Meteoroid banyak yang mendekati bumi tetapi tidak sampai ke permukaan bumi karena

Rabu, 20 Desember 2017 | 11:00 WIB

Kita perlu banyak bersyukur karena punya atmosfer kuat yang melindungi kita dari bahaya meteor yang masuk ke bumi. Saat melewati atmosfer, meteor akan meledak dan tidak akan membahayakan bumi karena sudah berupa puing-puing bahkan tak berbekas.

Penelitian terbaru juga menegaskan kembali hal ini. Bahkan, penelitian tersebut menjelaskan lebih rinci mengapa meteor meledak saat melewati atmosfer planet kita.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Meteoritics & Planetary Science itu menyebut bahwa atmosfer bumi merupakan perisai yang lebih baik untuk meteroid daripada yang diungkapkan pada penelitian sebelumnya.

Para peneliti menjelaskan ketika sebuah meteor meluncur ke bumi, udara bertekanan tinggi di depannya akan masuk ke dalam pori-pori dan retakannya. Hal ini kemudian mendorong bagian meteor itu terpisah dan meledak.

"Ada perbedaan besar antara udara bertekanan tinggi di depan meteor dan kekosongan udara di belakangnya. Jika udara bisa bergerak melalui bagian-bagian di meteoroid, ia dapat dengan mudah masuk ke dalam dan mengembuskan potongan," kata Jay Melosh, profesor Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planet di Universitas Purdue, Amerika Serikat dikutip dari Sci-News, Rabu (13/12/2017).

Meteoroid sendiri seperti tumpukan reruntuhan yang penuh dengan patahan dan pori-pori. Sayangnya, sebelumnya tak ada ilmuwan yang mempertimbangkan bagaimana pengaliran udara pada meteroid bisa mempengaruhi ledakan mereka.

Profesor Melosh dan koleganya menemukan mekanisme pengaliran udara ini saat mensimulasikan kembali ledakan meteor di Chelyabinsk, Rusia pada 2013 lalu. Saat itu, meteor sebesar 20 meter ini meledak sekitar 29 kilometer di atas Pegunungan Ural, Rusia.

Ledakan ini tentu saja mengejutkan dan membawa energi yang sebanding dengan senjata nuklir kecil. Padahal saat memasuki atmosfer bumi, benda ini telah menjadi sebuah bola api yang terang.

Meteor ini diperkirakan awalnya memiliki bobot 10.000 ton. Namun saat mencapai permukaan tanah, hanya tinggal 2.000 ton puingnya yang ditemukan.

Ini menunjukkan bahwa terjadi sesuatu di atmosfer bagian atas yang menyebabkannya hancur. Untuk memecahkan teka-teki ini, para ilmuwan bekerja keras.

Mereka menggunakan kode komputer unik yang pertama kali dikembangkan oleh Los Alamos National Laboratory yang ditujukan untuk mensimulasikan ledakan reaktor nuklir.


Page 2

Rabu, 20 Desember 2017 | 11:00 WIB

Dalam penelitian ini, simulasi digunakan untuk menghitung hilangnya kandungan komposisi meteoroid.

Simulasi itu menunjukkan bahwa lapisan atmosfer melawan sisi meteoroid yang menghadap bumi, membentuk kantong udara padat di depan batu antariksa itu. Di sisi sebaliknya, meteoroid menciptakan kekosongan udara.

Gelembung udara bertekanan di depan meteoroid tertarik kuat di lingkungan dengan tekanan rendah yang berada di belakang meteoroid. Hal inilah yang kemudian menyebabkan partikel udara mengalir dengan cepat melalui celah dan lubang batu antariksa itu.

Udara bertekanan tinggi yang bergerak melalui kekuatan meteoroid ini kemudian memisahkan retakan dan membuat meteoroid terpecah di atmosfer atas.

