Prasasti Bebetin merupakan salah satu sumber sejarah yang memuat informasi

Beranda / Ilmu Pengetahuan Sosial / Sejarah

Salah satu bukti yang menunjukkan adanya aktivitas pelayaran pada masa Hindu-Buddha di wilayah Nusantara disebutkan dalam prasasti Bebetin. Dalam prasasti tersebut dikisahkan tentang?

Kerajaan yang menggantungkan perekonomiannya pada perdagangan laut
Sebuah kapal berukuran besar yang mampu mengangkut 1.000 penumpang
Keberadaan kapal Jung yang terdapat di sepanjang pesisir Pulau Jawa
Transportasi laut yang digunakan kerajaan sriwijaya untuk mengangkut pasukan nya
Profesi atau tukang pembuat sampan dan perahu pada abad VII Masehi

Jawaban benar : Profesi atau tukang pembuat sampan dan perahu pada abad VII Masehi

Sesuai dengan namanya, Prasasti Bebetin merupakan sebuah prasasti kuno yang berasal dari Desa Bebetin, Bali, pada tahun 896 Masehi. Karena berasal dari Bali, maka bahasa yang digunakan dalam prasasti Bebetin pun adalah bahasa Bali Kuno.

Ketika sudah diterjemahkan oleh para ahli, isi dari prasasti ini pun dapat diidentifikasi dengan baik. Dapat diketahui, Prasasti Bebetin memuat beberapa cerita, salah satunya adalah Undagi Lancang. Undagi Lancang sendiri merupakan suatu profesi atau tukang pembuat sampan dan perahu. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa pada masa Hindu-Buddha, di Nusantara telah terdapat aktivitas pelayaran karena disebutkan bahwa terdapat profesi sebagai pembuat sampan pada masa itu yang diceritakan melalui Prasasti Bebetin.

Teknologi pembuatan kapal atau sejenis perahu tampaknya masih berlanjut pada masa sejarah. Masyarakat Nusantara yang mendiami ribuan pulau di wilayah Kepulauan Indonesia sudah selayaknya mengetahui atau memahami teknologi pembuatan perahu sebagai alat transportasi air. Istilah undagi lancang ditemukan dalam prasasti Bebetin AI yang berangka tahun Saka 818 (896 Masehi) , yang kemungkinan artinya adalah tukang atau spesialis pembuat sampan atau sejenis perahu layar.

Profesional undahagi lancang juga disebut dalam prasasti masa kerajaan Kadiri di Jawa Timur. Dalam prasasti Sading A yang berangka tahun Saka 923 (1001 Masehi) ditemukan kata palancang yang kemungkinan artinya pajak yang terkait dengan perahu atau sampan. Sampan atau perahu dibutuhkan oleh masyarakat pesisir untuk kegiatan menangkap ikan dan perdagangan antar pulau.

(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II)