Sebutkan tiga hal yang perlu diperhatikan saat menyampaikan kembali isi teks

kegiatan menceritakan kembali harus melalui tahap membaca atau menyimak. Dengan demikian, untuk merumuskan konsep menceritakan kembali diambil dari konsep bercerita. Oleh karena itu, Keterampilan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca mengarahkan siswa agar mampu mengemukakan ide secara lisan dengan lancar, runtut, lengkap, dan jelas. Agar ide dapat disampaikan kepada pendengar, maka dalam menceritakan kembali cerita anak yang dibaca siswa harus menjaga bahasa, suara, intonasi, dan dapat menggambarkan gagasannya dengan baik. Dapat dikatakan bahwa menceritakan kembali adalah penyampaian ulang cerita secara lisan dari pencerita kepada pendengar dengan menggunakan bahasanya sendiri.

2.2.3.2 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Menceritakan Kembali

Menceritakan kembali merupakan kegiatan mengungkapkan kembali cerita yang di baca atau di dengar. Oleh karena itu, kegiatan yang menjadi hasilnya adalah penceritaan kembali. Dengan demikian, konsep kegiatan menceritakan kembali dapat di adopsi dari rentetan kegiatan bercerita. Adapun hal-hal yang diperhatikan saat bercerita menurut Majid 2001: 45 adalah 1 Tempat bercerita, bercerita tidak selalu dilakukan di dalam ruangan, tetapi boleh juga di luar ruangan yang dianggap baik oleh pencerita agar anak bisa duduk dan mendengarkan cerita; 2 posisi duduk, sebelum cerita dimulai, pendengar dalam posisi duduk santai tetapi terkendali, posisi duduk pencerita juga harus diperhatikan agar tidak terkesan monoton dan menarik perhatian pendengar; 3 bahasa cerita, pencerita menggunakan bahasa yang dekat dengan bahasa pendengar sehingga pendengar dengan mudah memahami isi cerita yang telah diceritakan oleh pencerita; 4 intonasi pencerita, perubahan naik turunnya cerita harus sesuai dengan peristiwa dalam cerita, intonasi harus diatur agar cerita yang disampaikan dapat menarik; 5 pemunculan tokoh-tokoh, dalam bercerita pencerita harus dapat menggambarkan setiap tokoh dengan gambaran yang sesungguhnya, dan memperlihatkan karakternya seperti dalam cerita; 6 penampakan emosi, saat bercerita pencerita harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar seolah-olah hal itu adalah emosi pencerita sendiri; 7 peniruan suara, pencerita diharapkan dapat menirukan suara sesuai dengan cerita, agar cerita lebih menarik dan tidak monoton; 8 penguasaan terhadap siswa yang tidak serius, perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan sehingga mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan berkesan; 9 menghindari ucapan spontan, mengucapkan kata yang tidak perlu harus dihindari pada saat bercerita, karena bisa memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Dalam praktik bercerita, seseorang harus mampu mengembangkan kreatifitas dan kemampuan improviasasi sejauh tidak menyimpang dari struktur cerita secara keseluruhan. Penghayatan terhadap keseluruhan cerita diperlukan agar dapat mengekspresikan dengan baik. Pengekspresian ini berhubungan dengan kalimat, gerak, dan mimik. Pencerita harus mampu menjalin kontak mata dengan pendengaran dan memperhatikan reaksi pendengar. Yang terpenting adalah pencerita ahrus menggunakan efek suara yang tepat. Dengan demikian pembelajaran menceritakan kembali merupakan pembelajaran bercerita dari cerita yang dibaca atau didengar. Dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita yang diceritakan tidak harus persis dengan cerita aslinya, tetapi tidak boleh menyimpang dari struktur cerita secara utuh. Selain itu, dalam menceritakan kembali harus menggunakan efek suara dan ekspresi yang tepat. Pembelajaran menceritakan kembali dapat mendorong siswa untuk lebih kreatif. Berdasarkan uraian di atas untuk melatih siswa dalam menceritakan kembali harus memperhatikan dua hal, yaitu: pencerita dan saat menceritakan kembali. Hal-hal yang perlu dilakukan pracerita yaitu 1 memahami isi cerita dan memahami karakter tokoh. Seorang pembicara yang baik harus memberikan kesan bahwa pembicara menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran, 2 latihan bercerita yang intensif dan latihan olah vokal. Selain menguasai topik, seorang pembicara harus berbicara mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan jelas dan tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. 