"Meskipun mekanisme ini adapat melindungi penghuni bumi dari meteoroid kecil, meteoroid besar tidak akan terganggu oleh atmosfer ini," kata Profesor Melosh.

"Meteoroid besi jauh lebih kecil dan lebih padat. Bahkan yang relatif kecil pun cenderung mencapai permukaan bumi," sambungnya.

Artikel ini sudah pernah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.

Oleh: Aprilia* (Astronom)

Adik-adik, banyak sekali benda yang beterbangan tak beraturan di ruang angkasa. Nah, dari sekian banyak benda langit tersebut, ada yang dinamakan meteoroid. Meteoroid adalah benda padat berukuran kecil yang melayang-layang bebas di luar angkasa dan bergerak cepat. Meteoroid berasal dari pecahan benda-benda langit, seperti komet dan asteroid. Lintasan meteoroid tidak beraturan dan tidak mengorbit Matahari. Dalam perjalanannya di luar angkasa, meteorid tersebut suatu ketika akan mendekati Bumi, dan akan tertarik masuk karena adanya gaya gravitasi atau gaya tarik dari Bumi.

Banyak sekali yang tidak sadar jika Bumi kita dihujani benda angkasa yang sangat banyak. Kebanyakan orang menyebutnya sebagai bintang jatuh, padahal sebenarnya itu adalah meteor. Meteor adalah meteoroid yang masuk ke atmosfer Bumi karena tertarik oleh gaya gravitasi Bumi dan terbakar. Ketika akan masuk ke Bumi, meteor tersebut bergesekan dengan atmosfer Bumi yang membuatnya terbakar. Ini dikarenakan kecepatan yang tinggi ketika memasuki Bumi dan pergesekan dengan atmosfer Bumi yang menyebabkan suhunya naik dan membuatnya berpijar, sehingga tampak dari Bumi seperti bintang yang bergerak atau bintang jatuh.

Meteoroid banyak yang mendekati bumi tetapi tidak sampai ke permukaan bumi karena

Di antara meteor-meteor tersebut ada yang terbakar habis di atmosfer, tetapi ada juga yang tidak terbakar habis dan mencapai permukaan Bumi. Meteor yang sampai ke permukaan Bumi dinamakan meteorit. (/DEA)

Sumber gambar: https://dribbble.com

Aprilia adalah dosen Atronomi di FMIPA ITB sejak tahun 1999. Ia mendapatkan gelar doktor dalam bidang Astrofisika dari Universitas Tohoku, Jepang, pada tahun 2010. Bidang yang ditekuninya adalah Fisika Bintang. Selain mengajar, ia juga memberikan pelatihan mengenai astronomi kepada siswa sekolah menengah dan guru.

Meteorit adalah batu meteor yang berhasil mencapai permukaan Bumi. Disebut juga meteor setelah menembus atmosfer bumi tetapi belum mencapai permukaan bumi. Meteor merupakan asteroid kecil dari luar angkasa yang tertarik oleh gravitasi Bumi, ketika memasuki atmosfer bumi terjadi gesekan udara di lapisan ionosfer menyebabkan meteor panas dan terbakar menimbulkan cahaya terang sehingga kadang kala disebut bintang jatuh.[1]

Jika batu meteor sangat besar tidak habis di lapisan udara ionosfer maka akan jatuh sampai ke Bumi yang disebut meteorit. Di Indonesia, meteorit bisa ditemukan di Museum Geologi Bandung.

Meteorit adalah bahan baku pamor keris yang disukai para Empu. Keris yang mendapat campuran meteorit biasanya ringan namun sangat kuat karena mengandung logam langka, seperti titanium.

