Mengapa setiap umat Islam dapat meneladani akhlak mulia para Rasul

Oleh: Azzah Nor Laila, S.Th.I., M.S.I. I Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara.

Mengapa setiap umat Islam dapat meneladani akhlak mulia para Rasul
Setiap tahun umat Islam memperingati Maulid Nabi atau kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan beragam cara. Mulai budaya dziba’an, burdahan, khotmil Qur’an, dan deretan kegiatan lainnya. Semua itu merupakan representasi dari bentuk kecintaan umat pada sosok teladan Rasulullah Saw. Lebih dari itu, esensi terpenting dari spirit peringatan maulid Nabi adalah semangat mencontoh pribadi Rasulullah.

Meminjam istilah Fazlur Rahman, “living tradition” yang dimaknai upaya menghidupkan tradisi Rasulullah yang tertuang dalam Hadis maupun sejarah Rasulullah. Tradisi atau sunnah Rasulullah pada dasarnya beragam dan menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Baik seputar individu hingga sosial.

Pribadi Rasulullah

Empat sifat Rasulullah bukan hanya istilah yang cukup dihafal saja. Akan tetapi perlu dihidupkan atau diaplikasikan dalam bentuk sikap nyata. Shiddiq, secara bahasa diartikan jujur. Namun menurut Quraish shihab, pada awalnya shiddiq itu menunjukkan makna kekuatan. Dimana memiliki korelasi keduanya, kejujuran atau kebenaran mengandung suatu kekuatan. Serta dari jiwa yang kuat akan muncul kejujuran.

Amanah secara bahasa dimaknai dapat dipercaya. Namun bila ditelusuri ternyata kata tersebut merupakan derivasi dari kata iman dan aman.  Dimana amanah merupakan suatu sikap  dan buah iman (percaya) yang berusaha mencipatakan suatu kondisi aman. Sehingga unsur amanah meliputi komitmen, kerja keras, dan konsistensi.

Tabligh, secara bahasa diartikan menyampaikan. Selain itu tabligh juga memiliki makna keterbukaan atau transparansi. Dalam hal ini seperti sikap Rasulullah ketika menyampaikan pesan-pesan dari Allah. Semua pesan tersebut disampaikan kepada umat, meskipun ada pesan yang berisi teguran pada Rasulullah. Hal itu juga disampaikan kepada umat.

Selanjutnya Fathanah, yang berarti cerdas. Cerdas berkaitan dengan fungsi serta peran yang diemban. Dalam ranah makna luasnya, tidak hanya sebatas lingkup kecerdasan intelektual semata. Akan tetapi mencakup kecerdasan spiritual, emosional, dan sosial.

Dengan mengkaji kembali sifat-sifat Rasulullah tersebut, besar harapan generasi umat Islam dapat meneladani dan mencontohnya. Dengan spirit “living tradition”, atau menghidupkan tradisi atau sikap mulia dari Rasulullah. Menjadikan sikap atau karakter Rasulullah sebagai sikap dalam pribadi sehari-hari. Semoga kita semua termasuk umat yang kelak mendapat Syafa’at Rasulullah. Semangat memperingati Maulid Nabi, Muhammad Nabi kita, Muhammad teladan dalam hidup kita. Salam rindu kami padamu ya Rasulullah.

Oleh: Azzah Nor Laila, S.Th.I., M.S.I. I Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara.

Mengapa setiap umat Islam dapat meneladani akhlak mulia para Rasul
Setiap tahun umat Islam memperingati Maulid Nabi atau kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan beragam cara. Mulai budaya dziba’an, burdahan, khotmil Qur’an, dan deretan kegiatan lainnya. Semua itu merupakan representasi dari bentuk kecintaan umat pada sosok teladan Rasulullah Saw. Lebih dari itu, esensi terpenting dari spirit peringatan maulid Nabi adalah semangat mencontoh pribadi Rasulullah.

Meminjam istilah Fazlur Rahman, “living tradition” yang dimaknai upaya menghidupkan tradisi Rasulullah yang tertuang dalam Hadis maupun sejarah Rasulullah. Tradisi atau sunnah Rasulullah pada dasarnya beragam dan menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Baik seputar individu hingga sosial.

Pribadi Rasulullah

Empat sifat Rasulullah bukan hanya istilah yang cukup dihafal saja. Akan tetapi perlu dihidupkan atau diaplikasikan dalam bentuk sikap nyata. Shiddiq, secara bahasa diartikan jujur. Namun menurut Quraish shihab, pada awalnya shiddiq itu menunjukkan makna kekuatan. Dimana memiliki korelasi keduanya, kejujuran atau kebenaran mengandung suatu kekuatan. Serta dari jiwa yang kuat akan muncul kejujuran.

Amanah secara bahasa dimaknai dapat dipercaya. Namun bila ditelusuri ternyata kata tersebut merupakan derivasi dari kata iman dan aman.  Dimana amanah merupakan suatu sikap  dan buah iman (percaya) yang berusaha mencipatakan suatu kondisi aman. Sehingga unsur amanah meliputi komitmen, kerja keras, dan konsistensi.

Tabligh, secara bahasa diartikan menyampaikan. Selain itu tabligh juga memiliki makna keterbukaan atau transparansi. Dalam hal ini seperti sikap Rasulullah ketika menyampaikan pesan-pesan dari Allah. Semua pesan tersebut disampaikan kepada umat, meskipun ada pesan yang berisi teguran pada Rasulullah. Hal itu juga disampaikan kepada umat.

Selanjutnya Fathanah, yang berarti cerdas. Cerdas berkaitan dengan fungsi serta peran yang diemban. Dalam ranah makna luasnya, tidak hanya sebatas lingkup kecerdasan intelektual semata. Akan tetapi mencakup kecerdasan spiritual, emosional, dan sosial.

