sesuai lingkungan tempat hidupnya? – Mata pencaharian masyarakat di Indonesia sangat beragam. Ada beberapa faktor yang membuat mata pencaharian menjadi beragam. Mulai dari keahlian, faktor geografis, pendapatan dan lain sebagainya.

Namun, sebagian besar masyarakat akan bekerja sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Mengapa demikian? Artikel ini akan membahas mengenai alasan-alasan mata pencaharian penduduk sesuai dengan lingkungannya.

Alasan Mata Pencaharian Penduduk Sesuai Lingkungannya

1. Keahlian

Asian grandpa with child girl planting young tree in the black soil and watering it together in the garden. Two happy family gardening together and taking care of nature. People and ecology concept.

Setiap masyarakat memiliki mata pencaharian yang berbeda. Selain sesuai dengan lingkungannya, mata pencaharian tersebut juga sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Keahlian ini menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan pekerjaan.

Di daerah perkotaan, jika tidak memiliki keahlian pada bisang produksi maka akan bekerja pada bidang lain. Seperti pada sektor distribusi, contohnya ojek online, supir angkot, supir bus dan lain-lain. Untuk memiliki keahlian, terkadang harus melakukan

Menjadi Produser Televisi

Anda Mungkin Juga Menyukai

Buku yang berjudul, Menjadi Produser Televisi ini merupakan panduan bagi siapa saja yang ingin mendalami cara memproduksi program televisi. Buku ini juga dapat memotivasi setiap orang yang ingin berkarya di industri televisi. Sangat bermanfaat bagi mahasiswa ilmu komunikasi, khususnya mahasiswa ilmu jurnalistik dan broadcast.

2. Ketersediaan Lahan

Traditional rice harvesting of Thailand farmer. Working in rice field against strong sunlight

Ketersediaan lahan adalah salah satu alasan mata pencaharian masyarakat sesuai dengan lingkungannya. Masyarakat desa umumnya masih mempunyai lahan yang kosong. Selain itu, kondisi udara di desa juga masih sehat.

Maka dari itu, tanah di pedesaan cenderung masih subuh. Inilah yang membuat masyarakat desa bekerja pada sektor pertanian atau perkebunan. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang minim lahan kosong. Mereka akan beralih pada sektor jasa.

Baca Juga: 10+ Negara Terindah di Dunia yang Perlu Anda Kunjungi

3. Pendapatan

asian chinese white collar worker back to work after quarantine with new SOP and social distancing illness prevention safety precautions

Faktor pendapatan juga mempengaruhi hal ini. Salah satu alasan orang bekerja adalah mendapatkan pendapatan. Maka dari itu, setiap masyarakat akan melakukan berbagai pekerjaan yang menurutnya menguntungkan.

Mereka akan mencari pekerjaan yang menghasilkan pendapatan maksimal di daerah tempat tinggalnya. Bagi masyarakat pegunungan, berkebun adalah hal yang paling menguntungkan. Di lingkungan yang mendukung pasti usaha perkebunan akan berhasil.

Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir juga akan akan memilih pilihan yang sama. Mereka akan memilih pekerjaan yang menguntungkan dan mendapat pendapatan maksimal. Pekerjaan tersebut adalah sebagai nelayan.

Selain itu, mereka juga dapat bekerja dalam bidang pariwisata. Akan tetapi, harus melihat apakah lingkungannya mendukung. Inilah yang menjadi alasan mengapa mata pencaharian setiap masyarakat berbeda, tergantung tempat tinggalnya.

4. Faktor geografis

Jimbaran Beach, Bali, Indonesia – April 22, 2008: Overview of beach side fish market in late afternoon

Tinggi rendahnya suatu daratan juga masih menjadi alasan perbedaan pekerjaan. Dalam sektor pertanian dan perkebunan, ada perbedaan antara dataran. Dataran tersebut dibedakan dari tinggi rendahnya.

Para petani yang tinggal di dataran rendah umumnya akan menanam tanaman yang tahan pada suhu tinggi. Contohnya seperti jagung, padi, pisang, singkong dan lain-lain. Petani ini biasanya tinggal di daerah dekat pantai.

Anda Mungkin Juga Menyukai

Berbeda dengan petani di dataran tinggi. Mereka akan menanam tanaman yang memerlukan suhu dingin. Contoh tanamannya seperti wortel, sayur kol, kentang, strawberry, teh, kopi dan berbagai tanaman lain.

Buku ini bisa menjadi panduan bagi para pekebun atau masyarakat yang ingin menjadi pekebun kopi, Berisi lengkap mulai dari teknik memilih jenis kopi yang cocok, cara menghasilkan bibit bersertifikat, cara berkebun, pengendalian hama dan penyakit, sampai penanganan panen dan pascapanen. Ada pula cara menghasilkan biji kopi berkualitas dengan nilai jual tinggi.

5. Kondisi lahan

Kondisi lahan juga menjadi alasan mengapa mata pencaharian masyarakat tergantung pada lingkungan tempat tinggalnya. Lahan yang di dataran rendah umumnya basah dan memerlukan bantuan air tawar dalam jumlah yang banyak. Hal sebaliknya pada lahan pertanian di dataran tinggi.

Lahan pertanian di dataran tinggi biasanya bersifat lebih kering. Akan tetapi, lahan disini kaya akan zat hara. Itulah sebabnya lahan dataran tinggi tidak membutuhkan air.

Cara pengelolaan antara kedua lahan tersebut juga berbeda. Lahan pertanian pada dataran rendah harus dibajak dahulu sebelum digunakan. Sedangkan lahan pertanian pada dataran tinggi tidak perlu dibajak.

Hal-hal tersebut akan mempengaruhi kontur lahan. Kontur  lahan akan berbeda. Inilah yang menyebabkan lahan pertanian pada dataran tinggi akan berbentuk miring dan berundak.

Kesimpulan

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat akan sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini.

Umumnya, masyarakat pedesaan akan bekerja sebagai petani. Masyarakat pesisir akan bekerja sebagai nelayan. Masyarakat perkotaan akan bekerja pada sektor industri atau distribusi.

Masyarakat akan memanfaatkan sumber alam yang ada di lingkungannya. Seperti masyarakat pedesaan yang memanfaatkan lahan untuk perkebunan atau pertanian. Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai juga memanfaatkan kekayaan alam yang ada di pantai.

Selain alasan tersebut, masyarakat akan diajarkan sebuah keahlian sejak kecil. Masyarakat yang tinggal di pedesaan akan mengajarkan teknik menanam pada anak-anaknya. Sama halnya dengan masyarakat yang tinggal dipesisir, mereka akan diajarkan bagaimana cara menangkap ikan. Tidak jarang sesekali kedua masyarakat ini akan ikut bekerja sehingga sudah memahami bagaimana cara kerjanya.

Pengembangan Sumber Daya Manusia Nelayan

Buku ini dimulai dari pembahasan tentang bagaimana membangun laut dan kejayaannya, perencanaan pengelolaan perikanan, politik konservasi kesejahteraan nelayan dan kemiskinan komunitas desa pesisir dengan potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang berlimpah. Oleh karena itu pembahasan buku ini mampu mengisi tentang kelangkaan pembahasan tema penting tersebut.

Itulah 5 alasan mengapa mata pencaharian masyarakat sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu memberikan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

Penulis: Wida Kurniasih

Sumber: dari berbagai sumber

Baca Juga:

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Video yang berhubungan