  1. ^ "In Depth | Meteors & Meteorites". NASA Solar System Exploration. Diakses tanggal 2021-01-31. 
  • Meteor
  • Meteoroid
  • Komet
  • Asteroid
 

Artikel bertopik astronomi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Meteorit&oldid=20475186"

Meteoroid adalah benda-benda kecil di tata surya yang ukurannya lebih kecil daripada asteroid tetapi lebih besar daripada sebuah molekul. Persatuan Astronomi Internasional pada sidang umum IX pada 1961 mendefinisikan meteoroid sebagai berikut:

Sebuah benda padat yang berada/bergerak dalam ruang antarplanet, dengan ukuran lebih kecil daripada asteroid dan lebih besar daripada sebuah atom atau molekul.

Objek yang lebih kecil dari meteoroid diklasifikasikan sebagai mikrometeoroid atau debu luar angkasa.[1][2][3] Sebagian besar adalah fragmen dari komet atau asteroid, sedangkan yang lain adalah puing-puing dampak tabrakan yang dikeluarkan dari benda-benda seperti Bulan atau Mars.[4][5][6]

Ketika meteoroid, komet, atau asteroid memasuki atmosfer bumi dengan kecepatan biasanya lebih dari 20 km/s (72.000 km/jam; 45.000 mph), pemanasan aerodinamis dari objek tersebut menghasilkan seberkas cahaya, baik dari objek yang bersinar maupun dari jejak partikel bercahaya yang ditinggalkannya. Fenomena ini disebut meteor atau "bintang jatuh". Meteor biasanya terlihat ketika mereka berada sekitar 100 km di atas permukaan laut. Serangkaian banyak meteor yang muncul dalam hitungan detik atau menit dan tampak berasal dari titik tetap yang sama di langit disebut hujan meteor. Meteorit adalah sisa-sisa meteoroid yang telah selamat dari ablasi material permukaannya selama perjalanannya melalui atmosfer sebagai meteor dan telah menabrak tanah.

Diperkirakan 25 juta meteoroid, mikrometeoroid, dan puing-puing ruang angkasa lainnya memasuki atmosfer bumi setiap hari,[7] yang menghasilkan sekitar 15.000 ton material tersebut memasuki atmosfer setiap tahun.[8]

Meteoroid sendiri merupakan partikel kecil yang terlepas dari komet ataupun asteroid. Dari ketiganya, asteroid merupakan benda yang paling menarik untuk dipelajari para ilmuwan.

Seperti diketahui, sampai sejauh ini, ilmuwan belum bisa memahami sepenuhnya bagaimana kehidupan awal terbuat dari zat organik yang tidak hidup, bisa tumbuh dan berkembang di Bumi. Dengan mempelajari asteroid, kita bisa mengetahui lebih banyak.

Dilansir Fox News, asteroid seperti 2 Pallas dan 10 Hygiea, yang diyakini pernah memiliki air, tampak memiliki senyawa organik (berbasis karbon) di dalamnya.

“Saat ini, asteroid tersebut memiliki komposisi kimia yang lebih primitif dibandingkan dengan Bumi. Kondisinya serupa dengan saat tata surya kita saat masih baru terbentuk,” kata Carol Raymond, Deputy Principal Investigator NASA.

“Dengan mempelajarinya, kita bisa mengetahui bagaimana kehidupan bisa muncul di planet ini,” ucapnya.

Raymond menyebutkan, ada beberapa kondisi yang menjadikan Bumi sangat kondusif bagi kehidupan pada masa lalu. “Selain itu, ilmuwan berpendapat bahwa asteroid yang mendarat di Bumi pada zaman dahulu kala, telah memberikan materi pembentuk yang membantu memulai kehidupan di planet ini,” ucapnya.

Meteor adalah jejak bercahaya di langit dihasilkan ketika Meteoroid membakar di atmosfer. Hal ini umumnya disebut sebagai "bintang jatuh". Kadang-kadang mungkin banyak meteoroid menghantam atmosfer sekitar waktu yang sama, memberi kami hujan meteor.

