SYAFNI ERMAYULIS, S.Pd.,M.Pd (Guru MAN 1 Pekanbaru) Memasuki new normal era, masyarakat Indonesia kini mulai menjalani aktivitas sehari-harinya seperti biasa. Namun, demi menjaga keselamatan dan kesehatan para siswa, sejumlah sekolah menerapkan sistem online atau virtual tanpa tatap muka langsung. Sistem ini juga dikenal dengan sistem pembelajaran daring. Istilah pembelajaran daring dan luring muncul sebagai salah satu bentuk pola pembelajaran di era teknologi informasi seperti sekarang ini. Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet. Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan internet. Pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia. Segala bentuk materi pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi juga dilakukan secara online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem pembelajaran melalui daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo dan Zoom. Sebuah kondisi dikatakan daring apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
Selama pelaksanaan model daring, peserta didik memiliki keleluasaan waktu untuk belajar. Peserta didik dapat belajar kapan pun dan di mana pun, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Peserta didik juga dapat berinteraksi dengan guru pada waktu yang bersamaan, seperti menggunakan video call atau live chat. Pembelajaran daring dapat disediakan secara elektronik menggunakan forum atau message. Belajar secara daring tentu memiliki tantangannya sendiri. Siswa tidak hanya membutuhkan suasana di rumah yang mendukung untuk belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai. Namun, proses pembelajaran yang efektif juga tak kalah penting. Berikut ini tips agar siswa dapat bejalar daring dengan efektif:
Istilah luring adalah kepanjangan dari “luar jaringan” sebagai pengganti kata offline. Kata “luring” merupakan lawan kata dari “daring”. Dengan demikian, pembelajaran luring dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak dalam kondisi terhubung jaringan internet maupun intranet. Sistem pembelajaran luring (luar jaringan) artinya pembelajaran dengan memakai media, seperti televisi dan radio. Jika peserta didik menulis artikel atau mengerjakan tugas di Microsoft Word dan tidak menyambungkannya dengan jaringan internet, maka itu adalah contoh aktivitas luring dan Jika siswa melakukan offline conference dengan bertemu secara langsung tanpa menggunakan internet, hal itu adalah contoh aktivitas luring. Sistem pembelajaran daring dan luring mau tidak mau harus tetap dilakukan di tengah pandemi COVID-19. Sebab, tidak mungkin peserta didik dibiarkan libur panjang hingga virus corona pergi. Dan kita tidak tau kapan virus corona ini hilang dari permukaan bumi. Dalam proses pembelajaran daring dan luring ada beberapa kesulitan yang dihadapi siswa, antara lain:
Kesulitan diatas harus segera dicarikan solusinya agar mutu pendidikan tidak menurun, berikut ini solusi yang mungkin dapat diterapkan untuk mengurangi tiga kesulitan di atas:
Sistem Daring dan Luring ini menuntut guru untuk kreatif dalam mendidik peserta didik. Semoga para guru tetap semangat dalam menciptakan sistem pembelajaran daring dan luring yang kreatif dan inovatif. Hidup guru, Hidup pendidikan Indonesia…! Berbagai macam metode pembelajaran secara daring atau online learning diterapkan di masa pandemi Covid-19. Metode pembelajaran ini menjadi penting untuk diperhatian, agar tidak menurunkan mutu pembelajaran bagi mahasiswa maupun mutu pengajaran para dosen. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Kajian Ramadan secara daring bertajuk “Efektifkah Pembelajaran Daring?” pada Senin (11/5). Kajian disampaikan oleh dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam UII, Siti Afifah Adawiyah, S.Pd.I., M.Pd. Dalam paparannya Siti Afifah mengemukakan berbagai kendala yang ia temukan selama mengajar dengan pembelajaran daring. Seperti keterbatasan jaringan yang dirasakan mahasiswa di suatu wilayah tertentu, sehingga pendidik perlu melakukan pendekatan dan memperhatikan kesiapan mahasiswa baik dari segi jaringan maupun kuota. Kendala demikian, sebenarnya sudah diantisipasi oleh UII dengan menyediakan kuota Internet bagi sivitas yang menggunakan provider tertentu. Menurutnya, kreativitas yang dimiliki pendidik sangatlah penting agar tercapai evektivitas dalam pembelajaran daring. “pendidik dituntut untuk lebih kreatif dalam pembelajaran agar kelas daring bisa lebih efektif bagi tiap individu di dalamnya,” ucapnya. Siti Afifah menyarankan perlunya melakukan kombinasi dalam pembelajaran baik dengan sinkron dan asinkron. Dengan pembelajaran sinkron dapat menciptakan ruang kelas virtual melalui alat konferensi web yang memungkinkan mahasiswa mengajukan pertanyaan serta pendidik apat menjawab secara langsung. Hal ini mirip dengan kelas tatap muka, dimana pendidik dan mahasiswa berada dalam ruang kelas virtual dalam waktu yang sama. Sementara pembelajaran asinkron melibatkan pembelajaran dengan pendekatan belajar mandiri. Seperti diskusi online, berkomunikasi menggunakan email, memposting video presentasi oleh pendidik di forum diskusi, serta membaca artikel. Dengan pembelajaran asinkron diperlukannya umpan balik dengan tepat waktu dan komunikasi yang jelas untuk melibatkan mahasiswa di dalamnya. “Dosen bisa menyampaikan materinya dengan mengunggah video presentasinya beserta slide materi, kemudian peserta didik dapat membacanya dan dibarengi dengan tugas online baik mengguanakan quiz atau aplikasi kahoot,” ungkapnya. (HA/RS) |