Presiden yang mundur dari jabatannya karena Gerakan Reformasi pada tanggal 21 Mei 1998 adalah

Presiden yang mundur dari jabatannya karena gerakan reformasi pada tanggal 21 Mei 1998 adalah?

  1. Soekarno
  2. Soeharto
  3. B.J. Habibie
  4. Abdurrahman Wahid
  5. Megawati Soekarno Putri

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: B. Soeharto.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban B benar, dan 0 orang setuju jawaban B salah.

Presiden yang mundur dari jabatannya karena gerakan reformasi pada tanggal 21 Mei 1998 adalah soeharto.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. Soekarno menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.

Jawaban B. Soeharto menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban C. B.J. Habibie menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. Abdurrahman Wahid menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Megawati Soekarno Putri menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah B. Soeharto

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Presiden yang mundur dari jabatannya karena Gerakan Reformasi pada tanggal 21 Mei 1998 adalah
Presiden Soeharto mundur dari Jabatan Presiden, 21 Mei 1998

Bogor (21/5) Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun akhirnya menyatakan berhenti dari Jabatan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998. Beliau menyerahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden BJ. Habibie. Ini akibat dari berbagai kerusuhan yang terjadi di Indonesia yang menginginkan Soeharto turun dari jabatannya. Krisis multidimensional tahun 1997/1998 menjadi alasan utama terjadinya berbagai krusuhan di berbagai daerah di Indonesia. Setelah pelantikan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden BJ. Habibie pada bula Maret aksi massa semakin meluas dan puncaknya pada tanggal 12 Mei 1998 di mana terjadi penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti. Kejadian ini menyulut protes massa dalam skala besar yang dimotori oleh mahasiswa. Kemudian pada tanggal 18 Mei 1998, mahasiswa berhasil menduduki Gedung MPR/DPR dan mendesak Ketua MPR/DPR Harmoko menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya.

Akibat dari tekanan dari mahasiswa yang menduduki MPR/DPR dan berbagai peristiwa sebelumnya maka pada hari Kamis, 21 Mei 1998 sekitar pukul 09.00, Presiden Soeharto  mengenakan safari warna hitam dan berpeci. Soeharto menyatakan berhenti dari Jabatan Presiden dan digantikan oleh Wakil Presiden BJ. Habibie. Berikut ini petikan isi surat pengunduran diri Presiden Soeharto yang dibacakan langsung oleh Soeharto :

Assalamual’aikum warahmatullahi wabarakatuh Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut, dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi tersebut perlu dilaksanakan secara tertib, damai dan konstitusional demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun demikian, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara yang sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi. Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945, dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, kamis 21 Mei 1998. Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia, saya sampaikan di hadapan Saudara-saudara pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang juga adalah pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sesuai dengan Pasal 8 UUD ’45, maka Wakil Presiden Republik Indonesia Prof. H. BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden Mandataris MPR 1998-2003. Atas bantuan dan dukungan rakyat selama saya memimpin negara dan bangsa Indonesia ini, saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan kekurangannya. Semoga Bangsa Indonesia tetap jaya dengan Pancasila dan UUD 45-nya. Mulai ini hari Kabinet Pembangunan ke VII demisioner dan pada para menteri saya ucapkan terima kasih. Oleh karena keadaan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat, maka untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, kiranya Saudara Wakil Presiden sekarang juga agar melaksanakan pengucapan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Setelah pengunduran diri tersebut, Soeharto langsung meninggalkan Istana menuju kediamannya di Jalan Cendana No. 8-10, Jakarta, ditemani oleh putrinya Mbak Tutut. Inilah akhir dari perjalanan Presiden Soeharto dari tahun 1966 hingga 1998.

Faktor yang menjadi penyebab jatuhnya pemerintahan Orde Baru dikarenakan krisis poitik, krisis ekonomi dan krisis sosial. Guna menanggulangi krisis moneter dan mengurangi beban anggaran negara, pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. Tindakan ini mengakibatkan kenaikan harga barang-barang lainnya. Akibatnya, munculah aksi protes di mana-mana, baik yang dilakukan oleh mahasiswa maupun oleh masyarakat. Aksi mahasiswa dan masyarakat ini kemudian berubah menjadi aksi yang menuntut perubahan fundamental dalam pemerintahan negara. Sejak saat itulah muncul gerakan reformasi. Kalangan mahasiswa berperan sebagai ujung tombak gerakan reformasi. Tanpa kenal takut, mereka menggelar berbagai demonstrasi dengan resiko menghadapi tindakan kekerasan dari aparat keamanan. Keberanian itu dibuktikan dari gugurnya empat mahasiswa Universitas Trisakti dalam demonstrasi  pada tanggal 12 Mei 1998. Peristiwa tersebut disusul dengan kerusuhan massa yang memporak-porandakan Jakarta pada tanggal 13-14 Mei 1998 dan di Solo pada tanggal 14-15 Mei 1998.
Melihat situasi yang tidak menentu di tanah air, Presiden Soeharto mempersingkat kunjngannya di Kairo, Mesir. Sementara itu, gerakan reformasi semakin meningkat. Sejak tanggal 19 Mei 1998, ribuan mahasiswa  dari puluhan perguruan tinggi menduduki Gedung MPR/DPR. Mereka menuntut agar Soeharto mundur dari kursi kepresidenan. Menghadapi tuntutan tersebut Preside Soeharto mengadakan pertemuan dengan sembilan tokoh masyarakat dan menyatakan akan merombak Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Namun, tuntutan pengunduran diri Soeharto tetap tidak surut. Namun, ketidaksediaan sejumlah tokoh menjadi anggota kabinet Reformasi mengakibatkan pembentukan kabinet ini mengalami kegagalan. Akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan berhenti sebagai presiden dan menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden, B. J. Habibie.

Dengan demikian, mundurnya Soeharto karena ditinggalkan oleh para loyalisnya. serta kegagalan dalam pembentukan Kabinet Reformasi.
 

Gerakan reformasi adalah gerakan yang bertujuan untuk memformat ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia ialah gerakan mahasiswa tahun 1998. Terjadi ketika pemerintahan Orde Baru atau ORBA. Gerakan ini muncul sebagai reaksi praktik-praktik pemerintah yang menyimpang dari harapan rakyat. Tujuan dari gerakan ini salah satunya ialah untuk membuat Presiden Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden RI yang telah menjabat selama 32 tahun. Peristiwa-peristiwa dalam gerakan reformasi ini ialah seperti Tragedi Trisakti 12 Mei 1998, dan aksi menduduki gedung DPR/MPR yang dilakukan oleh mahasiswa. Akhrinya pada tanggal 21 Mei 1998 Seoharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI. 

Dengan demikian gerakan  reformasi yang tejadii pada tahun 1998 merupakan aksi dari para mahasiswa dan rakyat yang menginginkan tatanan baru sesuai dengan nilai-nilai yang dicita-citakan oleh bangsa. Terutama gerakan ini ingin membuat presiden Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden.