Pada tahun berapa Kota Tegal mengadakan napak tilas divisi Siliwangi

Ditulis oleh Super User

Secara historis dijelaskan bahwa eksistensi dari Kota Tegal tidak lepas dari peran Ki Gede Sebayu.  Bangsawan ini adalah saudara dari Raden Benowo yang pergi kearah Barat dan sampai di tepian sungai Gung.  Melihat kesuburan tanahnya, Ki Gede Sebayu tergugah dan berniat bersama-sama penduduk meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan serta membuat saluran pengairan.  Daerah yang sebagian besar merupakan tanah lading  tersebut kemudian dinamakan Tegal.

Selain berhasil memajukan pertanian, dia juga merupakan ahli agama yang telah membimbing warga masyarakat dalam menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Atas jasanya tersebut, akhirnya dia diangkat menjadi pemimpin dan panutan warga masyarakat. Kemudian oleh Bupati Pemalang dikukuhkan menjadi sesepuh dengan pangkat Juru Demung atau Demang.

Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi Pemimpin Tegal dilaksanakan pada perayaan tradisional setelah menikmati hasil panen padi dan hasil pertanian lainnya.  Perayaan tersebut tepat di bulan punama tanggal 15 sapar tahun EHE 988 yang bertepatan dengan hari jumat kliwon 12 April 1580.  Dalam perayaan juga dikembangkan ajaran dan budaya agama islam yang hingga sekarang masih berpengaruh pada kehidupan masyarakat.

Hari,tanggal dan tahun Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Juru Demung itu ditetapkan sebagai hari jadi Kota Tegal dengan peraturan Daerah No.5 tahun 1988 tanggal 28 Juli 1988.


Page 2

Ditulis oleh Super User

Memantapkan Pelayanan Publik menuju Kota Tegal yang Berdaya Saing dan Lebih Sejahtera


Page 3

Ditulis oleh Super User

Memantapkan Pelayanan Publik menuju Kota Tegal yang Berdaya Saing dan Lebih Sejahtera


Page 4

Ditulis oleh zaqi

Penataan Ruang Dikota Tegal berdasarkan Perda Kota Tegal No 2 Tahun 2004 tanggal 29 April tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tegal tahun 2004 - 2014. Luas Wilayah Kota Tegal berdasatkan perda Tersebut adalah 3.968 Ha.

Pada tahun berapa Kota Tegal mengadakan napak tilas divisi Siliwangi

Fungsi RT RW Kota Tegal sebagaimana dalam pasal 4 antara lain adalah :

a) Menciptakan keserasian Pembangunan Kota Tegal dengan wilayah sekitarnya
b) Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.
c) Mengendalikan pembangunan fisik Kota.

Manfaat RT RW Kota Tegal sebagaimana dalam pasal 5 antara lain adalah :

a) Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kota Tegal
b) Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Diwilayah Kota Tegal.
c) Pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan

Penggunaan lahan di wilayah Kota Tegal sampai tahun 2014 berdasarkan perda tersebut sebagai berikut.

a) Lahan untuk perumahan dan pengembangannya seluas 1.954,2 Ha
b) Lahan untuk Fasilitas Pemerintahan / Pelayanan Umum seluas 34,2 Ha
c) Lahan untuk Fasilitas Pendidikan Seluas 94,8
d) Lahan untuk Fasilitas Kesehatan seluas 13,92 Ha
e) Lahan untuk Fasilitas perdagangan seluas 256,6 Ha
f) Lahan untuk Fasilitas Industri seluas 91,83 Ha
g) Lahan untuk Fasilitas Jasa Campuran seluas 374,72 Ha
h) Lahan untuk Fasilitas Rekreasi / Pariwisata seluas 20 Ha
i) Lahan untuk Fasilitas Pertanian seluas 857,7 Ha

Pada tahun berapa Kota Tegal mengadakan napak tilas divisi Siliwangi
Sebagai contoh Kawasan Perdagangan berada di jalan A Yani, Jl Diponegoro, Jl A.R Hakim, Jl Sultan Agung. Kawasan Jasa Campuran antara laindi Jl Perintis Kemerdekaan (Sebelah Barat), Jl kol Sugiono, Jl Gajah Mada, Jl Jendral Sudirman. di Jl Mataram (Kel Muara Reja) merupakan Kawasan Industri, Sedangkan kawasan industri Non Polutif berada di Jl Perintis Kemerdekaan (sebelah timur), Kawasan pemukiman menyebar di Kecamatan Tegal Selatan dan Kecamatan Margadana.

Perda tersebut terdiri dari 12 Bab dan 48 Pasal. Pada Tahun 2010 disusun revisi RTRW Kota Tegal yang Saat ini masih dlam proses pembahasan BKPRD Provinsi dan BKPR Nasional. Untuk Revisi RTRW Provinsi Jawa Tengah telah disahkan dalam Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 tahun 2010. Untuk selanjutnya revisi RTRW Kota Tegal mengacu pada ketentuan RTRW Provinsi Jawa Tengah.

Bidang Penataan Ruang Dinas Pemukiman dan Tata Ruang Kota Tegal


Page 5

Ditulis oleh Super User

Investasi yang ada di Kota Tegal

TEGAL-Bakri (87), warga Jalan Cempaka No.24 Kelurahan Kejambon, Kota Tegal, adalah mantan anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut Tegal.  Bakri menceritakan, saat Hiroshima dan Nagasaki di bom, pasukan Jepang kembali ke negaranya.

Kala itu, para pemuda Idonesia mulai bangkit, dengan mendirikan kelompok-kelompok seperti BKR Laut, TKR, Gotri, Pasukan Siliwangi, GPII dan Laskar Rakyat. BKR Laut pada saat itu dipimpin oleh Letnan Mustika Alam, wakilnya Yaqob Mangunkusumo yang bermarkas di Gedung Rakyat Tegal dikawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tegal.

Pada pertengahan tahun 1945-1946, pasukan yang dipimpin Darwis Djamin dari Padang, Sumatera Barat, datang ke Tegal untuk bergabung dengan pasukan BKR Laut. Bersatunya BKR laut bersama rombongan Pak Darwis menjadi lebih kuat membentuk Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Corps Armada (CA) IV.

“BKR Laut mengatur strategi, bagaimana caranya bisa lebih kuat, menjadi ALRI CA IV  yang dipimpin Pak Darwis dari Padang, Sumatera Barat dan Wakilnya Pak Marsis, dari Sulawesi Selatan. Itu awal berdirinya ALRI CA IV pada 1 Desember 1946”, kata Bakri.

Bakri menambahkan, setelah ALRI CA IV terbentuk, kemudian mendirikan sekolah marinir di Kalibakung, Kabupaten Tegal dan di Jalan Kapten Ismail, yang saat ini SMA PIUS, dan dapur umur, saat ini adalah gudang PT. Gudang Garam.

Setelah mejadi besar, kata Bakri, bergabung pasukan dari Losari, Tanjung, Bulakamba, Tegal, Suradadi, Pemalang, Batang dan mendirikan pos pejagaan di tepi laut. Pada tanggal 1 Mei 1947, Pak Darwis kembali lagi ke Padang, Sumatera Utara dan digantikan oleh Sunaryo Suryo Putro terkenal dengan nama Sunar.

Setelah itu, pada 27 Juli 1947, pukul 09.00 pagi, kapal induk milik pasulan Amerika menembakan rudal dari laut dan menyasar ke rumah penduduk di kawasan sekitar kejambon (sekitar 200 meter selatan TMP Pura Kusuma Tegal) hingga hancur. “Kalau pelurunya terkena (menyasar) Water Ledeng, maka Tegal akan banjir”, imbuh Bakri.

Setelah itu, pada pukul 11.00 siang, usai pasukan Amerika meluncurkan rudal, tank Sekutu dari arah selatan masuk untuk menyerang Tegal. Kala itu tentara Sekutu diboncengi Belanda yang berniat kembali untuk menjajah Indonesia.

“Itu tentara Sekutu,  Belanda mbonceng sama Amerika Serikat. Begitu tahu ada pasukan, Saya (Bakri) pakai mobil chevrolet dari Pagongan pergi ke arah timur sampai Suradadi, hingga ke Karangmalang. Di Karangmalang, kami mempertahankan pasukan. Saat Belanda di Tegal, Saya bersama Letnan Ali Sadikin, MayorLaut Suhadi berkumpul di Karangmalang ”, terang Bakri, yang masih ingat suara mesin-mesin tank tersebut.

Wilayah Karangmalang masih hutan belangkara dan terdapat hanya beberapa rumah. Kata Bakri, tidak lama kemudian, keberadaannya tercium oleh Belanda kemudian ke Penggarit, Pemalang untuk mempertahankan hingga diserang oleh pasukan Belanda menggunakan pesawat, saat itu pasukan ALRI CA IV banyak yang gugur dan dimakamkan di Penggarit.

Merasa kurang aman, Pasukan ALRI CA IV hijrah ke Watu Kumpul, Pemalang, lalu diserang oleh Belanjda kembali. Pasukan ALRI kemudian hijrah menuju Wonosobo melalui rute Kajen, Peninggaran, Kalibening, Karangkobar, Banjarnegara, Purbalingga.

Setelah di Wonosobo, Pasukan ALRI CA IV dipimpin oleh Mayor Sunaryo Suryo Putro berubah  menjadi Resimen Samudra Divisi I Diponegoro CA IV. Kemudian, pada tahun 1948 Belanda menyerang Jogjakarta. Pasukan dari Jogjakarta mundur ke Wonosobo, Tarakan dan Temanggung.

Pasukan banyak berkumpul di Wonosobo, kemudian Mayor Sunaryo Suryo Putro bersama Letnan Ali Sadikin, Mayor Agus Subekti, Haryono Nimpuno mengerahkan pasukan menuju ke daerah Kali Bening, Pekalongan mendirikan SWKS V sektor Slamet.

“Disitu (Kali Bening), hawanya (suasana) enak, kalau sore pergi ke warung nasi goreng, lalapnnya petai sama jengkol, merasa nikmat sekali”, ujar Bakri, sambil tersenyum membayangkan kenikmatan kala itu.

Akhir tahun 1949 terjadi Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, kemudian terdapat genjatan senjata. Pasukan dari Kali Bening, hijrah menuju Batang untuk berkumpul dengan pasukan. Saat itu, ungkap Bakri, Mayor Agus Subekti memberikan wejangan (pesan). “Siapa yang mau terus mengabdi ke Surabaya atau ke Jakarta”, terang Bakri.

Saat itu, kata Bakri, Mayor Agus Subekti bersama pasukannya ke Surabaya. Letnan Ali Sadikin ke Jakarta bersama pasukannya. Karena masih punya orang tua, Bakri kala itu pulang untuk berpamitan untuk ke Jakarta. Setelah pamit dengan orang tua, dan tidak diijinkan. Sejak itu Bakri berhenti dari pasukan ALRI CA IV.

Selain itu, Bakri juga menceritakan, Gedung Rakyat dahulu digunakan sebagai hiburan Pasukan Belanda. Gedung Lanal Tegal (saat ini) dahulu adalah National Hadels Bank NV, sebuah bank Belanda, sedangkan gedung DPRD Kota Tegal (saat ini) adalah Markas ALRI CA IV yang dipimpin Mayor Laut Suhadi, Letnan Ali Sadikin, Mayor Agus Subekti.

Sementara itu, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Tegal Lantamal V Letkol Laut (P) Agus Haryanto SE, M.Tr.Hanla, mengungkapkan ketika Indonesia merdeka, membutuhkan badan yang dapat melindungi rakyat baik darat, laut, udara.

Kota Tegal mulai dibentuk kekuatan laut karena daerah kain kondisinya belum stabil, seperti di Surabaya, pada 10 November 1945 terjadi pertempuran antara tentara sekutu dengan arek-arek Subaraya. Pada 14-19 Oktober 1945 terjadi pertempuran 5 hari di Semarang. Sehingga di Kota Tegal di pilih oleh pendahulu (para Pejuang) untuk merintis kekuatan yang disebut BKR Laut.

“Pendahulu kita yang mendirikan BKR Laut itu dari pelaut, mereka yang bekerja disektor maritim, pelayaran, dan sebagainya. Sehingga Kota Tegal dikenal dengan Kota Bahari dan cikal bakal pelaut, Angkatan Laut ya disini (Kota Tegal)”, kata Danlanal Tegal, Letkol Laut (P) Agus Haryanto.

Danlanal Tegal, Letkol Laut (P) Agus Haryanto menambahkan, daerah Kalibakung, Kab. Tegal, menjadi salah satu saksi sejarah lahirnya Angkatan Laut. Dilokasi tersebut digunakan untuk berlatih dan saat ini terdapat monument yang menjadi simbol perjuangan Angkaran Laut.

Banyak pemuda merasa tertarik bergabung menjadi BKR Laut, maka kegiatan pelatihan di Kalibakung dikenal dengan sebutan Sekolah Opsir. “Dahulu ditempat tersebut digunakan untuk latihan, untuk mempertahankan kemerdekaan sampai dengan adanya agresi militer Belanda”, kata

Harapannya nanti semua petilasan atau simbol-simbol yang memiliki nilai sejarah, bisa menjadi pelajaran untuk generasi penerus, kita akan merangkai kembali mozaik-mozaik sejarah Angkatan Laut di Kota Tegal agar semakin dikenal.

Kedepan, di Kalibakung, Kab. Tegal, akan digunakan untuk tempat pembinaan para generasi muda, seperti Pramuka Saka Bahari, ormas, instansi. Area tersebut rencana akan dikembangkan Bumi Perkemahan, Training Centre, Sanggar Saka Bahari dan sarana sarana lain yang mendukung pemberdayaan wilayah pertahanan laut sehingga secara optimal memberikan manfaat di kalangan masyarakat luas.

Secara historis bahwa, lokasi tersebut menjadi saksi bisu sejarah Perjuangan ALRI CA (Corp Armada) IV melawan agresi militer Belanda. Selain itu, juga dijadikan Sekolah Opsir para Perwira ALRI. Sekolah Opsir merupakan cikal bakal Akademi Angkatan Laut di Surabaya.

“Nilai-nilai perjuangan akan diajarkan, agar masyarakat sadar bahwa, perjuangan sampai dengan saat ini harus diteruskan dan dipertahankan”, pungkas Letkol Agus Haryanto (Sapaan akrab, Danlanan Tegal).