3 menyiapkan alat atau media apabila diperlukan, 4 menghafalkan garis besar cerita atau membuat catatan atau ringkasan cerita. Dalam berbicara yang harus diungkapkan adalah isi pembicaraan harus seuiai dengan topik yang telah dipersiapkan sebelumnya., serta 5 memahami kondisi pendengar. Adapun yang perlu diperhatikan saat bercerita adalah 1 mampu membuat kontak mata pendengar. Ketika berbicara jangan memandang hanya kepada satu titik biarkan mata menjelajah kemana-mana untuk mengetahui intensitas ketertarikan audiens. Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara kita tidak merasa diabaikan., 2 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menghindari pengulangan kata yang berlebihan. agar dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pikiran secara tepat, dalam berbahasa baik lisan maupun tulis, pemakai bahasa hendaknya dapat memenuhi beberapa kriteria dalam pemilihan kata, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian., 3 Variatif dalam bercerita tanpa meninggalkan unsur-unsur cerita. Dalam berbicara, harus mampu mengembangkan kreativitas dan kemampuan improvisasi sejauh tidak menyimpang dari struktur cerita secara keseluruhan. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Tapi jika nada, tekanan pembicaraan biasa dan datar-datar saja maka masalah kejemuan akan muncul dalam pembicaraan tersebut, 4 Ekspresif dan penuh penghayatan. Penghayatan terhadap keseluruhan cerita diperlukan agar dapat mengekspresikan dengan baik. Pengekspresian ini berhubungan dengan kalimat, gerak, dan mimik. Gerak-gerik yang tepat bisa meningkatkan keefektifan berbicara. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi jangan menggunakan gerak-gerik yang berlebihan, kerena bisa saja menjadikan pesan kurang dipahami., 5 Suara nyaring dan intonasi tepat. Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi- bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektifan berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik atau setidaknya dapat mengalihkan perhatian pendengar, 6 Memahami emosi audiens. Niat yang sungguh-sungguh untuk menghargai lawan bicara secara positif dan tanpa syarat, menghargai, dan mendengarkan dengan baik apa yang ingin dia katakan sebelum kita memulai percakapan, maka akan ada kemungkinan yang lebih besar bahwa interaksi yang kemudian terjadi akan menjadi produktif, menyenangkan dan memuaskan bagi semua pihak yang terkait, serta 7 Percaya diri. Saat mengemukakan isi pembicaran harus sesuai dengan topik yang dibicarakan, semakin dalam pemahaman terhadap topic, maka kepercayaan diri akan semakin besar dan akan semakin mantap dalam berbicara. Kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui latihan dengan sungguh-sungguh. Menurut Asfandiar 2007: 209 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca, yaitu : 1 Baca cerita dengan penuh pemahaman, 2 Hafalkan garis besar ceritanya. Hayatilah pesan utamanya, serta jangan lupa membayangkan kapan harus melakukan improvisasi. 3 Latih vokal, gerak, dan mimik muka. 4 Bersikaplah secara wajar dan tidak melakukan gerakan yang dibuat-buat dan jangan terlalu sering mengulang gerakan yang sama. 5 Libatkan perasaan saat brcerita. Tampakkan ekspresi wajah sesuai dengan cerita marah, menangis, tertawa, kecewa, kaget 6 Usahakan pandangan mata tertuju pada semua pendengar, tidak hanya satu arah. 7 Siapkan suara dengan baik. 8 Perhatikan intonasi suara kapan harus tinggi, rendah, cepat dan lambat, konsentrasi pada cerita. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatkan dalam menceritakan kembali meliputi: memahami isi cerita dan karakter tokoh, berlatih vokal secara ekspresif, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, suara nyaring dan intonasi tepat, dan variatif dalam menceritakan kembali.