Dengan mengkaji kembali sifat-sifat Rasulullah tersebut, besar harapan generasi umat Islam dapat meneladani dan mencontohnya. Dengan spirit “living tradition”, atau menghidupkan tradisi atau sikap mulia dari Rasulullah. Menjadikan sikap atau karakter Rasulullah sebagai sikap dalam pribadi sehari-hari. Semoga kita semua termasuk umat yang kelak mendapat Syafa’at Rasulullah. Semangat memperingati Maulid Nabi, Muhammad Nabi kita, Muhammad teladan dalam hidup kita. Salam rindu kami padamu ya Rasulullah.

Jakarta -

Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam adalah suri tauladan yang baik dalam berbagai hal. Termasuk dalam perbuatan atau akhlak.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ - ٢١

Artinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al Ahzab: 21)

Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq. Kata tersebut artinya perilaku dan tabiat manusia sejak lahir. Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 mengatakan, Ar-Raghib memaknai Al khuluq sebagai kekuatan dan karakter yang ditemukan dengan mata batin.

Dalam surat Al Qalam ayat 4, Allah SWT berfirman:

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ - ٤

Artinya: "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS. Al-Qalam: 4)

Diriwayatkan dari Mujahid tentang firman Allah "berbudi pekerti yang luhur", ia berkata, "Yaitu agama." Sementara itu, dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab, "Akhlak beliau Al Quran." (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jami')

Dikutip dari buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 dan 2 oleh Syaikh Mahmud Al-Mishri, berikut akhlak Rasulullah SAW yang patut diteladani umat Islam:

1. Ikhlas

Rasulullah SAW terkenal dengan keikhlasannya, terutama dalam beribadah. Al-Kafawi mendefinisikan ikhlas sebagai meniatkan ibadah sehingga hanya Allah semata yang disembah. Pendapat lain menyebutkan, ikhlas adalah membersihkan hati, ucapan, dan amal.

Ada 3 hal yang harus dilakukan untuk bisa berbuat ikhlas. Pertama, buanglah sifat tamak. Kedua, jauhi sanjungan dan pujian. Ketiga, lakukan dengan teguh. Setelah ketiga hal tersebut dilakukan, maka akan keikhlasan akan muncul.

Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya mencontoh keikhlasan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits hasan, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal selain apa yang dilakukan secara ikhlas dan mengharap ridha-Nya." (HR. An-Nasa'i).

2. Yakin dan Tawakal

Yakin dan tawakal adalah akhlak Rasulullah SAW yang patut dicontoh setiap umat Islam dalam menjalankan segala urusan. Baik urusan agama maupun urusan dunia. Bahkan, Allah SWT telah memerintahkan umat manusia untuk bertawakal kepada-Nya.

قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوْا عَلَيْهِمُ الْبَابَۚ فَاِذَا دَخَلْتُمُوْهُ فَاِنَّكُمْ غٰلِبُوْنَ ەۙ وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ - ٢٣

Artinya: "Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman." (QS. Al Maidah: 23)

Dalam sebuah hadits yang berasal dari Umar bin Khaththab ra. Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakallah kepada Allah sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

3. Jujur

Nabi Muhammad SAW memiliki sifat shidiq (jujur). Kejujuran beliau sudah diasah sejak kecil, saat ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib. Kejujuran adalah salah satu bukti keimanan seseorang. Kejujuran akan mengantarkan hidup menuju ketenangan.

Dalam sebuah hadits yang berasal dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib meriwayatkan, "Aku menghafalkan sabda Rasulullah SAW, "Tinggalkanlah apa yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta menggelisahkannya." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)

Setidaknya ada 3 macam kejujuran. Yaitu jujur dalam ucapan, jujur dalam perbuatan, dan jujur dalam niat.

4. Amanah

Amanah adalah akhlak Rasulullah SAW yang paling menonjol. Beliau dikenal sebagai sosok yang jujur dan amanah (terpercaya), baik sebelum diutus menjadi rasul maupun setelahnya. Hal itulah yang menjadikan masyarakat Arab memilih beliau untuk menjaga barang titipan mereka.

Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan amanah sebagai sifat yang melekat pada setiap nabi. Dalam surat Al-An'am ayat 90 Dia berfirman:

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْۗ

Artinya: "Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka." (QS. Al-An'am: 90)

Merujuk pada ayat di atas, Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh manusia untuk mengikuti jejak para nabi. Untuk itu, sebagai umat Islam, sudah sepatutnya bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah yang telah dititipkan Allah dan mengikhlaskan niat karena Allah semata.

5. Murah Senyum dan Selalu Ceria

Rasulullah SAW adalah sosok yang murah senyum dan selalu ceria. Beliau juga selalu mengeluarkan perkataan yang baik. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa perkataan yang baik akan menaikkan derajat di surga.

Rasulullah SAW bersabda: "Dan yang termasuk mengangkat derajat adalah perkataan yang baik, menyebarkan salam, memberi makanan, sholat malam saat manusia dalam keadaan tidur." (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jami')

Orang yang memiliki senyuman hangat, berkata baik, dan selalu ceria adalah orang yang akan selalu dirindukan dan sangat dicintai.

Adapun, buah dari bermuka ceria adalah menumbuhkan kecintaan terhadap sesama kaum muslimin, menumbuhkan kenyamanan saat bertemu sesama muslim, mendapat ridha dari Allah SWT, dan mengikuti Rasulullah SAW.

Sahabat hikmah, meneladani akhlak Rasulullah SAW merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada beliau. Akhlak terpuji adalah cara paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

(erd/erd)