Hal ini mengacu pada partikel itu sendiri tanpa kaitannya dengan fenomena itu menghasilkan ketika memasuki atmosfer bumi (meteor). Meteoroid adalah materi berputar di sekitar matahari atau benda dalam ruang antar planet yang terlalu kecil untuk disebut sebuah asteroid atau komet. Bahkan partikel yang lebih kecil disebut micro-meteoroid atau butir debu kosmik, yang mencakup materi antar bintang yang harus terjadi untuk memasuki sistem surya kita. Meteoroid menjadi meteorit jika itu bertahan terjun melalui atmosfer dan mencapai permukaan bumi.

Meteorit Sebagian besar berasal dari asteroid, termasuk beberapa diyakini berasal khususnya dari 4 Vesta (salah satu asteroid terbesar di tata surya kita). Beberapa mungkin berasal dari komet. Dari 10-an ribu diketahui, jumlah yang sangat kecil meteorit telah terbukti menjadi Lunar (23 menemukan) atau Mars (mungkin sebanyak 18) asal. Meteorit terbesar yang diketahui adalah tentang ukuran dari sebuah bilik telepon. Tapi ada bukti jelas bahwa benda bahkan lebih besar telah menghantam bumi pada masa lalu.

Meskipun meteorit mungkin tampak batu hanya membosankan, mereka sangat penting dalam bahwa kita dapat menganalisis mereka hati-hati dalam laboratorium kami. Selain dari beberapa kilogram batuan bulan yang dibawa kembali oleh Apollo dan misi Luna, meteorit hanya materi kita bukti alam semesta di luar bumi.

Pada dasarnya, ada dua jenis meteorit: Besi (sekitar 4,8% dari meteorit yang ditemukan) dan Stony (sekitar 94%). Meteorit batuan yang paling umum, juga memiliki sedikit lebih beragam. ada tiga sub-klasifikasi stonys: chondrites, chondrules mengandung, chondrites karbonan, mengandung chondrules bersama dengan mineral volatile dan Achondrites yang tidak mengandung chondroles. Lalu, ada jenis yang sangat langka akhir dari meteorit dicampur, disebut sebagai Stony-Besi (sekitar 1,2%).

Meteorit ini terbuat dari paduan besi-nikel kristal. Para ilmuwan percaya bahwa mereka menyerupai inti luar Bumi.

Pola Widmanstatten terdiri dari dua logam. Kedua paduan Nikel dan Besi crystalize pada suhu yang sedikit berbeda. Jadi sedikit bahwa laju pendinginan harus sekitar 1 derajat per juta tahun agar pola ini muncul. Hal ini hanya bisa terjadi di inti cair dari sebuah planet, dan berfungsi sebagai bukti bahwa benda-benda tidak bisa datang dari bumi (formasi tersebut tidak bisa mendapatkan ke permukaan bumi sekarang).

  • physics.uc.edu Diarsipkan 2016-12-26 di Wayback Machine.
 

Artikel bertopik astronomi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

  1. ^ Rubin, Alan E.; Grossman, Jeffrey N. (January 2010). "Meteorite and meteoroid: New comprehensive definitions". Meteoritics & Planetary Science. 45 (1): 114–122. Bibcode:2010M&PS...45..114R. doi:10.1111/j.1945-5100.2009.01009.x. (dalam Bahasa Inggris)
  2. ^ Atkinson, Nancy (2 June 2015). "What is the difference between asteroids and meteorites?". Universe Today. (dalam Bahasa Inggris)
  3. ^ "meteoroids". The Free Dictionary. Diakses 1 Agustus 2015.
  4. ^ "Meteoroid". Diarsip dari berkas asli. Diakses 24 Agustus 2015.
  5. ^ "Meteors & Meteorites". Diarsip dari berkas asli. Diakses 1 Agustus 2015.
  6. ^ Asteroid Fast Facts dari NASA, Maret 2014. Diakses 1 Agustus 2015.
  7. ^ Smithsonian, Diakses 2019-01-09.
  8. ^ Gary, Stuart (2011-12-22). ABC Science.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Meteoroid&oldid=21160406"