2.2.4 Teknik Demonstrasi

paket-wisatabromo.com-Sebutkan Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menceritakan Isi Teks Narasi! Jawaban yang tepat sebagai berikut.

Teks narasi merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif maupun nonfiktif menjadi suatu alur perjalanan hidup yang mengandung unsur hiburan, seni, dan nilai moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya.

Setelah membaca sebuat cerita, kita dapat menceritakan kembali pada orang lain. Hal-hal yang perlu diceritakan, antara lain: tema yang mendasari cerita tersebut, nama pelaku dan bagaimana wataknya, tempat terjadinya cerita, urutan cerita (alur) dan amanat atau pesan yang terdapat dalam cerita tersebut.

Kata “menceritakan” itu apa maksudnya? Menurut KBBI Online arti dari kata menceritakan adalah:

(1) menuturkan cerita (kepada): ia paling pandai menceritakan cerita binatang;

(2) memuat cerita: Serat Dewa Ruci menceritakan Zaman Purba;

(3) mengatakan (memberitahukan) sesuatu kepada: Ibu sedang asyik menceritakan pendidikan anak-anaknya

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menceritakan Isi Teks Narasi

Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan isi teks narasi, yaitu:

1. Suara

Suara merupakan modal utama dalam bercerita. Usahakan suaramu disesuaikan dengan pendengar dan ruangan yang ada.

Agar bercerita kamu menarik, suara juga harus dibedakan, misalanya suara anak-anak, suara orang dewasa, suara orang jahat, suara orang bijaksana, suara marah, suara orang sabar, dll.

Kamu juga harus mengenal macam macam warna suara, selain dapat membedakan suara sesuai tokoh di atas, misalnya ada sopran, mezzo sopran, tenor, dan bariton.

Jenis warna suara tersebut, jika kamu gunakan, maka kegiatan menceritakan kembali isi teks naratif akan menjadi lebih menarik.

Berikut ini adalah penjelasan secara singkat dari mesing-masing macam warna suara tersebut.

a. Sopran, yakni suara tinggi wanita.

b. Mezzo Sopran, ialah suara sedang wanita.

c. Alto, ialah suara rendah wanita.

d. Tenor, ialah suara tinggi pria.

e. Bariton, ialah suara sedang pria.

2. Pelafalan dan Artikulasi

Pelafalan setiap kata harus tepat dengan artikulasi yang sesuai sehingga cerita dapat ditangkap dengan jelas oleh pendengar.

Untuk kata pelafalan kata dasarnya adalah lafal. Lafal adalah cara seseorang dalam mengucapkan bunyi bahasa.

Sedangkan kata artikulasi adalah perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa.

Kamu harus tahu bahwa artikulasi itu ada caranya, lho. Cara menghasilkan vokal, konsonan, dan semi vokal.

Masih ingat tentunya apa itu vokal, konsonan, dan semivokal. Vokal itu huruf hidup, konsonan  adalah huruf mati. Sedangkan semivokal adalah bunyi yang mengalami hambatan tidak menyeluruh.

3. Intonasi

Gunakan intonasi yang menarik. Sesekali berikan penekanan pada kata-kata tertentu saat ada pendengar yang terlihat bosan, gaduh, atau mengantuk.

Tentunya kamu masih ingat, pengertian dan macam intonasi. Intonasi yaitu tinggi rendahnya suatu nada pada kalimat yang memberikan penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan, misalnya kata saya pada kalimat “Saya membeli pensil ini.”

Kata “saya” harus diucapkan dengan intonasi lebih keras untuk membedakannya dengan kata yang lain, misalnya kata “ia” Jadi, perlu ada penegasan ucapan bahwa yang membeli pensil itu “saya” bukan “ia”

Kamu tahu tidak, kalau intonasi itu ada tiga macam, yaitu tekanan dinamik, tekanan nada tinggi, dan tekanan tempo.

Coba kamu jelaskan pengertian tiap macam intonasi di atas! Tekanan dinamik adalah keras lemahnya ucapan kata tertentu dalam kalimat dengan melalui penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan.

Lalu, pengertian nada tinggi yaitu membaca atau mengucapkan kalimat dengan suara yang naik turun dan berubah-ubah. jadi, tekanan nada itu adalah tentang tinggi rendahnya suatu kata diucapkan.

Sedangkan tekanan tempo yaitu membuat lambat atau membuat cepat pengucapan. Tekanan sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apat yang kamu maksudkan.

Kamu bisa latihan dengan membaca naskah menggunakan tempo yang berbeda-beda , lambat atau cepat secara berganti-ganti.

4. Gerak dan Mimik

Gerak dan ekspresi muka yang sesuai dengan apa yang diceritakan membuat cerita terasa lebih menarik dan dapat mendukung penyampaian cerita.

Istilah “Gerak” dalam bercerita sering disebut dengan gesture. Gesture adalah suatu bentuk komunikasi nonverbal dengan aksi tubuh yang terlihat mengkomunikan pesan-pesan tertentu sebagai pengganti bicara. gesture mengikutkan pergerakan anggota tubuh, misalnya tangan, bahu, kaki, kepala, dan bagian tubuh lainnya.

Sedangkan mimik adalah ekspresi wajah, yaitu hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya.

Baca:

Demikianlah jawaban yang tepat atas pertanyaan mengenai sebutkan hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan isi teks narasi. Semoga bermanfaat.

Incoming search terms:

  • https://paket-wisatabromo com/sebutkan-hal-yang-perlu-diperhatikan-dalam-menceritakan-isi-teks-narasi